________
____
__
Kegelapan yang Seulgi rasakan perlahan menghilang. Matanya masih sulit untuk terbuka. Bahkan setelah memori-memori buruk kembali berdatangan, Seulgi tidak ingin membuka matanya sama sekali. Dia benar-benar berharap kasur yang dia tempati sekarang adalah kasur di kamarnya. Tapi sebelum harapan itu terucap jelas di pikirannya, suara seseorang muncul.
"Hey.. Kau sudah sadar?" Suara Jimin menghancurkan harapan Seulgi.
Seulgi membuka mata. Tidak merespon apapun. Tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan itu.
"Dokter Suzy keluar sebentar. Dia akan segera kembali." Jimin berusaha semampunya untuk melanjutkan percakapan. Namun Seulgi tetap tidak merespon.
"Aku mengerti kau sangat tertekan, begitupun aku. Apa kau akan lebih parah dari ini jika mengetahui hasil tesnya?" Jimin tersenyum tipis, kedua matanya sayu.
Isakan tangis Seulgi mulai terdengar kembali. Dia yakin hasil tesnya adalah positif. Bahwa sekarang, dia sedang mengandung bayi dari laki-laki asing. Seulgi sadar, menangis terus menerus tidak akan menyelesaikan masalah. Karena itu dia menghapus air matanya dan memberanikan diri menatap Jimin.
"Apa yang harus kita lakukan...?"
"Syukurlah kau sudah mau bicara dengan baik." Jimin tersenyum hampa.
Dia melanjutkan lagi, "Tunanganku baru saja mengetahui semuanya. Pernikahan kami pasti batal." Ucap Jimin pasrah.
Seulgi yang mendengar itu mengerutkan dahi dan meraih posisi duduk. Jimin langsung menempatkan bantal di belakang Seulgi agar dia bisa duduk dengan nyaman.
".... Aku juga harusnya melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Tapi rasanya tidak memungkinkan sekarang."
"Maaf. Aku tidak bisa mengendalikan diriku malam itu." Jimin menatap perempuan tidak bersalah di hadapannya.
Seulgi tersenyum tipis, "Kalau perempuan lain, mungkin saja kulitmu sudah dirobek-robek sekarang."
"Oh ya?"
".... Sebenarnya aku sedikit lega karena karena kau bertanggung jawab. Tapi tidak menutup fakta bahwa kau tetap seorang keparat." Seulgi menatap ke arah lain.
Jimin sedikit terhibur dengan kalimatnya. Setidaknya perempuan itu sudah mengakui dirinya bertanggung jawab. Karena di awal, Jimin sudah membayangkan Seulgi yang akan depresi dan bunuh diri. Lalu dia akan ditangkap sebagai pelaku. Tapi semua bayangannya telah dibuktikan salah dan Jimin sangat lega.
"Keparat ini akan bertanggung jawab. Keparat ini berjanji." Jimin tersenyum.
Keheningan membuat jeda beberapa menit. Sampai Seulgi membuka suara pertama, "Apa.. kau akan menikahiku?"
Jimin terdiam. Jujur, pertanyaan itu sulit untuk dijawab. Dia masih sangat mencintai Rose. Entah kapan perasaannya akan berhenti.
"Bagaimana kalau bertemu dengan orang tua masing-masing terlebih dahulu?" Jimin menatap Seulgi lembut, berusaha membuatnya merasa nyaman.
Bisa dilihat raut wajah Seulgi yang khawatir. Tentu saja orang tuanya akan murka dan kecewa. Namun tidak ada jalan lain selain itu. Cepat atau lambat, orang tua mereka juga akan mengetahui masalah ini.
Seulgi mengangguk. Dan mereka berdua terdiam, larut dalam pikiran masing-masing.
Pikiran penuh penyesalan yang sudah terlambat untuk disesali.
________
____
__
Chanyeol membereskan mejanya, jam sarapan sudah datang. Shiftnya akan berhenti sebentar untuk beberapa saat. Jarang hal ini terjadi karena biasanya pasien Chanyeol tidaklah sedikit. Untungnya kali ini datang sebuah keajaiban, sehingga dokter muda itu bisa sarapan di tempat lain selain ruangannya.
Baru saja tubuh tegaknya berdiri dari kursi, suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Chanyeol ke pintu.
"C-Chan..." Suara rapuh dari perempuan yang sudah sangat lama Chanyeol kenal.
"Rose?!" Chanyeol berlari ke arah pintu dan menutup pintu, lalu menatap Rose sembari memegang lengannya.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?" Raut wajah Chanyeol menunjukan bahwa dia sangatlah khawatir.
Khawatir terhadap perempuan di hadapannya, yang statusnya adalah tunangan pria lain. Perempuan yang akan menikah dengan pria lain. Atau mungkin tidak?
"Ch..an.... hiks... J-Jimin..." Rose sangat terisak, mengucapkan satu kalimat sangatlah sulit untuknya sekarang.
"Ada apa dengan Jimin? Apa dia berbuat sesuatu padamu?"
"D-Dia... hiks.... Dia selingkuh...." Rose menangis kencang.
Selama mengenal Rose, Chanyeol tidak pernah mendengarnya menangis seperti itu. Seakan ada ratusan pisau yang keluar dari tubuh Rose.
Chanyeol memeluk Rose. Mengelus kepalanya. Membiarkan air matanya membasahi jas kerjanya.
"Bagaimana bisa..." Bahkan Chanyeol yang sangat terkejut tidak mampu merangkai kata dengan benar.
"Dia selingkuh Chan!!!" Rose menangis sangat kencang. Suara tangisnya bahkan menyayat hati Chanyeol. Bagaimana bisa Jimin menyakiti Rose, wanita yang sangat dicintainya?
Rose tidak sadar, bahwa saat ini tubuh Chanyeol memanas. Membayangkan kepalan tinjunya melayang ke wajah Jimin. Emosinya mengisi seluruh tubuh Chanyeol hingga tubuhnya memerah.
Namun melihat wanita yang sedang menangis di pelukannya, Chanyeol berusaha menahan diri.
Dia tahu, ada ratusan pisau yang masih menancap dalam diri Rose. Dia membiarkan wanita itu menangis lebih lama, untuk melampiaskan kesedihannya.
Bahkan saat dimana semua pisau itu telah keluar, masih ada bekas luka yang tidak mungkin pulih dalam sejentik jarum jam.
Bekas luka dari ratusan pisau,
yang bahkan tidak cukup seumur hidup untuk pulih.
__
____
________
...
Maafin kalo masih ada kekurangan ya 🙏
Makasih banyak yang udah luangin waktunya untuk baca 💗
Makasih juga yang udah vote 💞
Love you guys ❤🧡💛💚💙💜...
KAMU SEDANG MEMBACA
Did You Know?
FanfictionJimin dan Seulgi bukanlah teman, kolega, atau apapun itu. Mereka tidak terikat hubungan apapun, hanya sebatas orang asing yang bertemu di bar pada malam yang sama. Malam itu, kecelakaan yang tidak diinginkan terjadi disebabkan oleh rasa mabuk yang t...