[Irreplaceable Love 37]

1.6K 98 2
                                    

Beberapa hari belakangan ini Darren selalu sibuk dengan kerjaanya di kantor, ia bahkan melanjutkan pekerjaannya sesampainya di rumah. Namun tetap Darren tak melupakan jika ia memiliki Dirra.

"Tuan, pertemuan selanjutnya dengan Alex's group," ucap sang sekertaris.

Darren mengangguk, langkahnya berjalan dengan sangat cepat, ia melirik arlojinya, menunjukkan pukul 4.30 Pm. Darren merogoh saku jasnya dan membuka ponsel, tak ada pesan masuk dari Dirra.

Darren memasuki lift sambil berusaha menghubungi Dirra lewat telpon. "Ayo angkat Dirra," ucap Darren.

Panggilan tak di angkat, "kemana kamu Dirra," ucap Darren berjalan keluar lift saat pintunya terbuka. Darren kembali memasukkan ponselnya ke dalam jas, karena meeting akan di mulai.

---

Dirra merengkuh, tubuhnya rasanya sangat lemah tak berdaya, ia hanya bisa berbaring di sofa, untuk pindah ke kamar saja ia tak punya tenaga. Dirra bahkan melewatkan makan siang hanya karena tak sempat untuk memasak. Ia hendak memberitahu Darren, namun ia tahu jika belakangan ini Darren sedang sangat sibuk. 

Dirra merubah posisi tidurnya beberapa kali, entahlah ini sudah pukul berapa, dirinya masih stay di sofa sejak pagi. Saat sarapan Dirra merasa baik baik saja, namun tiba tiba saja lemah saat mendekati makan siang. 

Pintu lift terbuka, Darren melangkahkan kakinya memasuki apart, melihat Dirra terbaring di sofa sambil memejamkan matanya, ia meletakkan tasnya di atas meja, "Dirra," panggil Darren panik, ia menyentuh tubuh Dirra, panas. 

"Kau demam?" Tanya Darren meletakkan punggung tangannya di dahi Dirra. 

Dirra melingkari kedua tangannya di leher Darren, "kangen," ucapnya dengan manja. 

"Kau makan ice cream tanpa sepengetahuan ku?" Tanya Darren, Dirra menggeleng. 

Dirra memeluk Darren dengan erat, Darren membawa Dirra memasuki kamar, "tunggu disini, aku akan siapkan makan malam," ucap Darren, menaruh Dirra di atas ranjang dan menyelimutinya.

Dirra menggeleng, "ga mau makan, Dirra mau Darren!" Ucapnya menahan satu tangan Darren.

Darren menghela nafas, "tapi kau sedang demam, kau perlu makan dan minum obat Dirra," ucapnya. 

Dirra menggeleng, "Dirra maunya Darren!" Pintanya kekeuh. 

Darren menatap mata Dirra dengan serius, Dirra memanyunkan bibirnya, air matanya lolos begitu saja, "huaaaaa, hikssss," isaknya, Darren memeluk Dirra, "hei, kok nangis si, iya iya okai Darren di sini, jangan nangis," ucap Darren. 

"Huaaaaaa, hikssss, hikssss.."

"Cupcupcup jangan nangis," ucap Darren mengelus rambut Dirra, Dirra menangis sejadi jadinya dalam dekapan dada Darren. 

"Tumben kau cengeng," ucap Darren. 

"Huaaaa Darren jahattttt, hiksssss."

"Sudah Dirra, Darren mandi trus ganti baju, habis ini istirahat okay," ucap Darren di angguki oleh Dirra. 

 Darren memasuki kamar mandi, "jangan lama lama mandinya!" Ucap Dirra. Darren menoleh, "iya sayang," jawab Darren kemudian menutup pintu, "aneh, tidak biasanya Dirra semanja itu," ucap Darren sembari membuka kemeja kerjanya. 

Dirra menutupi kakinya dengan selimut, duduk sambil terus menunggu Darren di sana. Tak lama Darren keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di area pingangnya. Darren terkejut saat melihat Dirra yang duduk di atas ranjang sambil menunggunya, "apa kepala mu tak pusing?" Tanya Darren sambil membuka lemari, "tidak," jawab Dirra sambil menggeleng, "akan ku panggilkan dokter untuk memeriksa kondisimu," ucap Darren. 

"Ga mau!" Ucap Dirra.

Darren menutup pintu lemari dan meletakkan handuk pada tempatnya lagi, "kenapa?" Tanya Darren. Dirra hanya menggeleng dengan kuat, "kau takut dengan dokter?" Tanya Darren. Dirra terdiam, Darren menghampiri Dirra dan mengecek suhu tubuh Dirra dengan menempelkan dahinya. 

Dirra terkejut saat Darren menyatuhan dahinya, dan menggoyangkannya perlahan, "cek suhu paling akurat," ucap Darren pelan dan masih memejamkan matanya sembari menahan kepala Dirra. 

Dirra terkekeh mendengar ucapan Darren, cek suhu selesai, "ayo tidur, minum obat dulu," ucap Darren menyodorkan obat penurun panas yang ada di laci meja dan memberikannya segelas air, Dirra menenguk obatnya.

Darren naik ke atas ranjang dan menyelimuti Dirra. Dirra dengan manja menghadapkan tubuhnya ke arah Darren dan mendekap dalam dada bidang Darren. Darren memeluk Dirra sambil perlahan lahan mengusap kepala Dirra agar cepat tertidur, "selamat tidur nona," ucap Darren kemudian mengecup kening Dirra. 

Malam ini Darren memutuskan untuk tidak lembur di rumah karena mengetahui jika Dirra tengah sakit. Saat kalender Darren memunculkan notifikasi, sejak itu Darren menyibukkan diri dengan mengurus hal hal biasa di ruang kerjanya, ia mengurangi kontak dengan Dirra hanya karna ia tak ingin berakhir dengan bermain solo. Untunglah karena Darren mencatat tanggal datang bulan Dirra, jadi saat pemberitahuan muncul, Darren dengan sigap mengisi isi kulkas dengan snack dan ice cream kesukaan Dirra. 

---
To be continued

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang