Darren menggenggam erat tangan Dirra, menunggu giliran untuk namanya di panggil. Mereka sedang menunggu di depan ruang dokter kandungan, untuk memastikan kebenarannya lebih lanjut. Keduanya belum menghubungi siapapun termasuk keluarga mereka sendiri perihal kehamilan Dirra ini, Devvy sendiri belum mengetahui jika ia akan segera memiliki keponakan.
"Ny. Dirra," panggil perawat setelah pasien setelahnya keluar.
Darren membantu Dirra untuk bangkit, Dirra sudah tidak terlihat pucat seperti sebelumnya. Demamnya pun sudah mereda, hanya saja Dirra memang terlihat sangat lemas.
Darren menutup kembali pintu ruangan, ia dan Dirra duduk di depan meja bersama dengan dokter perempuan yang ada di sana. "Ny. Dirra benar?" Tanyanya.
Dirra mengangguk sebagai jawaban benar, dokter melemparkan beberapa pertanyaan seputar apa yang di rasakan Dirra. Hingga Dirra di minta untuk berbaring di ranjang untuk melakukan pemeriksaan, Darren menunggu di samping Dirra, dengan terus menggenggam tangan Dirra.
"Usianya menginjak dua minggu, ini janin yang tumbuh di rahim Ny. Dirra," jelas Dokter sambil menunjuk titik kecil yang ada pada layar.
Darren mengangguk, ia benar akan menjadi papah. Darren membantu Dirra untuk bangun dan kembali duduk, dokter menulis beberapa resep obat yang harus Dirra minum. "Ini beberapa vitamin yang bisa membantu kondisi Ny. Dirra agar tetap stabil, di lihat dari usia Ny. Dirra yang masih muda, di mohon untuk tuan Darren menjaga dengan baik."
Darren mengangguk, "apakah akan berbahaya pada janinnya?"
"Di karenakan usianya yang masih dibilang belum cukup kuat rahimnya, jadi harus lebih berhati hati," jelasnya lagi.
"Apakah bisa melakukan hubungan intim?" Tanya Darren. Membuat Dirra menginjak kakinya, membulatkan matanya hingga membuat dokter yang melihat keduanya terkekeh, "tentu boleh, selagi berhati hati dan tidak terlalu kasar."
Darren mengucap syukur dalam hatinya, sedangkan Dirra menahan rasa malu di dalam ruangan. "Kalau begitu, terimakasih dok," ucap Dirra menarik tangan Darren keluar dari ruangan.
"Why?" Bingung Darren.
"Kau bagaikan pria mesum!" Kesal Dirra.
"Itu normal," ucap Darren.
"Ah sudahlah! Sana bayar resepnya," ucap Dirra menyodorkan kertas dari dokter yang ada di genggamannya. Darren mengangguk dan mengambil kertas itu, segera menuju meja untuk menebus vitamin yang tertulis di resep.
Dirra duduk di kursi tunggu, sambil mengamati Darren yang berdiri untuk mengurus semuanya. Dirra melihat satu keluarga kecil di lorong sebelah kanan, satu anak laki laki sekitar berusia 4 tahun, berjalan bersama dengan kedua orang tuanya. Terlihat keluarga yang sangat lengkap, jauh berbeda dengan Dirra, yang tak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu dari orang tuanya.
Dirra mengelus perutnya yang masih terlihat rata, 'aku tak tau mengapa kau secepat itu hadir, mungkin doa papah mu yang selalu menginginkan kehadiranmu,' batin Dirra. Ia menoleh melihat Darren yang tengah berjalan ke arahnya, Dirra bangkit dari duduk dan meraih tangan Darren yang hendak menggandengnya.
Dirra meletakkan kepalanya di lengan Darren sebagai sandaran, Darren merangkul bahu Dirra, mereka berjalan menuju parkiran rumah sakit, "ingin makan apa Dirra?" Tanya Darren sambil menyalakan kendaraanya. Ia melajukan mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit.
"Uhm, Dirra ga tau, Dirra ga kepengin makan," ucapnya.
"Makan Dirra, karena anak kita butuh makan Dirra," ucap Darren fokus pada jalanan.
"Dirra mau spagethi," sahutnya.
Darren mengangguk dan memutar kemudinya, "mau kemana kita Darren?" Tanya Dirra saat Dirra berbelok ke arah yang tak biasa, "akan ku ajak kau makan di suatu tempat," ucapnya.
---
Mereka kembali ke apart saat hari mulai gelap, mereka menghabiskan waktu cukup lama saat di resto.
Darren membawa Dirra memasuki kamar, "tunggu, akan ku siapkan air hangat," ucap Darren berjalan menuju kamar mandi dan menyiapkan semua keperluan Dirra untuk mandi.
Dirra membuka ponselnya untuk mengecek akun pena-nya. Beberapa komentar atas tulisannya ramai, pembacanya juga naik dengan sangat pesat.
"Simpan ponselmu, ayo mandi," ucap Darren membuka lemari, mengambil baju ganti yang akan dipakai setelah mandi.
Dirra menyimpan ponselnya dibatas meja dekat ranjang. Mengulurkan tangannya agar Darren menggendongnya ke kamar mandi, "kau sangat manja nona," ucap Darren mengangkat tubuh Dirra dengan membawa baju ganti menuju kamar mandi.
"Aku yakin ini bawaan dari anak mu," ucap Dirra.
"Jangan kau jadikan dia alasan nona kecil, katakan saja jika kau mau," ucap Darren membuat Dirra memukul pelan punggungnya.
---
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...