Waktu berlalu dengan cepat, namun terasa lama bagi Darren, dengan rasa khawatir selama berjam jam ia berada di depan ruangan. Menunggu kabar dari dokter yang sedang menangani Dirra di dalam. Untunglah keluarganya datang di waktu yang tepat, suatu kebetulan juga karena adiknya memiliki golongan darah yang sama dengan istrinya.
Kini Darren hanya bisa menunggu Dirra untuk pulih. Dokter berkata jika efek obatnya akan berakhir setelah beberapa jam. Semua keluarga Darren termasuk Dirra juga ada disana, mereka berkumpul untuk melihat kelahiran cucu mereka.
Tak lama dari itu, Dirra membuka matanya, tubuhnya benar benar lemas. Darren dengan sigap menghampiri Dirra dan melarangnya untuk duduk.
"Kamu masih belum kuat Dirra, jangan duduk dulu."
"Hm.." hanya itu yang bisa Dirra katakan.
Dirra menyadari banyaknya orang di dalam ruangan termasuk keluarganya. "Darren, anak kita dimana?"
"Dia ada di ruang bayi sayang, kamu mau liat? Aku panggil suster buat bawa dia kesini ya.."
"Iyaa, Dirra mau liat Darren."
---
Beberapa hari setelah kepulangan Dirra dari rumah sakit. Sejak saat itu, Darren menjadi suami yang sangat protektif dengan Dirra. Bahkan saat awal kepulangannya. Darren rela berjaga malam jikala sang anak menangis, ia memaksa Dirra untuk tetap di atas ranjang. Bahkan hingga hari ini.
"Darren, Dirra udah baik baik aja kok" Ucapnya saat Darren menyuruh Dirra untuk kembali menunggu di kamar. Semua keluarga Darren hanya bisa menggeleng, bagaimana mungkin Darren yang sedingin itu bisa begitu protektif dengan istrinya.
"Darren, kasian kalo Dirra harus di kamar terusss sayang," ucap orang tuanya.
"Tuh! Denger kata bunda kamu!" Ucap Dirra kesal.
Darren menghela nafas, mereka berhenti tepat di depan pintu kamar. "Dirra, kamu harus tau seberapa frustasinya aku saat aku tau keadaan kamu saat itu."
"Darren tapi sekarang Dirra ada disini, sama Darren, sama semuanya."
"Iya, tapi Darren takut itu terjadi lagi Dirra, Darren ga suka, Darren takut setiap kali harus ngebayangin gimana kalo nanti kamu pergi ninggalin aku," jelasnya dengan mata yang berkaca kaca.
Dirra memeluk suaminya dengan erat, "Darren lupa kalo Dirra anak kuat, Dirra gak akan ninggalin Darren apapun alasannya. Dirra akan berjuang sekuat yang Dirra bisa buat tetap berada di samping Darren, makasih ya udah khawatirin Dirra."
"Hikss.. I love you..."
"Love you too.."
Hoekkkk..hoekkkk...
"Disha kebangun!" Panik Dirra langsung memasuki kamar. Ia mengangkat Disha dari dalam baby box.
"Utututu anak daddy nangis kenapa? Hm?"
"Kayaknya dia laper deh, Dirra kasih susu dulu deh," ucapnya kemudian duduk di tepi kasur untuk memberi susu pada Disha.
"Huh, aku sudah lama tidak merasakannya!" Rengek Darren.
"Kau seperti anak kecil Darren," ucap Dirra sambil terkekeh.
"Ish liat saja, aku akan mengambil apa yang pertama kali menjadi milikku nak.."
"Ahahha Darren sudahlah, lihat, wajahnya sudah ingin menangis."
Darren menatap anaknya, benar, wajahnya seperti ingin menangis karena ia memarahinya.
"Utututu maafkan daddy ya, okei kali ini daddy berikan untuk mu, tapi lihat nanti malam, kamu akan daddy titipkan pada nenek."
Hoekkk.. hoekkk...
"DARREN!" Ucap Dirra di ikuti pukulan, sebab perkataan Darren berhasil membuat Disha menangis.
"Ahahahha lucu, dia lucu sekali," ucap Darren.
"Cup cup, sudahlah nak, berhenti menangis, daddy minta maaf, bermanjalah dengan mommy mu sayang, daddy akan ke dapur lagi," pamit Darren yang baru teringat jika dirinya akan memasak sarapan tadi. Ia begitu saja meninggalkan semua bahannya di atas meja.
Darren menyalakan kompor dan langsung memasak, kedua orang tuanya sedang pergi ke kantornya, untunglah sebab kedua orang tuanya datang, mereka bisa mengambil ahli sementara pekerjaan Darren, sebab Darren cukup kesulitan untuk meninggalkan Dirra yang masih terlalu muda menjadi seorang ibu.
Bukan tidak percaya hanya saja rasa khwatir Darren jauh lebih besar dibandingkan rasa percayanya pada Dirra. Bagaimana pun juga Darren merasakan sendiri jika merawat bayi itu tidaklah mudah, apalagi untuk para calon orang tua yang belum sama sekali berpengalaman.
---
"Dirra! Jangan mandi terlalu lama sudah malam, nanti kamu sakit!!!" Teriak Darren dari dalam kamar.
"Iya sebentar lagi Darren!" Sahut Dirra dari dalam kamar mandi.
Tak lama dari itu Dirra keluar dengan pakaian yang bisa dibilang kekurangan bahan. "Dirra, ayolah aku tidak bisa menahannya jika kau kembali seperti ini lagi," ucap Darren prustasi.
"Apa?"
Dirra kembali menatap dirinya di cermin, pakaiannya benar, kaos berlengan pendek, dan celana pendek, apa yang salah?
"Dirra, ganti baju tidur sekarang!" Tegas Darren.
"Gak mau! Dirra mau pake ini, orang nyaman kok, masalahnya dimana si," ucapnya kemudian berbaring.
"Dirra, lekukan kaki mu membuat junior ku terbangun." Ucap Darren membuat Dirra tercengang.
Dirra dengan cepat langsung memasuki kakinya ke dalam selimut. "Ku rasa kau harus membantu ku menidurkannya Dirra," ucap Dirra berjalan mendekat ke arah Dirra. Dirra menggeleng sambil menarik selimutnya.
Hoekkkk..hoekkkk
"Disha terbangun! Maafkan Dirra, sepertinya masih ada sabun yang tersisa di kamar mandi tadi Darren, maaf ya," ucap Dirra merasa terselamatkan akibat tangisan Disha.
"Ck, kau menang nak kali ini." Ucap Darren dengan nafas berat memasuki pintu kamar mandi.
"Huh, kau menyelamatkan mommy nak, kau memang anak yang baik," puji Dirra di depan wajah Disha yang kini tangisnya sudah mereda. Ia hanya tak sengaja terbangun seperti bayi pada umumnya.
Seperti itulah kehidupan Darren setelah ini. Begitupun kehidupan di dalam novel yang Dirra buat, kini ia menuliskan kisahnya sendiri di blog kepenulisannya. Ia mengabadikan kisah hidupnya disana, agar semua orang tau betapa bahagianya ia dan keluarga kecilnya saat ini.
---
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...