CH - 42

694 109 16
                                    

________

____

__

Hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa hari ini sudah menjadi hari terakhir pemotretan Seulgi. Namun kali ini berbeda, karena ada Yejun yang menemaninya. Rasanya sudah lama sekali semenjak dia melihat anak itu. Rasa rindunya sungguh amat besar. Bahkan Seulgi tidak pernah berpikir bahwa dia akan rindu dengan Yejun sampai seperti ini.

Kronologinya tadi dijelaskan Jungkook. Bahwa pagi-pagi sekali Yejun sudah bangun dan menunggu Jungkook. Dia tahu bahwa Jungkook ada kuliah. Jadi, dia meminta untuk sekalian diantar ke tempat Seulgi karena dia ingin kembali kepada Seulgi. Jungkook yang kasihan melihat Yejun ingin bertemu Seulgi, akhirnya pun mengiyakan.

Alhasil sekarang, Yejun dan Seulgi bisa bertemu kembali. Si duo berumur terbalik.

"Noona, kau terlihat cantik." Tidak ada angin dan hujan, Yejun mengeluarkan pujian. Seulgi jadi salah tingkah dibuatnya. 

"Jadi biasanya aku tidak cantik?" Untungnya kali ini Seulgi dapat memikirkan balasan yang bagus. 

Yejun terlihat berpikir. "Tentu saja tidak. Kalau biasanya, kau terlihat manis."

Jawaban Yejun membuat Seulgi menyernyitkan dahi. Apa maksudnya itu? "Bukankah itu hal yang sama?"

Yejun menggeleng. Lagi-lagi Seulgi jadi merasa bodoh di dekatnya. Anak di hadapannya itu mempunyai banyak saluran otak yang membuatnya tidak pernah kehabisan akal. "Orang yang cantik belum tentu manis. Tapi orang yang manis sudah pasti cantik." 

Seulgi terkekeh mendengar itu. Bisa-bisanya Yejun mengetahui kalimat semacam itu. Tapi kalau dipikir sesuai logika memang benar sih. Terkadang ada kecantikan yang bersifat membosankan. Namun ada kecantikan yang rasanya tidak pernah bosan untuk dilihat. Walaupun pada akhirnya, semua itu tidak lah penting karena hal-hal fisik tidak bersifat abadi.

"Jadi aku hari ini tidak manis?"

Yejun menghela napas. Lelah dengan pertannyaan-pertanyaan Seulgi yang tidak ingin kalah. "Kau cantik dan manis, noona. Omong-omong, kapan pemotretannya selesai? Aku senang melihatmu tapi semua ini sangat membosankan." Lagi-lagi jawaban Yejun membuat Seulgi tertawa.

"Bersabar! Beberapa set lagi, lalu kita pergi jalan-jalan, oke?" Dibalas anggukan Yejun.

Seulgi pun dipanggil lagi untuk set berikutnya, disusul Yejun yang menyemangatinya dari belakang layar. Mengikis ketegangan Seulgi.

________

____

__

"Lega sekali keluar dari gedung itu. Ruangannya sungguh pengap." Keluh Seulgi. Ruangannya memang pengap karena banyak alat-alat untuk pemotretan, dan juga banyak karyawan berjalan kesana kemari. Menjalankan tugas masing-masing untuk melancarkan pemotretan Seulgi.

Sedangkan Yejun langsung menyadari Seulgi yang jalannya begitu lambat. "Apa kau baik-baik saja, noona?"

Otomatis mendengar pertanyaan Yejun, Seulgi menoleh. "Ah.. ini karena perutku sangat berat. Seperti ada dua semangka di dalamnya."

"Bukankah dua semangka lebih berat dari seorang bayi berusia tujuh bulan dalam kandungan?" Tanya Yejun.

"Entahlah, hanya perumpamaan asal. Kau akan mengerti jika berada di posisiku." Wajah Seulgi terlihat lelah dan ngos-ngosan. Padahal belum berjalan jauh dan jalannya juga pelan-pelan.

Yejun pun celingak-celinguk, lalu tersenyum ketika mendapat apa yang dia cari. "Ayo duduk di bangku itu, noona."

Mereka pun berjalan perlahan menuju bangku di samping pohon yang teduh. Yejun membantu Seulgi duduk, agar punggungnya tidak terbanting ke belakang. Dikarenakan perutnya yang besar, jadi ingin duduk pun butuh usaha keras. 

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang