[Irreplaceable Love 3]

5.7K 318 0
                                    

Dirra meronta saat pria itu menggendongnya secara tiba tiba di pusat perbelanjaan. Membuat seluruh orang yang berada di dalamnya melihat ke arahnya. Dirra benar benar malu, jika ayahnya melihat ia bersama dengan pria, dan dalam kondisu seperti ini. Pilihannya ada dua, Dirra di paksa menikah, atau Dirra di coret dari nama keluarga.

Ya sebab keluarga Dirra sangat menjunjung tinggi, etika, moral, sopan dan santun. Tidak ada sejarah dalam keluarga Dirra bahwa ada yang hamil di luar nikah, atau bahkan hilang perawan tanpa kekasih yang jelas.

Pria itu menurunkan Dirra di dalam mobilnya. Pria itu membantu Dirra untuk memasangkan sabuk pengaman. Pria itu tak peduli celotehan ataupun makian yang Dirra lontarkan saat itu. Ia lantas langsung mengendarai mobilnya.

"Om mau bawa saya kemana!" Ucap Dirra.

"Rumah sakit."

"Om saya gak sakit! Yang sakit itu om! Om turunin, kalo gak turunin saya laporin polisi."

"Mau nuntut saya apa?"

"Pelecehan seksual!" Ucap Dirra dengan tatapan mata yang tajam.

"Dih, sini saya lecehkan dulu, biar gak rugi. Orang saya gak ngapa ngapain kok di laporin!" Geram pria itu.

"Yeuh! Udah turunin saya!" Ucap Dirra dengan nada suara tinggi.

"Om!!!" Panggil Dirra terus menerus saar pria tersebut belum menurunkannya dari mobilnya.

"Nama saya Darren, bukan om! Saya tidak setua itu!" Ucap pria tersebut yang ternyata memiliki nama Darren.

Dirra terdiam, ia tak lagi berbicara, ia bungkam. Hingga tiba di rumah sakit. Darren membawanya untuk mengobati luka di kakinya akibat tabrakan kecil yang terjadi sebelumnya.

Mereka berjalan keluar ruangan. Darren sama sekali tak membantu Dirra yang kesusahan saat berjalan keluar. Apalagi menuju parkiran, itu jika Darren mau menghantarkannya pulang. Jika tidak, ia harus menaiki transportasi umum, sepertinya dengan kondisi kaki seperti itu akan sungguh merepotkan.

Darren menghentikan langkahnya, saat mengetahui Dirra tertinggal sangat jauh. Ia kembali menghampiri Dirra. Membuat Dirra kebingungan.

"Kamu pulang sendiri saja atau saya antar?" Tawar Darren sambil membantu Dirra berjalan.

"Kalo om mau tanggung jawab ya sekalian, jangan setengah setengah," oceh Dirra sambil terus berjalan.

Darren melepaskan genggaman tangannya yang membantu Dirra berjalan, hingga Dirra hampir terjatuh, untunglah karena Dirra langsung memegang kursi yang ada di dekat sana.

"Om gila ya! Saya mau jatuh, kalo gitu mending gak usah bantuin jalan! Sana pulang!" Maki Dirra kesal.

"Saya bukan om kamu!" Ucap Darren dengan penuh penekanan sambil menatap Dirra dengan sangat dekat.

"Saya juga gak mau punya om kayak lo!" Balas Dirra.

Dering ponsel Dirra berbunyi, sebuah panggilan masuk dari mamahnya, Dirra memutuskan untuk duduk terlebih dahulu sembari mengangkat telpon. Darren menatapnya sambil berdiri dan Dirra meluncurkan tatapan mata tajam ke arahnya.

"Halo mah kenapa?"

"Cowo siapa yang gendong kamu Dirra!"

"Hah siapa? Gak ada yang gendong Dirra mah."

"Jangan mengelak kamu! Zella kirimin mamah foto."

'Babi Zella,' batin Dirra.

"Siapa pria itu Dirra!"

"Bukan siapa siapa Dirra mah!"

"Kamu kenapa bisa jadi gadis nakal hah?!"

"Apaan si mah! Dirra bukan gadis nakal yah! Mamah jangan sembarangan! Dirra gak mungkin aneh aneh."

Darren terkejut mendengar percakapan Dirra. Ia lantas langsung menatap Dirra yang masih terhubung dengan telponnya.

"Kalo kamu tau, gak akan terjadi hal seperti hari ini Dirra."

"Tarserah mamah mau bilang Dirra apa. Dirra benci sama keluarga Dirra sendiri."

Dirra menahan air matanya untuk lolos. Darren menatapnya bingung.

"Dirra kamu itu! Dimana kamu sekarang!"

"Buat apa mamah tau Dirra dimana? Mau marahin Dirra karena mamah gak tau kebenarannya? Iya! Ini kenapa Dirra gak pernah betah di rumah."

"Dirra bawa pria itu kesini!"

"Apaan si mah! Ngapain! Dia juga bukan siapa siapa aku!"

Darren mengambil paksa ponsel Dirra dari genggamannya.

"Halo tante?" Ucap Darren.

Dirra berusaha untuk mengambil ponselnya, namun Darren menyuruhnya diam dan duduk manis saja. Darren menjauhkan dirinya dari Dirra agar Dirra tak mendengar apa yang Darren bicarakan.

"Kamu prianya! Yang udah sentuh anak saya sembarangan!"

"Maaf tante, tapi saya tidak melakukan apapun."

"Alah jangan kerja sama kamu sama Dirra!"

"Saya gak kerja sama tante, saya serius, sebelumnya saya gak sengaja menabrak Dirra di lampu merah dekat mall, trus saya belum tanggung jawab tapi Dirra sudah menghilang. Tidak sengaja bertemu di dalam mall, dan melihat kaki Dirra pincang, jadi saya langsung membawanya ke rumah sakit."

"Berikan ponselnya kepada Dirra."

"Maaf sebelumnya tante, anak tante bukan gadis nakal, dia wanita yang sangat baik."

Darren mengembalikkan ponselnya kepada Dirra. Dirra kembali berbicara dengan mamahnya hingga telpon di tutup.

"Om pulang duluan aja, saya bisa pulang sendiri," ucap Dirra seraya memasukkan kembali ponselnya ke dalam celana jeans.

"Nama saya Darren! Bukan om!" Ucap Darren lagi dan lagi untuk memperingatkan Dirra.

"Iya, Darren pulang duluan aja, Dirra bisa pulang sendiri. Makasih juga udah bawa Dirra ke rumah sakit," ucap Dirra kemudian pergi meninggalkan Darren ke arah yang berlawanan. Raut wajahnya seakan sangat kecewa. Apa yang mamahnya bicarakan? Hingga dirinya menjadi sangat sedih.

Darren mencoba untuk mengajak Dirra pulang bersama, namun Dirra terus menolak.

"Saya mau tanggung jawab sepenuhnya Dirra."

"Darren pulang aja! Nanti Dirra makin di omelin sama mamah! Nanti Dirra di bilang gadis nakal! Sana menjauh!" Ucap Dirra sambil menahan air matanya lagi.

---
Terimakasih sudah membaca🖤✨

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang