[Irreplaceable Love 40]

1.5K 104 0
                                    

Siang yang sangat cerah. Hingga cahayanya menerangi seisi apartement Darren. Di luar serasanya sangat panas sebab cahaya yang terlihat sangat cerah. Dirra melangkahkan kakinya menuju sofa, dengan tangannya yang membawa satu cup ice cream dengan rasa stoberi. Ia duduk di sofa sambil membuka majalah yang ada di sana.

Dering ponselnya berbunyi, sebuah panggilan masuk dari mamahnya. Dirra meletakkan majalah juga cup ice cream di atas meja.

"Halo Dirra."

"Iya, kenapa mah?"

"Gimana kabar kamu?"

"Baik."

"Mamah denger kamu lagi hamil ya?"

"Iya."

"Berapa usia kandungannya Dirra?"

"Empat minggu."

"Hum, baiklah, kamu ga mau nengokin papah Dirra?"

"Ga, Dirra lebih suka di rumah sendiri."

"Dirra mau sampai kapan kamu seperti ini?"

"Coba tanya sendiri pada diri mamah, sampai kapan mamah selalu anak tirikan Dirra? Hingga kini pun masih sama."

"Dirra."

"Sudahlah, Dirra harus membuat makan siang untuk Darren."

"Jaga bayi mu baik-baik."

"Iya."

Sambungan telpon terputus. Dirra menunjukkan raut wajah malasnya, ia kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Melanjutkan kegiatannya yaitu menghabiskan satu cup ice cream sambil membaca majalah siang ini.

Selama empat minggu kehamilannya saat terakhir ia check, hingga kini ia belum pernah merasakan hal hal aneh yang sering di temui ibu hamil pada umumnya. Manja pun rasanya tidak, Dirra melakukan apapun sendiri, di tambah Dirra menyuruh Darren menghentikan pekerja yang bekerja di pagi hari untuk mengurus apartnya.

Dirra memilih melakukannya sendiri, sebagai ibu rumah tangga muda yang baik dan benar. Namun dengan kesepakatan saat kehamilannya sudah sedikit membesar, Darren akan mempekerjakan kembali pekerja itu untuk membantu Dirra mengurangi aktivitasnya.

Dirra merasa bosan, hanya duduk, membaca majalah, memakan ice cream, menikmati coklat hangat, bermain dengan Dazzy, ia sungguh bosan, benar benar bosan. Di tambah teman dekatnya yang dulu, kini sudah menetap di Korea bersama dengan pacarnya, mereka memilih menikah dan menetap di sana. Membuat keadaan benar benar sepi. Dirra sungguh tak suka. Devvi juga tak ada, sebab sedang fokus belajar untuk melanjutkan sekolahnya.

Dengan perjanjian jika nilainya bagus, Devvi bisa sekolah di Berlin dan tinggal bersama orang tuanya, Daniel dan Dew. Dirra hanya menyibukkan diri dengan tulisannya dan juga Dazzy, selebihnya hanya tentang Darren. Dirra beranjak dari sofa dan memasuki kamar, mencari baju dan celana untuk ganti. Ia akan mandi karena hari sudah sore, ia tak ingin masak makan malam karena ia tak tau harus memasak apa, ia sungguh bosan dengan kebiasaan setiap harinya.

Ritual mandi Dirra kali ini cukup lama, hingga setengah jam. Untunglah tidak mandi bergiliran, jika iya Dirra bisa di demo karena terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Dirra keluar dengan rambut yang basah karena baru ia bilas. Ia duduk di depan meja rias, menambahkan beberapa serum di wajahnya agar terlihat awet muda. Ia juga menambahkan warna merah di bibirnya.

Tiba tiba saja ia terdiam sambil memandang pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh bibirnya yang sexy dengan jari jarinya. Isi kepalanya mengingat semua adegan ciuman yang pernah Darren lakukan padanya.

"Hush! Kenapa Dirra jadi mikir ke sana sih!" Ucapnya mengendalikan pikirannya. Tapi jujur, Dirra merindukan bibir Darren saat ini.

Dering ponsel Dirra berbunyi, sebuah pesan masuk dari Darren, dengan segera Dirra buka dan baca.

Darren
Aku akan melakukan pertemuan makan malam bersama rekan bisnis, kamu bisa makan malam duluan. Mau aku bawakan makanan apa?

Dirra
Baiklah, Dirra hanya ingin soup buatan Darren

Darren
Nanti akan ku buatkan jika aku sudah pulang, makanlah apapun dulu, jangan sampai telat makan, Darren junior butuh asupan

Dirra
Baiklah Darren, jangan pulang larut malam

Darren
Siap nona, aku tau kau merindukanku

Dirra
Sok tau.

Dirra menutup ponselnya, meletakkan di atas meja, ia menghela nafas panjang, ia menunggu Darren, tapi Darren justru pulang sedikit terlambat dari biasanya. Apa boleh buat.

Dirra memutuskan untuk segera ke dapur, melihat isi kulkas, stok masih lengkap, hanya berkurang sedikit sebab ia sering membuat sarapan tiga kali lipat. Belakangan ini ia sedikit makan banyak, tidak dengan Darren yang justru sering memuntahkan makanannya.

Dirra memutuskan untuk memakan sayur sayuran hijau yang ia tumis, dengan sosis sebagai pelengkapnya. Ia memakannya bersamaan dengan nasi yang masih panas. Di bilang tidak suka sayur itu benar, tapi sejak kehamilannya, Dirra mendadak menjadi vegetarian.

Dirra memutar sebuah musik yang menemai makan malamnya. Ia terus melahap makanan yang ada di depannya, selesainya ia mencuci semua perlengkapan makannya. Ia membuka lemari pendingin dan mencari snack untuk menemaninya menonton.

Dirra mempunyai niat untuk menonton film romance di kamar, sembari menunggu Darren kembali, dengan catatan semua pekerjaan rumah sudah aman terkendali, kini waktunya ia melanjutkan santainya seperti siang tadi.

Tak lama, di tengah film, Dirra mendengar suara lift yang terbuka. Dirra segera keluar kamar, melihat Darren sedang melepas sepatunya, Dirra berlari kecil "Darren!" Panggilnya kemudian memeluk Darren dengan erat. Darren terkejut dengan tingkahnya, wajahnya bingung, tak biasanya Dirra seperti ini.

"Sudah ku bilang, kau pasti merindukanku," ucap Darren membalas pelukan Dirra.

"Tidak! Dirra hanya merasa sepi," ucapnya.

Darren menggendong Dirra memasuki kamar, "apa aku tidak berat Darren?" Tanya Dirra saat Darren menggendongnya menuju meja makan.

"Lebih berat sedikit, dari terakhir aku menggendongmu," ucap Darren.

"Kalau begitu jangan gendong Dirra lagi," ucapnya saat Darren mendudukkannya di ranjang

"Kenapa begitu?" Tanya Darren membuka jas dan ikat pinggang yang ia gunakan. "Nanti Darren capek," ucapnya.

"Tidak apa nona, aku mandi dulu, habis ini aku akan memasak," bisik Darren mendekatkan wajahnya tepat di hadapan Dirra.

"Tidak usah memasak, Dirra sudah makan," ucapnya menghentikan langkah Darren memasuki kamar mandi, "tidak lapar lagi?" Tanyanya.

Dirra menoleh dan menggelengkan kepala ke arahnya, "temani Dirra menonton film saja," pintanya.

"Baiklah nona, tunggu beberapa menit lagi," ucap Darren kemudian menutup pintu kamar mandi.

---
To be continued
Maaf lama up yow🙏🏻

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang