CH - 43

748 117 15
                                    

________

____

__


Koridor penuh tangisan. Tidak ada yang bicara, hanya menangis. Menunggu informasi keadaan perempuan tersayang mereka. Siapa yang menyangka bahwa perempuan yang baru saja bersenang-senang dengan pekerjaannya, tiba-tiba tertabrak mobil di seberang tukang ice-cream?

Ekspetasinya akan makan ice-cream, bernostalgia seiring senyum mengembang. Namun yang terjadi adalah maut.

Sangking tidak terekspetasi, Wendy sampai mendadak pulang dari Canada. Mengambil cuti kuliah dan kembali ke Korea demi sahabatnya. Bukan, maksudnya keluarga. Mereka adalah keluarga tanpa ikatan darah.

Saat mendengar suara Jungkook lewat telepon, merangkai kata demi kata untuk memberitahu dirinya, dia pikir Jungkook hanya bercanda. Membuat semacam prank, karena Jungkook adalah orang yang sangat usil. Jungkook sendiri pun berharap ini hanya salah satu keusilannya. Namun dia sendiri tahu betul, bahwa itu tidak.

Karena tidak mungkin Yejun dan Seulgi bekerja sama, membuat prank se-realistis itu. Tidak mungkin Yejun yang tidak pernah menangis dilihatnya, tiba-tiba menangis histeris lewat telepon rumah sakit. Memanggil Jungkook untuk cepat datang. Dan tidak mungkin sekali, mereka menyewa orang lain untuk berpura-pura seperti pengendara yang menabrak, hanya untuk sekedar prank.

Karena ini benar-benar nyata. Bukan sekedar bualan semata. Pengendara yang menabrak Seulgi, sekarang menangis gemetar. Rela melakukan apapun untuk menyelamatkan perempuan yang telah dia tabrak secara tidak sengaja. Pengendara itu merasa sangat bersalah ketika melihat Yejun yang menangisi Seulgi. 

Dia pikir dia telah menabrak seorang ibu di depan anaknya. Namun saat itu dia mendengar Yejun berteriak 'noona' terus-menerus. Saat melihat itu, si pengendara tidak peduli apa dia akan dihukum atau dipenjara. Dia langsung memanggil ambulans dan membawa Yejun ke rumah sakit bersamanya.

Tidak ada yang benar-benar menyalahkannya, karena mereka semua tahu itu kecelakaan. Dia juga sudah menunjukkan tanggung jawab. Itu sudah cukup. 

Namun yang Jungkook takuti adalah orang yang sedang dia hubungi sekarang. Dia takut pengendara itu akan habis di tangan Jimin. Mengingat Jimin mempunyai temperamen yang sangat buruk. Jujur saja dia tidak ingin memberitahu Jimin sama sekali. Karena baginya, Jimin tidak berhak mengetahui apapun tentang Seulgi. Dia masih ingat perlakuan Jimin pada Seulgi. 

Sayangnya Jungkook tidak punya pilihan. Karena orang tua Seulgi mendesaknya untuk menghubungi Jimin. Bagaimana pun juga mereka masih terikat hubungan suami istri. Jimin berhak tahu tentang kejadian sebesar ini. Meskipun orang tua Seulgi juga sedikit kecewa, mendengar Jimin yang malah menghampiri mantan kekasihnya ke luar negeri.

'Keparat susah sekali menjawab...' Umpat Jungkook dalam hati saat teleponnya tidak terjawab oleh Jimin terus-menerus.

"Wendy, jaga mereka dulu ya." Jungkook menoleh kepada Wendy yang sedari-tadi menangis di sampingnya. Wendy pun mengangguk. 

Jungkook berdiri dari kursi. "Kau mau kemana?" Tiba-tiba Wendy bertanya.

"Ke parkiran sebentar. Ada yang harus aku hubungi." Dan Jungkook melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Sambil berjalan, dia menghubungi Jimin terus-menerus. Sudah ke sembilan belas kalinya dia menelepon Jimin. Dan tetap tidak terjawab. Dia bersumpah, jika telepon ke dua puluhnya ini tidak terjawab lagi, tidak akan dia biarkan Jimin bertemu Seulgi. Tidak akan. Benar-benar memancing emosi.

"Ada apa?" Tiba-tiba dari seberang telepon menjawab. Akhirnya. Harus sekali Jungkook bersumpah dulu baru dia menjawab telepon?

"Pulang ke Korea. Sekarang juga." Desak Jungkook. Tidak pakai basa-basi. Dia tidak punya waktu untuk itu.

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang