________
____
__
Sudah satu setengah jam. Rasanya ingin Seulgi tendang wajah Jimin keluar. Bisa-bisanya ternyata pria itu menguntit sampai ke restoran. Dan mau tahu apa yang dilakukannya? Menatapi meja mereka seperti seorang penguntit. Seulgi yakin Jimin sengaja memperlihatkan diri. Agar mereka merasa tidak nyaman, lalu membahas soal dirinya dan topik berganti menjadi 'Jimin'.
Topik yang sangat tidak Seulgi minati.
Dari tadi dia juga berusaha mengabaikannya. Namun Taeyong yang masih baru dan belum tahu apa-apa, tentunya merasa risih. Sudah berkali-kali Taeyong berbisik, bertanya kenapa pria di ujung ruangan terus menatap ke arah sini. Tapi tidak mungkin baginya untuk menjelaskan sejarah pernikahan gila kepada Taeyong.
"Dua orang itu kemana sih? Lama sekali." Keluh Seulgi. Wendy dan Jungkook keluar untuk membeli sesuatu. Tapi sampai sekarang belum kembali. Padahal Seulgi ingin cepat-cepat enyah dari tempat itu. Jauh dari pria penguntit gila. Park Jimin.
"Mungkin sedang mengantre. Lagi pula kenapa buru-buru?" Tatap Taeyong sembari menyedot es teh manisnya.
Seulgi pun mendekat, lalu berbisik. "Aku ingin cepat pergi dari penguntit gila yang arogan, sok keren, mata sipit, yang sangat menyebalkan di ujung ruangan.."
Mendengar deskripsi itu, Taeyong geli sendiri. Sungguh detail sekali Seulgi baginya. Padahal belum tahu saja kalau Seulgi dan penguntit gila itu adalah mantan suami istri. Karena itulah Seulgi bisa sedetail itu.
"Oh ya... Taeyong?"
"Hm?"
"Soal hari itu... Aku minta maaf." Raut wajah Seulgi merasa bersalah. Hanya kalimat itu saja, Taeyong sudah tahu apa maksudnya.
...
"Aku sangat menyukaimu, Seulgi. Apakah aku ada kesempatan di dalam hatimu?" Tatapan Taeyong terlihat tulus. Menunggu jawaban Seulgi.
Tidak pernah terpikir oleh Seulgi, bahwa Taeyong akan mengungkapkan hal seperti ini. Dia sadar akan perlakuan Taeyong yang dipertanyakan. Namun dia pikir itu hanya sekedar perilaku hangat dari teman. Ternyata memang ada maksud lain.
"Ah.. tipemu bukan aku ya?" Taeyong mengeluarkan sekilas senyuman.
Seulgi tidak suka situasi seperti ini. Membuatnya merasa serba salah. Masalahnya dia tidak menganggap Taeyong seperti itu.
"Taeyong. Aku yakin banyak perempuan di luar sana yang tipenya sepertimu. Aku tidak bohong saat aku bilang bahwa perempuan yang kau sukai sangat beruntung. Mungkin aku dapat mempertimbangkannya di situasi yang berbeda tapi-- sekarang..."
Taeyong memiringkan kepalanya, menunggu Seulgi melanjutkan kalimat. Seulgi pun menghela napas.
"Ada pria bodoh yang sedang menungguku di Korea."
...
"Ya, Kang Seulgi. Sudah berbulan-bulan itu berlalu. Kau pikir aku tidak bisa move on?" Taeyong menaikkan alisnya arogan.
Seulgi pun tertawa lega. Untung saja mereka tetap bisa berteman baik. "Benar juga. Kau tinggal memilih salah satu di antrean panjangmu itu."
"Ah. Kau berlebihan." Taeyong tersipu. Kalimat Seulgi memang benar adanya sih. Bagaimanapun, Taeyong pastinya tidak bisa memilih asal begitu saja. Seulgi merupakan kriteria yang paling pas.
Bahkan saat pertama kali bertemu dan melihat gerak-geriknya, tanpa sadar Taeyong malah mengamati Seulgi terus-menerus. Seakan hal itu menjadi sebuah hobi. Seulgi adalah perempuan yang unik baginya. Perempuan yang sangat dia idamkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Did You Know?
FanfictionJimin dan Seulgi bukanlah teman, kolega, atau apapun itu. Mereka tidak terikat hubungan apapun, hanya sebatas orang asing yang bertemu di bar pada malam yang sama. Malam itu, kecelakaan yang tidak diinginkan terjadi disebabkan oleh rasa mabuk yang t...