CH - 15

989 129 5
                                    

________

____

__


"Seulgi!"

Mendengar namanya dipanggil, Seulgi menolehkan kepalanya kesana kemari mencari sumber suara. Saat kepalanya menoleh ke kanan, dilihatnya Nayeon yang duduk di meja paling ujung dekat jendela. Seulgi pun berjalan ke arahnya.

"Hai! Aku sudah memesankan minum untukmu, ayo duduk." Nayeon menyambut Seulgi dengan senyum kelincinya, dan terlihat ada dua chocolate smoothies di meja.

Seulgi duduk, menaruh tas selempangnya di bangku sebelah kiri yang kosong. Sebelum apapun, Seulgi menghirup chocolate smoothie terlebih dahulu karena dia sangat haus. Setelah selesai meminum sekali sedotan, dia menjilat sisa smoothie di sekitar bibirnya dan menatap Nayeon.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Seulgi menaikkan kedua alisnya bertanya.

 Senyum kelinci di wajah Nayeon memudar. Dia menatap ke bawah dan memainkan jarinya. Seulgi yang melihat itu membuat ekspresi bingung, apakah Nayeon ada masalah?

"Nayeoni ada apa...? Apa kau ada masalah?" Seulgi berpindah duduk ke sebelah Nayeon dan merangkul pundaknya.

Sesaat kemudian terdengar senggukan nangis dari Nayeon. Perempuan itu menatap Seulgi dengan mata berair, merangkup kedua tangan Seulgi.

"Seulgi-ah... aku minta maaf..." Air mata lolos melalui pipi Nayeon.

Seulgi yang mendengar pernyataan maaf itu terbingung-bingung. Dia kembali mengingat-ngingat kesalahan apa yang telah Nayeon lakukan. Tapi setelah Seulgi ingat-ingat, Nayeon tidak berbuat kesalahan apapun padanya. Lantas untuk apa dia meminta maaf dan menangis seperti ini?

"Nayeoni, kenapa minta maaf?" Seulgi akhirnya bertanya.

Nayeon langsung menatap Seulgi dengan tatapan bertanya-tanya. Masa Seulgi masih bertanya apa salahnya? Padahal Nayeon menganggap dirinya sangat bersalah sampai memikirkannya setiap saat.

"Aku telah membuat kesalahan besar. Aku yang mengundang kalian ke acara malam itu dan tidak mengawasimu dengan baik. Aku penyebab semua ini terjadi, maafkan aku." Nayeon mengatakan kalimat panjangnya dengan senggukan di setiap napas.

Seulgi sekarang baru menyadari apa maksud permintaan maaf Nayeon. Tapi Seulgi masih tidak tahu dimana letak kesalahan Nayeon. Bukankah Nayeon hanya mengatur acara kelulusan? Bahkan mengundang semuanya untuk bersenang-senang, dan menyewa setengah bar dengan uangnya sendiri. Apakah itu sebuah kesalahan?

"Tidak Nayeon, bagaimana kau berpikir seperti itu hah?" Seulgi mencoba menatap Nayeon yang menunduk karena menangis.

"Ini semua bukan kesalahanmu! Aku juga tidak pernah menyalahkanmu. Kau tidak salah, Nayeon." 

"Tapi kalau aku tidak mengundangmu, semuanya tidak akan terjadi. Kalau aku tidak memaksamu untuk minum alkohol itu, kau pasti masih sadar sepenuhnya dan tidak akan seperti ini..." Nayeon semakin menangis dan memeluk Seulgi yang masih kebingungan.

Namun Seulgi perlahan mengusap punggung Nayeon, mengisyaratkan bahwa semua baik-baik saja dan dia tidak bersalah. 

"Nayeoni... aku kesal karena kau masih saja menyalahkan diri sendiri. Kalau aku bilang kau tidak salah, ya artinya kau tidak salah. Mengerti?" Seulgi mencoba menenangkan Nayeon dengan kalimatnya.

Dia sangat tidak terima. Untuk apa Nayeon sampai seperti ini, menangis tersedu-sedu atas kesalahan yang dilakukan orang lain? 

'Bukankah Jimin yang harusnya minta maaf seperti ini? Huh.' Batin Seulgi.

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang