[Irreplaceable Love 8]

4.4K 206 0
                                    

"Terimakasih atas pertemuannya hari ini, sekian."

Semua orang pergi keluar satu persatu meninggalkan ruang meeting dengan segera, untuk kembali melakukan kegiatan mereka selanjutnya. Pertemuan kali ini bisa di anggap berhasil, pasalnya Daffin menerima kerja sama dengan perusahaan Darren, setelah beberapa bulan ia membutuhkan pertimbangan yang sangat matang. 

"Darren," panggil Daffin saat Darren hendak melangkah meninggalkan ruangan. 

Darren merapihkan jasnya dan menolah, "ya?" Jawabnya. 

"Saya belum menyetujui kamu dengan anak saya, jadi saya minta kamu tidak macam macam dengan Dirra," jelas Daffin. 

"Saya paham, saya hanya akan menjaganya dengan baik," kata Darren. 

"Bagaimana jika saya katakan jika kamu akan gagal dengan cara apapun."

Darren terdiam, "om nolak saya, untuk jadi menantu om?" 

"Katakan saja seperti itu," ucap Daffin melangkah melewati Darren yang berdiam diri di sana. 

"Bagaimana jika saya tidak akan pernah menyerah?" Jawabnya menantang, ia berjalan mengikuti Daffin memasuki lift. 

"Saya akan tetap menjauhkan kalian," jawab Daffin seraya merapihkan dasinya di dalam lift. 

"Mengapa rasanya om sangat tidak menyukai saya?" Tanya Darren dengan rasa penasarannya. 

Daffin menghela nafas kasar dan menoleh ke arahnya, "kau gila ha? Umur mu bahkan terlampau jauh dengan Dirra, saya akan membiarkan dia menyukai laki laki yang seusianya."

"Bagaimana jika Dirra menyukai saya?" Sahut Darren dengan sangat percaya diri.

"Ck, itu mustahil terjadi, jika terjadi, maka saya pastikan ada sesuatu yang tidak benar di dalam hubungannya," jelas Daffin. 

Darren terdiam, "saya pernah berada di usia kamu, kemudian saya mencintai seorang gadis sama seperti kamu saat ini, jadi saya tau bahwa itu bisa saja menjadi hubungan yang salah, sebab di usia mu, kamu tidak akan pernah bisa mengkontrol hasratmu, apalagi saat dekat dengan gadis remaja, saya hanya ingin Dirra tetap terjaga dari laki laki seperti kamu Darren."

'Tau dari mana gue nggak perjaka?' Batin Darren.

Pintu lift terbuka, Daffin melangkahkan kakinya pergi meninggalkan gedung dengan cepat, Darren berjalan kembali keruangannya, yang tadi itu sungguh membuat dirinya berpikir, "apa salahnya dari mencintai seorang gadis? Dirra memiliki paha yang mulus, wajah yang sangat lucu, dan suara yang sangat menggoda, lantas? Dimana salahnya? Bagaimana bisa itu menjadi hubungan yang salah? Bukankah wajar jika sepasang kekasih melakukannya?" Ucapnya pada dirinya sendiri. 

--- 

Ting!!! Ting!!!

Bel unit Dirra berbunyi terus menerus. Entalah siapa yang memencetnya berulang kali. Dirra melangkahkan kakinya menuju pintu dan melihat dari dalam siapa yang datang.

Dirra menghela nafas kala melihat Devvi berdiri di depan pintunya.

"Devvi?" Tanya Dirra.

Devvi yang kini tengah menahan tangisnya. Ia pun hanya bisa menangis di hadapan Dirra saat itu juga. Dirra membawa Devvi masuk dengan segera, menyuruhnya untuk duduk di sofa.

Dirra kembali menghampiri Devvi dengan membawa air mineral dalam genggaman tangannya.

'Ini anak kenapa ya?' Batin Dirra seraya meletakkan segelas air mineral di meja.

"Kenapa?" Tanya Dirra.

"Hiksss, mantan Devvi jahatt banget," katanya dengan terisak.

Devvi menceritakan semua yang terjadi kepada Dirra. Membuat Dirra menggelengkan kepalanya, anak zaman sekarang memang terkadang sulit dalam mengetahui mana hal yang benar juga yang salah.

"Dia mantan kamu?"

Devvi mengangguk, 'kenapa nggak ngadu sama Darren aja dah?' Tanya Dirra dalam batinnya.

Ting!!! Ting!!!

Dirra bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu, belnya kembali di bunyikan. Dirra membukakan pintunya, melihat Darren tengah berdiri di depan pintunya dengan nafas tergesah gesah.

Dirra menatapnya bingung, "ada Devvi?" tanya Darren dengan panik. Dirra mengangguk dan mempersilahkan Darren untuk masuk.

Darren dengan cepat menghampiri Devvi yang masih menangis dan kemudian memeluknya dengan erat. Dirra memalingkan wajahnya saat melihat Devvi semakin terisak dalam pelukan Darren.

"Udah, orangnya nggak akan kamu liat lagi Devv," ujar Darren sembari mengelus rambut Devvi dengan lembut.

"Devvi takut dia balik lagi kak," ucap Devvi.

"Enggak akan, kamu belum di apa apain kan?" Tanya Darren kepadanya.

Devvi menggeleng dengan kuat. Untunglah saat mantan pacarnya ingin melakukan pelecehan terhadapnya, dirinya berhasil kabur sebelum di lecehkan, walaupun Devvi mendapatkan beberapa luka memar di tubuhnya sebab memberontak.

"Udah tenang ya, obatin luka kamu dulu sekarang," ucap Darren.

Dirra dengan cepat berjalan ke dalam kamar dan mengambilkan kotak p3k untuk mengobati luka Devvi.

Dirra dapat melihat, perlakuan Darren kepada Devvi yang sangat lembut. Ponsel Darren berbunyi.

'Ya?'

'Kami menemukan laki laki itu.'

'Atur semuanya, masukkan penjara bila memang perlu, jangan sampai dia mendekati adik saya lagi. Urus dengan benar semuanya.'

'Baik tuan.'

Sambungan telpon terputus. Darren meletakkan ponselnya kembali di meja. Dirra menatap Darren dengan lekat.

'Adik?' Bingung Dirra.

"Devvi mau disini semalam boleh nggak?" Ucapnya di sela sela keheningan.

Dirra mengangguk, Devvi menatap Darren dengan serius, "kenapa harus di sini?" Tanya Darren.

"Devvi mau bareng aja sama kak Dirra," jawabnya.

"Di tempat gue aja di atas," tawar Darren.

"Ish! Devvi maunya disini!" Ucapnya dengan tegas.

Darren beradu pandangan dengan Dirra. Sebuah pandangan yang tidak memiliki makna di dalamnya.

"Udah, nggak apa, Devvi biar di sini aja, Dirra juga nggak ada temen kok," ucap Dirra.

Darren menghela nafas dan menyetujui permintaan Devvi. Hari semakin sore, membuat Darren memutuskan untuk kembali pulang. Darren tidak kembali ke unitnya, ia tetap harus mengawasi Devvi. Jadi Darren memutuskan untuk bermalam di unit yang biasa Devvi pakai.

"Darren," panggil Dirra saat Darren hendak masuk ke dalam unitnya sendiri. Dirra melangkahkan kakinya keluar dari apartemennya dan menutup pintunya.

Darren menolehkan pandangannya ke arah Dirra, yang kini hanya memakai celana pendek di atas lutut dengan kaos oversize berwarna peach.

"Hm?" Sahut Darren.

"Devvi, adiknya Darren?" Tanya Dirra dengan ragu ragu.

Darren tersenyum kecil, "iyah, not my girlfriend."

"Uhm, maaf Dirra kira your girlfriend, jadi salah sangka."

"Hahah, iya nggak apa apa. Dirra," panggil Darren.

"Kenapa om?" Sahut Dirra dengan polos.

"Apakah kamu sedang berpacaran or ada seseorang yang kamu suka?" Tanya Darren.

Dirra menggeleng, "Dirra masuk dulu ya om."

"Dirra," panggil Darren menghentikan langkah Dirra yang hendak masuk.

"Saya titip Devvi ya," ucap Darren di angguki oleh Dirra.

---
Terimakasih sudah membaca🖤✨

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang