CH - 40

697 101 33
                                    

________

____

__


Perasaan kecewa tidak dapat terbendung ketika sosok Jimin tidak ada di rumah sakit. Seulgi datang pagi-pagi ke rumah sakit diantar Jungkook. Saat sampai, Yui memberitahunya bahwa Jimin semalam datang tiba-tiba. Dia datang untuk meminta izin, pergi ke luar negeri selama beberapa hari ke depan.

Seulgi pikir Jimin hanya marah dengannya, lalu pergi ke rumah sakit untuk menginap di ruangan ayahnya. Namun ternyata dia salah besar. Jimin pergi menghampiri Rose dan menginap disana. Bahkan tadi Yui sudah meminta maaf berkali-kali kepada Seulgi karena membiarkan Jimin pergi begitu saja.

Yui juga sudah menanyakan apa alasan Jimin tiba-tiba ingin pergi.  Namun semalam keadaan Jimin benar-benar kacau, bahkan auranya gelap. Jimin tidak memberikan alasannya, bahkan tidak menjawab kalimat lain selain minta izin dan menitip ayahnya selama beberapa hari ke depan sampai dia kembali. Akhirnya Yui mengizinkannya pergi, dan Jimin hanya berpamitan lalu pergi begitu saja.

Seulgi tentunya mengerti, bahwa ini juga bukan salah Yui yang mengizinkan. Karena dia yakin, Jimin akan tetap pergi meskipun tidak diizinkan.

Sekarang dia berada di kamar mandi rumah sakit. Menenangkan diri dari semuanya. Untung saja tidak ada siapa-siapa di dalam. Karena mungkin pasien di lantai situ juga sedikit. Bahkan di saat seperti ini, dia sudah tidak takut dengan hantu rumah sakit lagi. Dia tidak peduli. Perasaannya terlalu hancur untuk merasa takut dengan hantu. Jika ada hantu yang menghampirinya, mungkin bukannya lari malah dia ajak curhat.

Seulgi melihat dirinya sendiri di cermin. Benar kata Jungkook. Dia terlalu kurus untuk ibu hamil tujuh bulan. Mau bagaimana lagi. Kebahagiaannya terlalu jarang dia rasakan. Tidak ada asupan untuknya terlihat lebih subur. 

Apakah Jimin akan meninggalkannya?

Apakah Jimin akan membencinya selamanya?

Apakah dia akan menjadi ibu tanpa pasangan pada akhirnya?

Semua pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Seulgi. Tidak dapat berhenti meskipun dia mencoba berpikir tentang hal lain. Sekarang dia ingat salah satu alasan kenapa dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun sebelumnya. 

Karena dia takut kehilangan. Semua yang datang akan selalu pergi. Itu rumus kehidupan yang pernah melekat pada Seulgi. Dia pikir cukup dua sahabat, ibu, dan ayah yang akan menyakitinya saat mereka pergi nanti. Dia tidak ingin menambah lebih banyak orang lagi. Namun sekarang dia malah melupakan rumus itu. 

Kenapa dia harus mencintai orang lagi? Dia tahu bahwa orang itu akan pergi. Dia tahu bahwa hatinya akan tersakiti. Mengucap salam perpisahan, melihat perpisahan di depan matanya sendiri. Dia tahu semua itu akan terjadi, lantas kenapa dia tetap membiarkan dirinya jatuh pada Jimin? Pria keparat yang bahkan tidak dia kenal sebelumnya.

Kenapa harus selalu dirinya? Kenapa? Apakah orang baik memang selalu tersakiti? Sangat tidak masuk akal. Dia hanya khawatir kondisi Jimin semakin parah jika dia memberitahu berita itu. Kenapa Jimin tidak ingin mengerti alasannya? Bahkan dia sudah memberanikan diri untuk bicara, tapi Jimin yang tiba-tiba pingsan. Membuat niatnya kembali terkurung.

Apakah itu salahnya? Kalau begitu apakah lebih baik dari awal dia bicara, meskipun kondisi Jimin akan semakin buruk dan mentalnya semakin hancur? 

Saat Jimin pingsan. Apakah lebih baik dia guncang Jimin, paksa sampai dia bangun dan beritahu semuanya? Begitukah yang lebih baik? Itu kan yang Jimin inginkan? Baiklah.

Dia telah belajar satu hal dari kejadian ini.

Bahwa berkata jujur akan selalu lebih baik, meskipun sangat menyakitkan.

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang