Pagi ini Dirra memiliki jadwal untuk penandatanganan buku terbarunya. Di sebuah mall yang terletak di pusat kota. Dirra bangun lebih awal dan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin, ini kali pertamanya ia akan menampakan diri sebagai pemilik pena.
Dirra berdandan dengan baik dan bergegas untuk pergi meninggalkan apart. Mobil sudah siap di bawah untuk mengantarkan Dirra pergi.
Sampainya di dalam mall, Dirra di antar menuju salah satu toko buku terlengkap yang ada di mall. Sudah banyak pengunjung yang mengantri menunggu Dirra untuk hadir di depan mereka.
"Hai guys," sapa Dirra dengan sangat ramah.
Semua bersorak menyapa Dirra dengan antusias. Mata Dirra tertuju pada Devvi yang ada di situ dan terkejut melihatnya. Devvi bahkan rela bolos sekolah hanya untuk hadir hari ini.
Acara berlangsung cukup lancar, "tau gitu Devvi minta tanda tangan kakak semalem deh dari pada Devvi bolos gini, pasti nanti kak Darren marahin Devvi."
"Ahaha, nanti biar kak Dirra yang bicara kalo kamu di omelin kak Darren," ucap Dirra.
"Aaaa makasi," ucap Devvi kemudian pergi meninggalkan antrian.
Acara tak lama selesai, hari ini sungguh melelahkan sebab banyak juga yang datang untuk tanda tangan buku. Tak di sangka buku yang Dirra buat rupanya laris di kalangan remaja.
"Terimakasih Dirra," ucap penyelenggara acara kepadanya.
"Iya, sama sama," ucap Dirra.
"Kak Dirra!" Teriak Devvi melambaikan tangannya. Dirra menoleh dan melihat Devvi berdiri bersama dengan Darren.
"Uhm, saya pulang sendiri aja gak apa, jadi mobilnya tidak usah," ucap Dirra kepada penyelenggara yang sebelumnya sudah mempersiapkan mobil untuk menjemput dan menghantar Dirra pulang.
Dirra berjalan dengan cepat menuju ke arah Devvi dan Darren yang berada di luar toko buku, "hai Darren," ucap Dirra yang membuat Darren terkejut.
Untuk pertama kali, Dirra tak memanggil Darren dengan sebutan 'Om.'
"Kenapa ga bilang kalo kamu ada acara pagi ini?" Tanya Darren kepada Dirra.
"Iya nih betul, kan Devvi ga akan ajak kakak nonton film bareng sampai larut malam," ucapnya.
"Ga ada juga yang suruh kamu bolos Devvi," ucap Darren menatap Devvi dengan seksama.
"Maaf, jangan laporin papah ya, nanti Devvi bisa di omelin," pintanya.
Darren mengangguk, "oiya, Darren kok bisa disini?" Tanya Dirra.
"Nyari anak ini bolosnya kemana, karena saya di telpon sama guru sekolahnya," ucap Darren menunjuk Devvi sebagai tersangka.
"Ga sibuk memang?" Tanya Dirra. Mereka melangkahkan kakinya bersamaan, Devvi berjalan lebih dulu dari mereka dengan memeluk buku yang baru saja Dirra tandatangani.
"Saya ga akan pernah sibuk, untuk orang spesial," ucap Darren.
'Dirra jangan baper ya,' batinnya sendiri.
"Kamu cantik Dirra," gumamnya pelan.
"Ha?"
"Kamu jauh lebih cantik hari ini, saya suka," lanjutnya.
"Terimakasih, Dirra memang cantik sejak lahir," ucapnya.
Darren terkekeh, "percaya diri sekali kamu Dirra."
"Ahahaha," tawa Dirra.
"Saya menyukaimu," bisik Darren di telinga Dirra dan kemudian berjalan lebih dulu menyusul Devvi.
"Apa?" Tanya Dirra yang takut salah mendengar.
Mereka akhirnya memutuskan untuk makan ke suatu restoran yang ada di dalam mall, mengingat Dirra belum makan sejak pagi.
"Devvi ke toilet dulu ya," ucapnya kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
"Darren bisikin Dirra apa tadi?" Tanya Dirra membuat Darren yang sedang membuka ponselnya menyimpannya dengan segera.
"Saya bilang kalo saya menyukaimu," ucap Darren menghadapkan wajahnya tepat di depan wajah Dirra, sehingga membuat Dirra gugup.
"Dirra juga menyukai Darren," jawabnya.
"Tapi," lanjut Dirra.
"But?"
"Papah mau Dirra sama yang seumuran," ucap Dirra.
"Why do you like me?" Tanya Darren.
Dirra mengangkat kedua bahunya, "Dirra suka aja deket sama Darren, Darren baik, walaupun kadang mesum, tapi Dirra suka cara Darren memperlakukan Dirra. Dirra bisa manja manja sama Darren. Sama kayak Devvi ke Darren."
Darren diam mendengarkan kalimat yang muncul dari Dirra.
"What if I want you with me?"
"I want to," jawab Dirra.
"For keeps."
"Get permission from daddy, I won't say no later."
Devvi datang, tepat saat hidangan mereka juga datang. "Lama sekali kamu ke toilet," ucap Dirra.
"Aku merapihkan riasanku dan rambutku, bagaimana dengan penampilanku saat ini?" Tanya Devvi kepada Dirra.
"Cantik."
---
Mereka berjalan keluar mall. Tujuannya adalah kembali ke rumah. Jalanan sedikit macet sore ini. Belum lagi jarak dari mall ke rumah mereka cukup jauh. Devvi bahkan sudah tertidur di belakang sejak beberapa jam lalu.
"Darren," panggil Dirra.
"Hm?" Jawabnya.
"Apakah Darren serius untuk yang tadi?"
"Yes, i'm seriously, why?"
"Dirra keras kepala, Dirra susah di atur, Dirra juga ga secantik temen temen perempuan Darren, Dirra masih anak anak, pemikiran Dirra kata papah masih kecil," jelasnya menjelaskan semua kekurangannya.
Darren tersenyum, "saya tidak peduli dengan semuanya Dirra. I want you."
"Dirra takut papah ga setuju," ucapnya.
Darren terkekeh, padahal dari awal Darren sudah berjuang untuk mendapatkan Dirra. Butuh waktu cukup lama untuk Daffin menyetujui Darren untuk Dirra.
Sejak Daffin merestuinya, Darren sedikit senang sebab bisa dekat dengan Dirra dalam batas wajarnya. Biasanya Darren harus menjaga jarak mengingat kedudukan Dirra yang berasal dari keluarga yang baik.
"Wait the day after tomorrow, I'll come see your father."
Dirra mengangguk. Entahlah setiap bersama dengan Darren, dirinya merasa jauh lebih baik, dari pada bersama dengan mamahnya atau papahnya. Darren jauh lebih mengerti Dirra, di bandingkan kedua orang tuanya sendiri. Darren jauh lebih selalu ada kapanpun dibandingkan orang tuanya.
---
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...