[Irreplaceable Love 32]

1.9K 117 0
                                    

Dirra membuka matanya. Sebuah tangan kekar berada di atas perutnya yang rata. Itu tangan Darren, dengan hembusan nafas yang mengenai lehernya. Dirra mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di meja. Jam menunjukkan pukul lima pagi. Dirra memilih untuk bersiap mandi.

Membutuhkan waktu cukup lama, Dirra selesai dengan ritual mandinya. Dirra baru saja selesai datang bulan hari ini. Beberapa hari lalu saat ia datang bulan, Darren menjauhinya. Darren lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerjanya, dari pada bersama dengan Dirra. Bahkan tak ada morning kiss ataupun night kiss.

Dirra selalu tertidur lebih dulu, kala bangun yang ia lihat pertama kali adalah Darren yang memeluknya erat. Dirra berjalan ke arah dapur dan membuat sarapan untuk Darren.

Tak terasa Dirra memasak, ia menatap jam pada ponselnya, menunjukkan pukul 7 pagi. Namun Darren masih belum keluar dari kamar dengan jasnya dan bersiap ke kantor.

Dirra memutuskan untuk meninggalkan hidangan yang sudah siap, ia membuka pintu kamar dan melihat Darren yang masih tertidur dengan terbalut oleh selimut yang tebal. Pendingin ruangan masih dengan suhu pada biasanya, Dirra mendekati ranjang untuk membangunkan Darren.

"Darren, bangun, Darren ga kerja emang, ini bukan hari libur Darren," ingatnya siapa tahu Darren lupa.

"Ergh," erang Darren justru menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut.

Dirra menggeleng, "ishh Darren, bangun," ucapnya menarik selimut Darren.

Wajah Darren terlihat pucat, "Darren sakit?" Tanya Dirra bodoh.

Darren tak menjawab, bahkan ia tak memiliki kesanggupan untuk berkata sekata pun, tubuhnya benar benar lemah, untuk membuka mata saja rasanya lemas. Dirra meletakkan punggung tangannya pada dahi Darren, "panas!" Ucapnya dengan cepat membuka laci dan mengambil termometer suhu.

Ia memberikannya pada Darren saat termometer itu siap untuk digunakan. "Ini cepat."

Darren meraih termoter itu, Dirra berjalan keluar kamar, mengambil segelas air hangat dan membawa sarapan untuk Darren ke dalam kamar.

Dirra kembali dengan membawa senampan hidangan sarapan. Ia melihat Darren yang terbaring sangat lemah, itu bukan Darren yang Dirra kenal. Darren memberikan termometer suhu kepada Dirra.

"38,5 Darren."

Dirra langsung menyelimuti Darren dengan benar, "pakai bajumu! Kau sedang sakit Darren!" Ucap Dirra melempar kaos hitam dari lemari, Darren bangkit memakaikan dengan cepat kemudian kembali berbaring, saat ini ia tak punya tenaga untuk menjawab semua celotehan Dirra.

"Makan dulu, habis itu istirahat yang cukup," ucapnya mengaduk soup yang ia buat untuk sarapan, Darren menyender pada ranjang, ia hanya diam melihat Dirra meniup soupnya.

Sesekali Darren tersenyum saat Dirra sedang fokus meniup soupnya. Dirra menyadari Darren yang memandanginya, "ini makan sendiri, tangan Darren kan ga sakit," ucap Dirra.

"Aku sangat lemas nona, untuk bangkit saja tak punya tenaga," ucap Darren.

Dirra menyodorkan sendoknya, "makan," ucapnya. Darren menurut dengan menghabiskan satu mangkuk soup yang Dirra buat, walaupun rasanya tak seperti yang dirinya buat, tapi cukup enak.

"Yeay habis, sekarang istirahat," ucapnya saat melihat makanan yang ia bawa habis tanpa sisa, Dirra mengambil obat yang ada di laci dan memberikannya pada Darren, "minum obat dulu," ucapnya.

Darren menggeleng, "ayoo ish!" Marah Dirra.

"Ga mau, saya ga suka obat Dirra," ucap Darren.

"Habis itu Dirra kasih permen," ucapnya, Darren tetap menggeleng kuat. Dirra membuka bungkus permen manis yang ia janjikan oleh Darren, "ayo minum, atau nanti permennya buat Dirra," ucapnya.

Darren tetap menggeleng kuat, Dirra menahan permennya dengan gigitannya, ia menyodorkan obat kepada Darren dan segelas air.

Darren menengak obatnya, kemudian meneguk air hangat. Darren dengan cepat menarik leher Dirra, ia merebut permen yang masih Dirra tahan dengan gigitan bibirnya. Bibir mereka menyatu, Dirra membulatkan matanya saat Darren mencium bibirnya.

Sedangkan Darren memejamkan matanya, kemudian membuka matanya, "manis," ucapnya.

Double kill.

"CURANG!" Ucap Dirra merasa kecolongan.

Darren terkekeh, "ish, curang!" Ucap Dirra membawa nampan yang sudah kosong.

Darren memilih untuk menyelimuti dirinya. Ia meraih ponselnya dan memberitahu pada sekertarisnya bahwa dirinya tidak bisa masuk ke kantor hari ini.

---
To be continued

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang