⚠Follow sebelum membaca⚠
Warning: 21+
Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...
Darren membuka matanya, Dirra tak berada disisinya. Tubuhnya sudah jauh lebih baik dari pagi tadi.
"Darren udah bangun?" Tanya Dirra kepadanya.
Darren mengangguk, Dirra mendekati Darren dan meletakkan punggung tangannya di dahi Darren, "udah turun panasnya," ucap Dirra.
Darren menarik pinggang Dirra, memeluknya dengan erat, "apakah kau sudah selesai datang bulan nona?" Bisik Darren di punggung Dirra, "ehem."
Dirra melepas cengkraman tangan Darren yang melilit pinggangnya. Ia berjalan keluar kamar untuk mematikan kompor yang masih menyala di dapur.
Darren menghampiri Dirra dengan hanya memperhatikannya dan duduk di meja makan. "Kenapa keluar, kamu masih lemas Darren," ucap Dirra menuangkan segelas air hangat dan memberinya kepada Darren.
"Aku hanya bosan berada di kamar Dirra," ucap Darren.
"Tapi Darren masih lemah," ucap Dirra.
"Sudahlah Dirra, suami mu ini sedang sakit, kenapa terus mengoceh, aku tak punya tenaga untuk menjawab," jelas Darren.
Dirra menghela nafas dan berhenti berbicara, Darren tersenyum saat Dirra menuruti perkataannya.
Dirra meletakkan hidangannya di atas meja makan, tak banyak yang Dirra masak, semuanya sejenis sayuran yang di tambahkan sedikit potongan daging.
"Ga mau suapin?" Tanya Darren, melihat Dirra hanya mengisi piring Darren dengan nasi, kemudian meletakkan sendok di dalamnya.
Dirra menatapnya, "jalan ke dapur bisa, masa pegang sendok ga bisa," ucapnya.
"Ck,,"
Dirra menatap Darren yang memakan masakannya dengan malas hanya karena perihal suapan tadi. Dirra bangkit dari kursi dan berdiri di samping Darren, Darren menoleh, Dirra mengambil piring Darren dan juga sendoknya.
Darren tersenyum, Dirra menyendok nasi dan lauknya kemudian menyodorkannya pada Darren, "ini enak," ucap Darren sambil tersenyum.
Dirra duduk di samping Darren, layaknya ibu yang sedang menyuapi jagoannya makan malam. "Ayo dikit lagi," ucap Dirra saat suapan terakhir.
Darren meneguk minumnya, Dirra membawa semua piring kotor ke tempat cucian piring, ia memilih untuk membereskan dapur selalu setelah ia pakai, walaupun ia mempunyai bibi yang Darren bayar, namun Dirra terbiasa melakukannya.
"Apa tak ada obat yang harus ku minum nona?" Tanya Darren tiba tiba saja memeluk Dirra dari belakang. Dirra berjalan untuk mengeringkan tangannya yang basah seusai mencuci piring.
"Ga ada Darren, tadi ga mau minum obat," ucap Dirra membalikkan tubuhnya menatap Darren.
"Aku tidak tau jika obatnya semanis itu sayang," ucapnya. Ia mengarahkan Dirra berjalan mendekati meja makan, ia mengangkat tubuh Dirra hingga terduduk di meja makan.
"Bukan obat yang kau mau Darren," ucap Dirra.
"Lalu?"
"Bibirku, kau mau bibirku Darren, benar bukan?" Ucap Dirra sudah yakin jika jawabannya adalah iya.
Darren menjawab, "kau sangat pintar nona, aku tak perlu mengkhawatirkan anak anakku nanti, sebab bundanya ini sangat pandai sekali," ucap Darren mengelus rambut Dirra.
"Jelas dong," jawab Dirra dengan percaya diri.
Suasana canggung, mereka hanya beradu pandangan saja, selama lima menit.
Darren menarik leher belakang Dirra, Dirra memejamkan matanya perlahan, sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya. Membukanya hingga lidah mereka bertemu.
'Argh shit, mengapa ia masih semanis ini,' batin Darren.
Darren melepas ciumannya, keduanya membuka mata perlahan, "shit." Darren membawa Dirra dalam gendongannya, "mau kemana Darren," ucap Dirra.
"Akan kita lanjutkan, tapi tidak di sini nona," ucap Darren melangkahkan kakinya dengan cepat.
Dirra menyembunyikan wajahnya di bahu Darren, mereka sampai di kamar. Dengan cepat Darren mengunci pintu kamar dan mematikan penerangannya. Ia membanting Dirra ke atas ranjang, ia dengan cepat membuka kaos yang ia kenakan dan melemparnya ke sembarang arah.
'Panas,' batin Dirra.
Darren mengunci Dirra di bawah dengan kedua lengan kekarnya.
"Darr-da--darren masih sakitkan," ucap Dirra gugup.
"Obat mu membuatku pulih nona Dirra," bisik Darren. Ia mencium leher Dirra, ia meninggalkan satu tanda di sana.
Tangan Darren membuka baju Dirra dari bawah, menyisakan bra yang Dirra pakai, "Darren---ssst----ahh-hhh," desahnya.
"Terus sebut namaku nona," ucap Darren, ia kembali mengecup seluruh tubuh Dirra.
Tangannya menarik celana yang Dirra pakai beserta cd yang Dirra kenakan. Dirra merapatkan kedua kakinya, sedangkan Darren sibuk membuka celananya.
Ia kembali menaiki ranjang, "buka kaki mu nona," ucap Darren.
Dirra menggigit jarinya dan menutupi bagian vaginanya dengan satu tangannya, "buka," ucap Darren.
Darren membuka perlahan kaki Dirra, Dirra masih berusaha untuk menutupinya dengan tangannya. Darren menjauhkan tangan Dirra dari sana. Ia mendekati wajahnya, menjilat bagian Dirra yang sudah basah, "ssst-- darr--ren-- jorok--- jangan---di---sa--nna." Ucapnya.
Darren berhenti, melihat vagina Dirra yang sudah basah, ia mengarahkan juniornya di hadapan vagina Dirra.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Darr-reen-- pelann," pinta Dirra. Darren mengangguk paham. Darren mengenggam kuat tangan Dirra dengan satu tangannya, ia mengarahkan juniornya untuk masuk, Darren lebih dulu mengelus perut Dirra yang rata, "cepatlah hadir jagoan," ucap Darren kemudian mengecupnya. Ia mendorong kepala juniornya untuk masuk dengan sekali hentakan.
"Ahhh," desah Darren saat miliknya masuk ke dalam lubang yang sempit.
"Kau masih sempit nona," lirih Darren mendorong maju dan mundur secara perlahan.