xxxxx7869
bagaimana satu bulan tanpa Darren Ny. Dirra? Apakah kau merindukannya? Apakah kau percaya jika Darren disini bekerja? Yang katanya untuk bekerja sama dengan perusahaan milik teman masa kecilnya? Apakah kau tau siapakah teman masa kecilnya Ny. Dirra? Seseorangnya yang sangat spesial dulunya"Argh!" Teriak Dirra di dalam kamar, untunglah sebab kamarnya adalah ruangan kedap suara. Jadi tak terdengar hingga keluar. Dirra mengatur nafasnya, membuat detak jantungnya yang semula berdetak sangat kencang perlahan kembali normal.
"Tahan Dirra, ada anakmu disini, kasian," gumam Dirra memikirkan kondisi anaknya jika ia terbawa emosi, ia mengusap usap perutnya pelan. Matanya melihat ke arah susu yang baru saja di hantarkan oleh bibi, bersamaan dengan sepiring spagethi.
Dirra membuka laptopnya dengan cepat, mengetik nama amoura dalam pencariannya. Dalam hitungan detik, semua informasi terpapar dengan jelas. Nama panjang, tanggal lahir, bahkan kota dimana dia tinggal, beserta catatan publik lainnya.
Satu hal yang ada di benak Dirra. Semua orang bilang mereka adalah teman masa kecil, namun tak ada kesamaan yang bisa Dirra samakan, bahkan tempat sekolah Amoura dulu tak sama dengan tempat sekolah Darren dulu.
Dimana letak kalimat "teman dekat saat kecil?" Dirra menyudahi kegiatannya, untuk apa ia mencari tau wanita gatal seperti Amoura? Jelas bukan levelnya banget.
Mungkin Darren memang sedang benar benar sibuk saja, tak mungkin ia melupakan Dirra. Apalagi ada anaknya yang sedang Dirra kandung, anak yang sudah Darren tunggu tunggu kehadirannya. Tak mungkin Darren melupakannya begitu saja.
Dirra tak yakin jika Darren bisa berpaling secepat itu. Darren tak akan kejauhan jika bukan Amoura yang memancingnya lebih dulu bukan? Jadi salahkan Amoura, bukan Darren. Tapi kesal karena Darren juga tak menghubungi Dirra sama sekali.
Dirra bahkan harus tau kondisi Darren lewat supirnya saja. Tidakkah seharusnya Darren bertanya kabarnya? Bagaimana kondisi anaknya? Bagaimana kondisi Dirra selama kehamilan? Ini rasanya Darren tidak peduli dengan istri dan calon anaknya.
Dirra menyantap makanannya, dengan di tutup meneguk susu kehamilannya. Dokter bilang Dirra tak boleh stress karena itu akan mempengaruhi kondisi kehamilannya. Dirra berusaha untuk tidak memikirkan hal aneh, walaupun rasanya pantas untuk di pikirkan.
Dirra mengalihkan pikirannya dengan berbelanja, berkeliling mall membeli perlengkapan bulanan. Dirra hanya sendiri, ia meminta supir untuk percaya padanya jika ia tak akan membawa banyak belanjaan, jadi tak memerlukan bantuan supir.
Dengan berat hati, sebab perintah Dirra. Polan akhirnya menurut dan menunggu di mobil saja. Dirra berbelanja cukup lama bahkan bisa di bilang sangat lama, membuat Polan menghubunginya berkali kali. Polan hanya takut jika terjadi sesuatu dengan Dirra.
Sebab dirinya di perintahkan untuk menjaga Dirra dengan baik, khawatir juga dengan anak yang ada dalam perut Dirra. Polan juga memiliki trauma masa lalu, saat istrinya yang umurnya lebih muda seperti tuan dan nyonya, mengandung anak pertama mereka. Namun harus keguguran sebab usia istrinya yang masih muda sehingga rentan sekali dengan kandungannya.
Anak remaja seperti Dirra masih suka sukanya bergerak dengan bebas, sehingga kadang kala gerakan mereka bisa saja salah.
Tak lama Polan melihat Dirra dengan mendorong troli keluar dari mall. Dengan siap Polan keluar dari mobil dan mengambil ahli troli, menyuruh Dirra untuk masuk ke mobil saja dan duduk.
"Ingin makan siang dimana Ny?" Tanya Polan saat dalam perjalanan pulang.
"Aku tak ingin makan."
"Baiklah."
Tanpa bantahan atau percakapan panjang, Polan pasrah saat Dirra tak ingin makan. Ia tak mencoba untuk membujuknya karena sepertinya mood Dirra sedang hancur.
"Tuan menghubungi saya, katanya nanti malam tuan akan menghubungi nyonya setelah pertemuan selesai," jelas Polan.
Dirra tersenyum senang, akhirnya yang ia tunggu tunggu terjadi juga. Polan tersenyum tipis saat melihat Dirra tersenyum saat mendengar ucapannya. Setidaknya raut wajah Dirra tidak sebadmood sebelumnya.
Polan membawa semua barang belanjaan Dirra ke dalam apart. Bibi menawarkan Dirra untuk menu apa yang ingin Dirra makan untuk makan siang. Namun Dirra menjawab tidak. Polan menggelengkan kepala ke arah bibi untuk tidak membujuk Dirra.
Dirra berjalan ke arah kulkas dan mengambil ice cream kesukaannya, ia membawanya masuk ke dalam kamar. Ia menikmatinya di balkon kamar, siang ini tidak terlalu panas. Hari ini udara sejuk, panas matahari tak seterik biasanya.
"Dirra harus cari tau tentang Amoura sendiri, karena kalo Dirra nanya nanti ketauan Dirra cemburu," ucap Dirra kepada dirinya sendiri.
Dasar wanita aneh, padahal cemburu tapi tak mau orang lain tau jika ia cemburu. Ada ada aja.
---
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...