[Irreplaceable Love 50]

799 41 1
                                    

Dirra membuka matanya, cahaya matahari terhalang oleh gorden kamarnya. Ia baru saja tiba beberapa jam lalu. Darren masih tertidur dengan pulas di sampingnya sambil memeluk perut Dirra.

"Darren, bangun, sudah siang.." Ucap Dirra.

"Ergh," erang Darren justru hanya mengubah posisi tidurnya.

"Ck," Dirra beranjak dari ranjang dan membuka gorden. Cahaya matahari masuk, hingga membuat Darren terpaksa bangun dari tidurnya.

"Sudah siang?" Ucap Darren duduk sambil mengucek-ucek matanya.

"Kau ini bolot atau apa? Tadikan udah Dirra bilang kalo udah siang," ucap Dirra.

Darren hanya memanyunkan bibirnya melihat istrinya yang sedang mengoceh, Darren mengambil ponselnya. Polan menghubunginya, beberapa pekerjaan kantor menunggunya.

"Aku harus mandi," ucap Darren beranjak ke toilet untuk mandi.

"Darren! Mau mandi mau kemana?!" Teriak Dirra dari depan pintu kamar.

"Kerja!" Teriak Darren dari dalam kamar mandi.

"Darren tidak boleh kerja hari ini!" Teriak Dirra membuat Darren membuka sedikit pintu toilet dan menongolkan wajahnya.

"Apa?" Tanya Darren untuk memastikan.

"Kau tidak boleh bekerja!" Ucap Dirra.

"Kenapa?" Darren berjalan keluar toilet. Ia baru saja membuka kaosnya, ia keluar dengan setengah telanjang.

"Dirra ingin Darren hari ini. Jangan bekerja!" Pintanya dengan memaksa.

"Huft, baiklah, akan ku usahakan," ucap Darren berjalan ke arah Dirra dan memeluknya.

Dirra berjalan ke arah dapur. Perutnya terasa sangat lapar. "Darren lepas, Dirra ingin memasak!" Ucap Dirra merasa susah bergerak jika Darren terus memeluknya dari belakang.

"Biar Darren aja yang masak, Dirra duduk disana."

Dirra menurut. Ia duduk sambil melihat Darren memasak. Darren memasukkan semua bahan ke dalam wajan. Dirra belum mengatakan apa yang Dirra ingin makan. Namun Darren sudah memasak tanpa bertanya. Dirra hanya bisa diam sambil menunggu kejutan masakan apa yang akan Darren masak untuknya.

Dirra mendengar dering ponsel yang terus berbunyi. Ia kembali ke arah kamar. Dan kembali ke dapur dengan membawa ponsel. "Darren, Polan menelpon mu," ucap Dirra mengulurkan ponselnya kepada Darren.

Darren mematikan kompor dan mengambil ponselnya. Ia menyuruh Dirra untuk duduk di kursi, ia menuangkan masakannya ke dalam piring sambil berbicara dengan Polan melalui telpon.

"Bawa saja semua berkasnya kesini, aku tidak bisa kerja hari ini, sebab Dirra ingin aku tetap bersamanya," ucap Darren pada Polan. Ia memberikan sepiring nasi goreng yang telah ia masak kepada Dirra.

Menuangkan segelas air dan segelas susu hamil untuk Dirra minum. Darren duduk di hadapan Dirra menemaninya makan sambil menjawab telpon dari Polan masalah pekerjaan.

Polan mematikan telpon. Darren meletakkan ponselnya di samping gelas. "Bagaimana rasanya? Apakah enak?" Tanya Darren mendapatkan jawaban anggukan dari Dirra.

Dirra menyantapnya dengan lahap. "Darren," panggilnya.

"Yes baby?"

"Dirra ingin ice cream!" Ucapnya.

"Akan aku belikan selesai kau makan," ucap Darren.

Dirra menggeleng, "Dirra mau beli ice creamnya di kafe waktu pertama kali Dirra ketemu Darren," jelasnya. Darren berusaha mengingat dengan segala pikiran yang isinya hanya pekerjaan dan hal hal terbaru saja.

"Ah iya, Darren inget, yaudah habis itu mandi trus ganti baju, nanti kita kesana."

"Yeay!!!"

---

Dirra menyantap ice creamnya dengan wajah ceria. "Darren habis ini ayo kita ke kebun binatang ya!!!"

Darren membulatkan matanya, melihat matahari yang bersinar terik di luar sana, "siang siang gini?" Tanya Darren, mendapatkan anggukan dari Dirra.

"Tidak."

"Ish Darren!!"

"Dirra ga boleh kecapek-an!!!"

"Dirra ga capek kok Darren, ya ya ya? Dirra mau liat singa!"

"Lihat di televisi saja."

"Darren!!!"

Darren berjalan keluar cafe menuju parkiran mobilnya. Dirra terus mengoceh soal kebun binatang sambil berjalan di belakangnya.

"Darren! Ayooooo!!!" Ucap Dirra sebelum membuka pintu mobil, "tidak."

Dirra memanyunkan bibirnya, ia masuk ke dalam mobil dan memalingkan wajahnya ke arah jendela. Darren melajukan kendaraanya menuju kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan Dirra hanya diam. Mereka sampai di rumah, Dirra berjalan menuju lift.

"Dokter bilang jika kamu harus banyak istirahat Dirra."

Dirra tak menggubris. Ia justru memainkan ponselnya. Dirra melangkahkan kakinya lebih dulu dari pada Darren, "Dirra, aku hanya ingin menjaga kamu dan anak kita," ucap Darren.

Dirra masih diam. Ia memilih berjalan menuju ke arah Dazzy dan memberinya snack.

"Dirra, bicaralah," bujuk Darren mengikuti setiap kemana langkah Dirra.

"Ck, udah, lupain aja. Dirra juga ga tau kenapa tiba-tiba mau liat singa. Udah sana Darren mau kerja, kerja aja, Dirra mau nulis aja di kamar," ucapnya berjalan pergi dengan menghentakkan kakinya.

Darren memijat pelipisnya. Dirra di luar kendalinya hari ini. Darren menyusul ke kamar. Melihat Dirra sibuk dengan ipadnya di atas ranjang. Ia memasang earphone di telinganya. Darren lagi lagi hanya bisa menghembuskan nafas.

"Dirra," panggilnya tak mendapat jawaban.

Darren mendekat ke arahnya, menjauhkan ipadnya hingga membuat Dirra membuka earphonenya, "Dirra.."

"Hm?" Jawabnya dengan singkat.

"Darren minta maaf ya," ucap Darren sambil mengusap tangan Dirra. Ia mencium tangan Dirra berkali kali, "Darren minta maaf karena ga bisa penuhin kemauan Dirra untuk liat singa. Darren cuman ga mau Dirra kecapean lagi. Darren nanti khawatir sama kalian," ucapnya sambil mengelus perut Dirra.

Mata Dirra berkaca-kaca, "iya.."

"Darren minta maaf ya," ucapnya lagi.

"Huaaaaaa," Dirra menangis.

Darren langsung memeluknya, ia benar benar merasa bersalah karena tidak menuruti kemauan wanita hamil.

"Cup cup, Darren minta maaf ya," katanya lagi.

"Hiksss, Dirra mauuuu makan sushi..."

Darren menatapnya bingung, "sekarang?"

Dirra mengangguk.

Darren mendekat ke arah perut Dirra, "ku rasa mommy mu sedang ngidam."

Dirra memukul pelan bahu Darren.

"Ahahha, yasudah, ayo kita makan sushi!"

"Yeayyyy!!!

---
To be continued

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang