[Irreplaceable Love 52]

503 36 1
                                    

Waktu berjalan dengan cepat. Darren menyisihkan banyak waktunya di rumah, sebab kondisi Dirra yang di perkirakan oleh dokter akan segera melahirkan. Darren bahkan membawa semua pekerjaanya di rumah. Ia akan mengerjakannya saat malam. Jika siang ia akan menemani Dirra sepenuhnya.

Usia kandungan yang semakin besar membuat Dirra memiliki banyak permintaan yang cukup aneh. Sulit untuk masuk ke akal. Beberapa kali Dirra meminta hal yang membuat Darren menggelengkan kepalanya.

Kini mereka masih tertidur pulas akibat perjalanan malam yang sangat panas. Udara dingin sehabis hujan semalam membuat mereka masih terlelap dengan tenang. Dirra membalikkan tubuhnya memunggungi Darren. Darren yang menyadari hal itu langsung merangkul erat tubuh Dirra memeluknya dari belakang.

"Tidurlah lebih lama Dirra," bisik Darren.

Dirra kembali terlelap. Hanya karena anjuran dokter untuk melakukan hubungan badan agar lebih mudah saat persalinan nanti. Membuat Darren gelap mata, hingga rasanya Dirra sangat kecapean. Mereka menghabiskan lebih dari dua ronde. Darren lupa jika Dirra juga harus beristirahat yang cukup. Namun hasratnya menolak mengetahui hal itu.

Waktu menunjukkan pukul sembilan, Darren bergegas untuk segera bangun, membiarkan Dirra tetap berada dalam mimpinya. Darren membasuh dirinya dan mengganti pakaian. Ia kemudian pergi ke dapur untuk sarapan, perutnya sangat lapar pagi ini.

Untunglah masakan sudah tersedia, dan semua pekerjaan rumah sudah selesai. Jadi Darren bisa mengecek beberapa berkas yang dibutuhkan secepatnya.

Darren menyantap sarapannya sambil membuka laptopnya. Tak lama terdengar suara langkah kaki. Benar saja itu Dirra. Yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Darren berjalan menghampiri Dirra, "hei, sudah puas dengan tidur mu nona?"

Dirra mengangguk, "mau makan?"

Dirra mengangguk lagi. Darren memberinya suapan kecil. "Darren tidak bekerja lagi?" Tanya Dirra.

Darren menggeleng. "Aku akan berada disini, untuk berjaga jaga."

"Uhm, okai.. Darren, apakah orang tua mu akan datang nanti?" Tanya Dirra.

"Kenapa? Kamu menginginkan mereka hadir?" Tanya Darren.

Dirra mengangguk.

"Kurasa aku bisa memberitahu kabar itu nanti."

"Uhm, Darren.."

"Yaps?"

"Aku takut tidak bisa menjadi ibu yang baik nanti."

Darren terkejut mendengar pernyataan itu. Ia langsung mendekat ke arah Dirra, memeluknya dengan erat.

"Kau itu wanita hebat Dirra. Kau juga pasti akan menjadi ibu yang hebat."

"Dirra takut, bagaimana jika nanti dia tumbuh dengan didikan yang salah?"

"Sutsssss, udah jangan berpikir seperti itu.. Kita orang tua yang hebat Dirra," ucap Darren sambil mengusap kepala Dirra.

---

Darren tengah asik dengan air di toilet. Ia sudah sangat sering melakukan mandi di malam hari. Itu semua sebab kehamilan Dirra. Tapi Darren tak masalah dengan itu.

"Argh.. Darreennnn!! Perut Dirra sakitttt!!!" Teriak Dirra dari kamar. Darren mematikan shower dan dengan cepat memakai pakaiannya.

Darren dengan panik berlari ke arah ranjang, sudah banyak darah yang mengucur disana. "Dirra, kau akan melahirkan sekarang? Jam 11 malam?"

"Huhhh Darren cepatttt, ini sakitttt." Ucap Dirra sambil menggenggam erat pergelangan tangan Darren. Darren dengan cepat membawa Dirra memasuki mobil, sembari menghubungi rumah sakit, untuk memastikan ketersediaan dokter untuk malam ini.

Darren mengemudi dengan kecepatan tinggi, untunglah sudah malam. Jadi jalanan sudah cukup kosong. Darren tiba di rumah sakit dengan cepat. Dirra kemudian langsung dibawa memasuki ruang bersalin.

Tak lama dokter keluar. "Pembukaan 4."

Darren menghela nafas. Ia di persilahkan masuk untuk menemui Dirra.

Kedatangan Darren membuat Dirra merasa sedikit lebih tenang. Ia langsung menggenggam tangan Darren dengan kuat. "Disini aja yaa, Dirra gak mau sendirian," lirihnya.

Darren mengangguk.

"Dirra kuat yaaa." Kata Darren.

"Dirra harus kuat, biar bisa jadi ibu yang baikkk," ucapnya.

Darren tekekeh, ia lupa jika usia Dirra masih cukup muda. "Iya Dirra benar."

"Darren jangan tinggalin Dirra yaaa," ucapnya membuat terkejut.

"Gak akan, Darren gak akan pernah tinggalin Dirra. Darren akan terus sama Dirra."

Keduanya tersenyum. Dirra kembali mengalami pembukaan. Dengan cepat. Hingga waktu melahirkan tiba. Darren menggenggam tangan Dirra di sampingnya. Melihat Dirra yang berjuang dengan rasa sakit untuk jagoannya.

Proses persalinan berjalan cukup lama. Bahkan sangat lama. Darren berusaha untuk terus membuat Dirra tersadar. Hingga akhirnya suara tangisan bayi terdengar. Darren melihat Dirra tersenyum ke arahnya, "Kau hebat Dirra," ucapnya.

Dengan nafas yang tak beraturan, Dirra tiba tiba saja memejamkan matanya. "Dirraaaa," ucap Darren berusaha membangunkan Dirra. Suster mengecek semua kondisi Dirra, "pasien mengalami pendarahan dok," ucapnya.

"Segera carikan stok darah."

"Keluarga pasien bisa menunggu di luar," ucap Dokter menyuruh Darren untuk menunggu di luar.

Darren berdiri di depan ruangan, ia benar benar khawatirdengan disini Dirra. Tak lama suster keluar dari ruangan

"Maaf tuan kami kehabisan stok darah B."

Sial. Golongan Darahnya berbeda dengannya.

"Kami sudah menghubungi rumah sakit lain. Namun sama tuan."

Darren menarik rambutnya, "Argh... Saya akan bantu cari!" Ucap Darren. Ia menghubungi semua karyawannya. Namun sial, tengah malam begini siapa yang akan mengangkat telponnya.

"Kak Darrennnnn!!!" Panggil seseorang dari depan lorong.

"Mana cucu kuuu??" Tanya Orang tua Darren yang baru saja tiba.

"Apa golongan darah mu?" Tanya Darren pada adiknya.

"B."

Dengan cepat Darren menariknya untuk menemui dokter. "Aduhh sakitttt, kita mau kemana siiii" Ucapnya.

"Mendonorkan darah mu."

"Hah? Kenapa?"

"Dirra mengalami pendarahan."

"Ah kalau begitu katakan sejak awal, ayo kak cepat!" Ucapnya justru berjalan lebih cepat dari Darren.

---
To be continued

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang