Dirra membuka matanya perlahan, sinar matahari masuk melalui sela sela gorden kamarnya. Ia akhirnya keluar dari selimutnya dan menuruni ranjang, berjalan dengan malas menuju kamar mandi untuk memulai ritual mandinya. Ini adalah hari minggu, minggu ke tujuh dirinya seorang diri.
Darren semakin jarang mengabarinya, bahkan ponselnya selalu saja mati. Dirra hanya bisa menaruh banyak rasa percaya kepada Darren. Semoga saja Darren tak lupa jika dirinya mempunyai Dirra dan anaknya yang akan segera hadir nantinya.
Dirra menggosok gigi sembari menatap cermin, ia dengan mata yang masih mengantuk, membasuh wajahnya dengan air agar segar. Ia memakai beberapa rangkaian skincare untuk membantu mempercantik dirinya, memakainya setelah mandi selesai.
Dirra keluar dari kamar, berjalan menuju balkon ruang tengah, banyak tanaman hias yang tepajang disana, membuat Dirra bisa sedikit merilekskan pikirannya.
Polan berdiri di belakang Dirra, "permisi Ny."
Dirra berbalik kebelakang, "iya."
"Ini berkas yang diminta," ucapnya.
Dirra mengambil sodoran berkas yang Polan berikan, "disana sedang badai, jadi sinyal sulit di temukan, sehingga tuan tidak bisa di hubungi hingga cuaca sudah kembali membaik."
Dirra mengangguk dan menyuruh Polan untuk pergi.
Dirra duduk di kursi, membuka berkas yang Polan berikan. Semua identitas Amoura lengkap dengan foto keluarganya. Ada beberapa potret bersama dengan keluarga Darren, juga foto kedu anak kecil yang tengah bermain air di halaman rumahnya, jelas itu adalah mereka saat masih kecil.
Tiba-tiba saja kepala Dirra seakan berputar, kemudian semua terlihat gelap. Kertas yang Dirra pegang berjatuhan di lantai.
---
Dirra membuka matanya perlahan, menyadari ada sinar lampu yang mengarah di wajahnya. Dirinya tekejut saat melihat jarum infus menancap di tangannya. Tak ada seorang pun di ruangan tersebut, hanya Dirra sendiri. Pintu terbuka, seorang dokter masuk di ikuti dengan suster dan juga Polan.
"Kau sudah bangun Ny." Ucap Polan, Dirra mengangguk. Dokter menjelaskan tentang kondisi Dirra yang sedikit memburuk karena pikirannya yang kacau, daya tahan tubuhnya melemah dan itu bahaya untuk bayinya.
Dirra mendengarkan semua ucapan dan saran yang dokter berikan. Dokter kemudian pergi keluar ruangan.
"Dimana Darren?" Tanya Dirra.
"Tuan masih sibuk Ny."
Seketika air mata Dirra turun, Polan terkejut namun ia tak bisa melakukan hal apapun. Ia memberikan ruang kepada Dirra. "Perhatikan kondisi dan bayi mu Ny." Ucapnya sebelum pergi.
Dirra terisak, ia merindukan Darren. Lebih tepatnya, bayi yang dikandung Dirra merindukan Darren. Dirra membuka ponselnya dan memesan tiket untuk pergi menyusul Darren. Jelas saat permasalahan tiket selesai, Polan langsung memasuki ruangan.
"Ny. Tapi ini, tuan akan marah," ucap Polan.
"Aku tetap akan pergi."
"Tidak Ny. Tuan berkata kau tidak boleh menyusulnya."
"Aku menyusul, atau Darren yang kembali," ucap Dirra.
"Tapi tuan masih belum selesai dengan pekerjaanya Ny."
"Dia mementingkan pekerjaan? Dari pada aku dan anak ini?" Ucap Dirra. Polan bungkam.
"Urus aku keluar dari sini," ucap Dirra.
"Tapi kondisimu belum membaik."
"Polan, ku mohon," pinta Dirra.
"Baik."
Dirra menghela nafas, sedikit tenang karena Polan akan mengurus kepulangannya. Dirra harus bersiap untuk menghampiri Darren, tak peduli apapun resikonya, sekalipun Darren akan marah padanya, ia hanya ingin melihat Darren dengan mata kepalanya sendiri.
Dirra membuka ponselnya, ia mencoba untuk menghubungi Darren lagi, "kemana siii," ucap Dirra dengan sangat kesal. Lagi lagi sebuah pesan dari nomor tak di kenal muncul.
xxxxx7869
Besok akan ada acara menarik Ny. Dirra, ku rasa suami mu akan hadir bersama dengan wanita manis yang ada disini. Aku tak yakin jika tak berakhir di sebuah hotel. Ahahhaha, oh ya ku dengar hari ini kau masuk rumah sakit karena kandungan mu yang melemah? Yakinkah anak itu akan lahir Ny. Dirra?Dirra menghela nafas panjang. Ia benar benar harus menyusul Darren. Dirra menghubungi bibi nya yang berada di apart untuk menyiapkan semua perlengkapannya segera, sebab ia memajukan jadwal penerbangannya menjadi malam ini.
Polan tak tau harus berbuat apa, jika tak mengikuti perintahnya, ia juga akan salah. Jika tak mendengarkan boss nya ia akan salah juga. Namun yasudahlah, apapun yang akan Darren lakukan kepadanya, ia siap, dari pada harus membantah perintah ibu ibu hamil.
Dirra mengistirahatkan tubuhnya di pesawat, tidur beberapa jam dan terbangun saat pesawat mendarat, ia di bantu dengan Polan dan beberapa penjaga lainnya, tidak mungkin seorang diri.
"Pesankan aku penginapan, tepat di sebelah ruang Darren, tak peduli jika harus mengusir penginapnya dan membayar lebih," perintah Dirra kepada Polan yang di angguki.
Dirra memakai kacamata hitam di area unit yang akan ia tempati, "dimana ruang Darren?" Tanya Dirra, "sebelah kanan ruang mu Ny," ucap Polan. Dirra mengangguk dan menyuruh Polan untuk beristirahat, karena Dirra juga akan beristirahat. Besok malam, adalah hari yang Dirra tunggu.
Dirra terbangun saat mendengar suara yang ramai di ruang sebelahnya, ia beranjak dari ranjang dan melihat melalui lubang kecil yang ada di pintu, ada beberapa penjaga Darren disana yang Dirra kenal, ada Darren disana dengan setelan yang sangat rapih, seorang wanita tiba tiba datang dan berdiri di sebelah Darren.
Entah apa yang mereka diskusikan, terlihat begitu serius. Mereka melangkah pergi, tibalah tangan wanita itu menggandeng tangan Darren begitu saja tanpa persetujuan Darren. Ingin rasanya Dirra keluar dan menarik rambutnya, iya, Dirra melihat jelas wanita itu kini. Bukan dari foto lagi.
Dia terlihat lebih cantik saat bertemu langsung dari pada di fotonya, terlihat sangat anggun dan dewasa, berbeda dengan Dirra yang masih terlihat anak anak. Sepertinya lebih cocok wanita itu yang bersama Darren saat ini dibandingkan Dirra.
Dirra berlari kecil memasuki toilet, ia memuntahkan semua isi perutnya. Mual kembali menghampiri dirinya. Dirra meminum beberapa vitamin dari dokter dan juga obat khusus penguat janin dari dokter. Mengingat kandungannya yang lemah.
---
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Storie d'amore⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...