"Dirra password apartemen kamu apa?" Tanya Darren saat sudah sampai di depan unit Dirra. Dirra hanya duduk dengan lemah dan berkata celotehan yang aneh, tanpa menjawab pertanyaan Darren.
"Dirra cepat, kamu sudah sangat kacau," ucapnya.
"Dirra ga tau om, Dirra ga mau pulang ke apart Dirra," ucapnya.
'Aduh ini gue harus gimana? Unit gue lagi di perbaiki, masa gue bawa dia ke unit atas, kena omel ga ya sama om Daffin, tapi kalo ga gue bawa ntar salah lagi, ah udahlah biarin bawa aja,' batin Darren.
Ia kembali menggendong Dirra dan berjalan memasuki lift. Sampainya di dalam lift menuju unit Vip Darren, tingkah Dirra semakin menjadi, ia hampir saja menyentuh bibir Darren dan sialnya tak sengaja tangan Dirra menyentuh barang miliknya yang sontak membuatnya terbangun.
Darren membawa Dirra di dalam kamarnya. "Dirra berani sekali kau menyentuh pusaka ku, untunglah aku bisa menahannya gadis kecil," ucap Darren memandangi Dirra yang sedang tertidur di kasurnya dengan memeluk gulingnya erat.
"Ganti bajumu gadis kecil," ucap Darren.
"Diamlah, kepalaku sangat sakit Darren," ucapnya.
Darren menghampirinya ke atas ranjang, dan membalikkan tubuhnya, "ganti bajumu atau aku yang akan menggantinya."
"Cobalah kalau berani, aku akan mengadukannya pada papah Daffin," ucapnya membuat Darren menghela nafasnya.
"Ah sudahlah tarserah kamu saja," ucap Darren beranjak keluar meninggalkan Dirra di kamar.
---
"OM DARRENNN!!!" Teriak Dirra saat membuka mata dan tepat di depannya ada Darren dengan tubuh yang terbuka.
"Berisik Dirra," ucap Darren dengan cepat mengambil kemeja dan mengenakannya.
Dirra menutupi tubuhnya dengan selimut tebal, tersadar dirinya sudah berganti pakaian.
"Om apain Dirra hiks," ucapnya menahan isakan tangis. Darren bingung, sebab situasinya sangat tidak pas.
"Dirra berhenti menangis. Saya gak apa apain kamu, serius deh, saya juga cuman mau ambil kemeja untuk kerja, ga ganggu kamu," jelad Darren.
"Om jahat, om kemanain baju Dirra!"
"Ga di kemana manain, itu ada di sana, yang ganti baju kamu juga bukan saya, tapi Devvi, tenang aja," ucap Darren memasang dasinya dengan rapih.
"Hikss, huaaa Dirra ga percaya sama om.." ucap Dirra dengan isakan tangis.
"Dirra udah jangan nangis, saya ga apa apain kamu, serius, kamu cek sana kalo ga percaya," ucap Darren.
"HIKSSSSS... OM MAH!!!! HUAAA DIRRA BILANGIN PAPAH YA!!!" Ucap Dirra membuat Darren terkejut.
"Dirra saya serius ga apa apain kamu, jangan bilang papah, serius tanya Devvi kalo ga percaya, dia semalem nginep disini Dirra."
Dirra mengusap air matanya. "Yaudah, Dirra percaya deh, makasi ya om, tapi kok Dirra bisa sama om? Semalem Dirra sama Cal," ucap Dirra lupa dengan nama pria yang di temui semalam.
"Calvin?" Ucap Darren.
"Iya Calvin, kok om tau?" Tanya Dirra penasaran.
Darren mengkancingkan lengan kemejanya, "saya rasa papahmu juga sudah tau Dirra."
Dirra terkejut, "APA? PAPAH TAU KEJADIAN SEMALEM? HUAAAA DIRRA BISA DI OMELIN HABIS HABISANN," ucap Dirra ketakutan mengenggam erat selimutnya menutupi tubuhnya.
Darren menghampiri Dirra dan duduk di sampingnya, mengusap kepala Dirra dengan pelan.
"Tenang, nanti saya bantu kasih tau papah kamu," ucap Darren.
"Engga, papah pasti ga percaya pasti nanti Dirra di suruh tinggal sama papah, nanti Dirra di bilang anak nakal, Dirra takuttt, nanti papah tampar Dirra karena Dirra ga nurut, coba aja Dirra nolak ajakan Zella, Dirra takut," ucap Dirra semakin ketakutan.
Darren memberi Dirra pelukan dan elusan yang lembut pada kepada Dirra, "nanti saya kasih tau kalo kamu itu bukan gadis nakal Dirra, kamu itu gadis baik, okai, sekarang mandi ganti baju trus sarapan, saya antar kamu ketemu papah mu di kantor," jelas Darren di angguki oleh Dirra.
Tak butuh waktu lama, Dirra menyelesaikan mandinya dan mengganti bajunya menggunakan baju Devvi.
Dirra berjalan keluar kamar dan menghampiri Darren yang ada di meja makan, ada Devvi yang masih berada di sana. Dirra membawa bajunya yang semalam di dalam sebuah paperbag.
"Pagi kak Dirra!" Sapa Devvi membuat Darren menatap keberadaam Dirra yang baru saja keluar dari kamar.
"Pagi," jawab Dirra.
"Oh iya, semalem Devvi yang gantiin baju kak Dirra," jelasnya membuat hati Dirra sedikit lega, mengetahui bahwa Darren tidak berbohong.
"Uhm, baguslah makasi," ucap Dirra.
"Duduk, sarapan dulu," ucap Darren memberikan sepotong sandwich kepada Dirra.
"Devvi udah selesai sarapan, Devvi berangkat duluan ya, bye bye," ucapnya dengan cepat meninggalkan apart.
Keadaan menjadi canggung, dering ponsel Darren berbunyi, ia mengangkatnya di depan Dirra.
"Iya om?"
"..."
"Iya Dirra ada sama saya om."
"..."
"Nanti akan saya jelaskan, agar tidak ada kesalahpahaman."
"..."
"Baik."
Darren menyimpan kembali ponselnya setelah panggilan telpon tertutup. "Siapa om?" Tanya Dirra.
"Papah mu," ucap Darren melanjutkan sarapannya.
"Sudah selesai sarapannya?" Tanya Darren, melihat Dirra berhenti menyantap sandwichnya.
Dirra mengangguk, Darren bangkit dari kursinya, "ayo ke kantor," ucap Darren melangkah lebih dulu, di ikuti dengan Dirra.
Sampainya di dalam lift Dirra jarinya terus bergerak, "kamu kenapa Dirra?" Tanya Darren.
"Dirra ga mau ketemu papah," ucap Dirra pelan. Darren menghadapkan dirinya di depan Dirra, Darren menyentuh bahu Dirra.
"Kamu ga akan di marahi Dirra," ucap Darren.
"Bohong, papah pasti marah besar sama Dirra."
"Dirra, ada saya, papah ga akan marahin kamu," ucap Darren lagi berusaha membuat Dirra tenang.
"Bohong, dulu Zella bilang gitu, tapi Dirra tetep di marahin."
Darren membawanya dalam pelukan, berusaha menenangkan Dirra dengan mengusap lembut rambutnya. Hingga Dirra merasa sedikit lebih baik.
---
see you the next part readers!
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...