Dirra membuka matanya, menyalakan ponselnya yang berada di tepi meja. Jam ponsel menunjukkan pukul 9.00 am. Dirra meletakkan kembali ponselnya. Tangan kekar Darren masih berada di pinggangnya. Darren masih tertidur dengan sangat pulas.
Dirra merasa lapar sebab ini sudah sangat siang. Dirra memutuskan untuk segera mandi. Dirra menyingkirkan tangan Darren dan pergi untuk mandi. Selesai dengan ritual mandinya Dirra keluar dan mendapati Darren yang sudah terduduk di ranjang.
"Pagi Darren," sapa Dirra berjalan ke arah meja rias untuk memberi sedikit bedak pada wajahnya tak lupa Dirra memakai lipblam yang membuat bibirnya sedikit terang.
Darren menyuruh Dirra untuk mendekat ke arahnya, dengan wajah polosnya Dirra menurut. Darren mengesampingkan rambut Dirra yang terjatuh di depan mata Dirra, hingga terlihat seperti menganggu.
"Kenapa ga bangunin aku?" Tanya Darren.
"Darren kayaknya capek banget, jadi ya udah, Dirra duluan deh, tadi niatnya Dirra mau bangunin Darren pas sarapan udah mateng," jelasnya.
"Kamu mau masak?" Tanya Darren, memeluk pinggang Dirra dengan erat.
Dirra mengangguk, Darren meletakkan kepalanya di bahu Dirra, memeluknya dari belakang. Seperti menangkap anak kecil dan tidak akan membiarkannya berlari menjauh.
"Ga capek?" Tanya Darren.
Dirra menggeleng, "sana Darren mandi udah siang," ucap Dirra melepas tangan Darren dari pinggangnya.
"Aku akan menyusul ke dapur," bisik Darren kemudian berjalan masuk untuk mandi dengan tangan kosong.
Dirra berjalan ke arah dapur. Hari ini Darren tak berkomentar soal baju yang di pakainya. Rasanya sudah bosan untuk Darren berkomentar dan hasilnya nihil. Ahahahha Dirra memang lebih suka memakai celana pendek, dibandingkan celana panjang.
Dirra memasak spageti. Menyajikannya dengan segelas susu dan segelas air mineral. Dirra menyiapkan makanan yang mudah di buat sebab dirinya kesiangan di hari pertamanya menjadi istri.
Darren datang saat Dirra sampai di akhir, menuangkan susu ke dalam gelas. Bukannya duduk di meja makan, Darren justru menghampiri Dirra dan memeluknya dari belakang.
"Morning my wife," bisiknya.
"Morning," ucap Dirra.
Darren membalik tubuh Dirra hingga mereka berhadapan.
Darren mengecup sekilas bibir Dirra, membuat Dirra memejamkan matanya sekejap, "morning kiss," ucap Darren mengambil ahli segelas susu yang sudah di tuangkan dan membawanya ke meja makan.
Dirra tersenyum, ia langsung duduk di meja makan, tepat di samping Darren. Mereka menyantap sarapannya, masakan Dirra tak terlalu buruk, cukup enak dan pemilihan hidangannya tepat.
"Devvi ga nginep?" Tanya Dirra yang merasa jika apartemen Darren sangat sunyi.
"Engga, aku ga bolehin dia nginep lagi," ucapnya.
"Kenapa?"
"Biar dia ga ganggu."
Dirra melanjutkan makannya, "kamu ambil cuti berapa lama?"
"Besok udah kerja, lusanya kita bakal ke Berlin untuk ketemu orang tua ku, dan setelah itu honeymoon."
Dirra meneguk air mineralnya, "lusa? Ke Berlin?"
Darren menganggukkan kepala, "berapa lama?" Tanya Dirra.
"Kita cuman tiga hari di sana, kemudian kita honeymoon."
"Honeymoon?"
Darren lagi lagi mengangguk, ia menyelesaikan makannya.
"Kamu mau kita honeymoon dimana?"
"Dirra belum kepikiran sih, nanti deh Dirra pikirin, emang Darren mau kemana?"
"Maldives? Or Tokyo?" Ucap Darren tak mendapat jawaban apapun dari Dirra.
"Nanti Dirra pikirin," ucapnya membereskan peralatan yang mereka gunakan untuk makan. Darren membantu Dirra untuk mencuci piring dan membereskan meja yang telah mereka gunakan.
---
Darren merebahkan kepalanya di atas paha Dirra. Dirra sibuk memainkan rambut Darren yang sangat tebal. Tiba tiba saja tangan Darren menyentuh kulit paha Dirra yang sangat halus.
"Kamu ga bisa pake celana yang sedikit lebih panjang Dirra?" Tanya Darren.
"Darren cek aja lemari, celana Dirra rata rata ya sependek ini," ucap Dirra.
"Tapi kamu bikin junior saya bangun Dirra. Bisa bisa saya sengsara setiap hari liat kamu pake celana segini terus," jelasnya.
"Junior?" Tanya Dirra dengan polos.
"Hm.."
"Yaudah nanti Dirra koleksi celana panjang," ucapnya.
Darren bangun dari baringnya, menatap mata Dirra secara bergantian. Darren tanpa hitungan mencium bibir Dirra. Membuat Dirra terkejut dan langsung memejamkan matanya.
Ciuman mereka sangat panas, hingga Dirra terlihat sangat lemah, Dirra tak ada tenaga untuk menghentikan Darren. Darren membaringkan Dirra di bawahnya. Tangan Darren menjelajah ke bagian tubuh Dirra.
Tangan Dirra menahan Darren saat hendak menyentuh payudaranya. Oh ayolah, Dirra tak mengerti perihal ini, Darren terlalu cepat. Dirra mendorong Darren untuk menyudahi ciuman mereka. Dirra kehabisan nafasnya, lagi lagi.
Mata mereka beradu, Darren belum sempat melancarkan tangannya. Darren berjalan meninggalkan kamar menuju ruang kerjanya. Memeriksa semua pekerjaannya yang belum ia periksa sejak kemarin.
'Shit junior gue udah hampir bangun Dirra,' batin Darren sembari berjalan menuju ruang kerjanya.
Dirra mengontrol nafasnya, ini sungguh menegangkan. Membuat Dirra tak tau harus bagaimana nanti memulai obrolan dengan Darren.
---
⚠To be continued⚠
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...