________
____
__
"Aku harus apa...?" Air mata Rose lolos turun melalui pipinya. Ia hanya dapat duduk dengan lemas di hadapan dokter.
Rose menatap selembar kertas hasil tes untuk kesekian kali. Kertas itu sungguh membuatnya kecewa. Ia takut rasa kecewanya Jimin pun akan lebih besar. Karena yang Rose tahu, Jimin sangat ingin mempunyai anak. Jimin suka dengan anak kecil. Bahkan Jimin pernah mengatakan untuk ingin punya empat anak.
Hal itu tidak akan bisa dikabulkan oleh Rose lagi. Karena hasil tesnya menunjukkan bahwa ada kista kecil di rahimnya. Itu dapat menjadi faktor terbesar dalam masalah kemandulan. Kista tersebut bisa saja dioperasi, tapi tidak menutup kemungkinan untuk tumbuh lagi. Kalaupun Rose tidak memiliki kista, tingkat kesuburannya rendah membuatnya rentan mandul.
"Mau aku hubungi bibi?" Tanya dokter di hadapannya, Chanyeol. Mereka memang dekat. Bahkan setiap Rose ke rumah sakit, dokter yang menanganinya selalu Chanyeol. Itu semua karena dokter muda itu melarang Rose berkonsultasi dengan dokter lain. Tidak ada yang tahu pasti apa alasannya.
"Aku... takut bibi akan kecewa. Bagaimana jika pernikahan aku dan Jimin dibatalkan hanya karena ini?" Rose menatap Chanyeol, berharap kepada kalimat yang akan dikeluarkan Chanyeol untuk bisa menenangkan dirinya.
"Sudah berapa tahun kau mengenalnya? Bibi tidak akan seperti itu." Jeda keheningan di antara mereka, sampai Chanyeol melanjutkan kalimatnya, "Kau dan Jimin bukan kekasih dua bulan pacaran, jadi berhentilah khawatir."
Rose lebih tenang sekarang. Matanya masih menyorot selembar kertas tes. Biarpun Jimin atau ibunya tidak masalah dengan ini, tetap saja Rose menganggap dirinya sungguh mengecewakan. Apakah mereka harus melakukan bayi tabung? Rose tidak dapat membayangkan hal itu. Padahal ia ingin seperti pasangan normal lainnya.
Rose melipat kertas tes dan memasukkannya ke dalam tas. Matanya kini menyorot Chanyeol.
"Aku rasa cukup. Terima kasih untuk hari ini, Chan." Rose tersenyum.
Chanyeol membalasnya dengan senyuman. "Perlu kau tahu, aku selalu disini. Jadi datanglah jika terjadi apa-apa."
"........ Gomawo."
Bibir mereka tetap memberi senyuman satu sama lain. Sampai akhirnya Rose beranjak keluar ruangan. Meninggalkan senyuman Chanyeol yang berangsur pudar tanpa sepengetahuan.
________
____
__
"Kang Seulgi..., benar?"
Yang ditanya hanya mengangguk.
Dokter Suzy menyorot penampilan Seulgi dan Jimin. Raut wajah mereka tidak sebahagia pasangan lain saat datang ke dokter kandungan. Apalagi pakaian mereka yang cukup kacau. Tubuh Seulgi dibalut jas hitam Jimin, karena baju Seulgi tidak memungkinkan dirinya untuk dilihat orang-orang. Sedangkan kemeja Jimin yang kusut dan kusam. Berantakan.
"Aku Bae Suzy, kalian bisa memanggilku dengan embel-embek dokter ataupun tidak. Terserah kalian." Dokter Suzy tersenyum sambil menulis sesuatu di atas kertas.
"Kalau begitu... Seulgi-ssi?"
Seulgi mendongak. Bisa dilihat dengan jelas wajah bengkaknya karena menangis. Namun Dokter Suzy mencoba mengabaikan hal yang mungkin adalah privasi mereka berdua.
"Silakan berbaring di kasur, buat dirimu senyaman mungkin." Wajah ramah Dokter Suzy tidak meninggalkan dirinya. Meskipun dia sadar ada yang salah dengan kedua pasangan itu, dia berusaha untuk bersikap profesional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Did You Know?
FanfictionJimin dan Seulgi bukanlah teman, kolega, atau apapun itu. Mereka tidak terikat hubungan apapun, hanya sebatas orang asing yang bertemu di bar pada malam yang sama. Malam itu, kecelakaan yang tidak diinginkan terjadi disebabkan oleh rasa mabuk yang t...