CH - 48

874 103 9
                                    

________

____

__


Baru saja duduk di sofa, sudah ada yang mengetuk pintu pagi-pagi begini. Taehyun menghela napas dan langsung beranjak untuk membuka pintu. Tentu saja dia tahu siapa yang datang. Orang yang selalu hadir setiap harinya seakan-akan untuk absen. Seakan hidupnya tidak akan lulus jika tidak datang sehari saja.

"Annyeong haseyo, Jimin imni---"

"Kau sudah melakukannya selama setahun setengah. Dan nama Jimin bukanlah nama yang sulit diingat. Mereka pasaran. Jadi berhenti memperkenalkan dirimu setiap datang atau aku akan menendangmu." Omel Taehyun kepada pria di hadapannya. Sedangkan yang diomeli hanya garuk-garuk kepala.

"Masuk." Taehyun melangkah masuk, diikuti oleh Jimin yang menutup pintu.

Mau tahu kenapa Jimin dan Taehyun seperti itu? Karena Taehyun telah meninju Jimin saat mengetahui bahwa putrinya disakiti. Bukan karena tinjuannya, melainkan karena Jimin takut Taehyun membencinya terus-menerus. Dan kalau Taehyun membencinya, dia tidak akan dapat restu dengan Seulgi.

Menyerah? Tidak. Jimin tidak akan melepas Seulgi begitu saja. Dia sudah bilang bahwa dia akan menunggu. Dan omongannya benar-benar serius.

"Apa yang kau bawa kali ini?" Taehyun dengan santainya duduk ke sofa kembali dan membuka televisi. Sedangkan Jimin seperti biasa langsung ke dapur. Mengeluarkan semua belanjaan yang dia bawa.

"Hari ini kimchi dengan oyster." 

Hal itu membuat pandangan Taehyun yang tadinya pada televisi, melebarkan mata ke Jimin. Seperti yang diketahui, oyster bukanlah makanan yang murah. Bisa dibilang seperti makanan orang kelas atas.

Taehyun pun beranjak lagi dari sofa dan menghampiri Jimin. Menatap barang belanjaan yang dia bawa. "Kerang ini! Aku pernah melihatnya di televisi! Sayangnya terlalu mahal untuk istriku yang kelewat hemat." Taehyun menggelengkan kepala malas. Hyera memang berperan besar dalam pengeluaran ekonomi di rumah ini. Menurutnya, tidak harus membeli kerang mahal jika ada kerang murah di pedagang keliling. 

"Kalau begitu hari ini kau akan mencobanya." Kata Jimin pada Taehyun. Taehyun pun hanya mengangguk saja. Dia sudah terbiasa dengan kehadiran Jimin selama setahun setengah ini. Bahkan seminggu empat kali memasak sarapan untuk mereka. Kurang apa lagi coba menantu yang satu ini? 

Eh. Bukan begitu maksud Taehyun. Maksudnya dia masih kesal dengan Jimin atas apa yang dia lakukan. Semua orang pasti akan kesal. Tapi selama ini Jimin berusaha untuk membuktikan dirinya. Taehyun sangat menghargai orang yang pantang menyerah.

Tentu saja dia akan membuat Jimin kesulitan. Tidak semudah itu untuk mendapat putri satu-satunya kembali. Sejak mereka berdua cerai hampir dua tahun lalu, Taehyun berkuasa atas Jimin. Seakan jika Jimin melakukan kesalahan, dia tidak akan mengizinkannya bertemu Seulgi lagi. Apalagi mengingat bagaimana keras kepalanya Jimin saat hari perceraian mereka.

...

"Jimin tolong lah." Seulgi frustasi dengan perilaku Jimin yang tidak bisa diajak kerja sama. Dari mereka datang sampai sekarang, dia tetap mengulur-ngulur alasan yang membuat palu tidak jadi diketuk.

Seulgi sudah serius menatap Jimin, yang ditatap malah mengalihkan pandangan. Sudah sangat ketara bahwa Jimin masih tidak rela perceraian ini dijalankan. Bahkan sebelum datang, Jimin mengeluarkan berbagai alasan untuk mengulur sidang. Entah belum sarapan lah, macet lah, ban kempes lah. Benar-benar menguji kesabaran Seulgi.

Seulgi pun beranjak ke hadapan Jimin, memegang kedua bahunya dengan paksa agar Jimin tidak beralih ke arah lain lagi. "Kau hanya tinggal menyetujui semuanya, dasar keparat! Aku tidak punya waktu untuk ini aku harus belajar!"

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang