Dirra mengurungkan dirinya selama seminggu di apartemennya. Bahkan dirinya mematikan ponselnya hingga tak ada siapapun yang dapat menghubunginya. Ia hanya melanjutkan tulisannya, berbaur dengan para pembacanya, tidak peduli dunia di luar sana.
Dirra bahkan tidak berbelanja ke supermarket, padahal persediaan di kulkas telah habis sejak dua hari yang lalu. Uang Dirra juga sudah sedikit menipis. Sepertinya Dirra harus menjadi pekerja paruh waktu untuk kembali mendapatkan uang tambahan.
Terkadang Dirra mendengar suara pintu terbuka dari unit di sebrangnya. Namun saat melihat, hanya ada OB yang setiap harinya selalu di suruh untuk membersihkan tempat tersebut.
Dirra melakukan perang dingin dengan Zella. Sebab karena Zella mamahnya sungguh marah dengan Dirra. Entahlah, ia memiliki keluarga, namun ia tak pernah merasakan rasanya di sayangi keluarga sendiri. Entah apa yang salah dari dirinya. Bahkan keluarganya jarang menanyakan kabarnya.
Dirra menyalakan kran air di dalam apartemennya, ia hendak mencuci semua peralatan makan yang baru saja ia gunakan. Sambil mencuci piring ia juga menyalakan mesin cucinya, sebab hari ini adalah jadwalnya mengganti seprei ranjangnya.
---
"DIRRA!" Panggil Zella berhasil mengejutkan Dirra yang sedang fokus dengan laptopnya.
Dirra sontak mengelus dadanya saat ia melihat wajah Zella di depannya.
Zella tanpa di suruh langsung mendaratkan bokongnya di kursi cafe depan Dirra. "Lo kemana aja si, gue hubungin juga!"
Dirra tidak menjawabnya, "Dirra lo kenapa si diem aja!" Ucao Zella saat setiap kalimatnya tak pernah Dirra jawab. Dirra menutup laptopnya dan bersiap pergi meninggalkan cafe detik itu juga.
"Dirra! Lo denger gue gak sih!" Teriak Zella sambil menahan tangan Dirra untuk tetap berada di sana. Sontak seluruh pengunjung cafe bahkan pelayannya memandang ke arah Dirra dan Zella, karena suara kencang yang di timbulkan dari Zella.
Seorang pria berjalan masuk ke dalam cafe, menggunakan jas dengan sangat rapih, Zella menatapnya dan membulatkan mata.
"Darren?" Lirih Dirra saat melihat Darren baru saja tiba di cafe.
Darren menatap ke arah dua orang ini, Zella melebarkan senyumnya, sedangkan Dirra mengambil kesempatan untuk menghempas tangannya dari genggaman Zella.
"Dirr?" Panggil Darren saat Dirra berjalan melewatinya dengan raut wajah yang sangat buruk.
"Dirra gue belum selesai ngomong!" Panggil Zella berlari menyusul Dirra dengan cepat.
Dirra melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia tak memperdulikan Zella yang terus memanggil namanya layaknya orang kesurupan. Dirra tak peduli, toh yang menanggung malu nantinya adalah Zella sendiri. Bagaimana bisa seorang model papan atas berteriak sepanjang jalan memanggil nama Dirra.
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan Dirra saat Dirra baru saja hendak menyebrang.
"Ayo naik," ajak Darren membuka kaca mobilnya dan mengajak Dirra untuk naik.
'Kalo gue naik, malah nambahin masalah,' batin Dirra.
Dengan cepat Dirra menggeleng, ia menyebrang dan langsung menaiki transportasi umum yang sedang berhenti di sana.
Zella menghentikan langkahnya saat melihat Dirra berada di dalam bus. Zella mengatur nafasnya yang terengah engah, Dirra memiliki langkah kaki yang sangat cepat saat berjalan. Zella mengeluarkan ponselnya dan menghubungi mamah Dirra.
"Halo tante."
"Iya, gimana Zella? Udah ketemu Dirra."
"Tadi si udah tante, tapi sekarang ilang lagi, dia gak mau ngomong tante, capek Zella ngejarnya."
"Anak itu benar benar merepotkan!"
"Ya sudah besok cari lagi, kamu ketemu dia sendiri atau sama cowo yang sama?"
"Sendiri, tapi pas Dirra pergi cowo itu dateng tante."
"Kamu tau namanya?"
"Belum sempet kenalan tante, kayaknya dia boss deh tan, ganteng banget parah."
"Ijo mata kamu kalo liat yang bening tuh Zell, inget pacar kamu si Rahes, jangan selingkuh."
"Hehe iya tante siap! Yaudah Zella lanjut ke studio ya tante ada take hari ini."
"Iya makasih ya Zella."
"Sama sama tante!"
Butuh waktu yang cukup lama hingga Dirra sampai di gedung apartemennya. Zella melangkan kaki masuk ke dalam lobby.
"Dirra?" Tanyanya saat ternyata Dirra berjalan di sampingnya.
Dirra yang merasa namanya terpanggil lantas langsung menolehkan pandangannya, "Om Darren!" Ucap Dirra terkejut.
"Saya bukan om kamu Dirra! Berhenti panggil saya om," ucap Darren.
"Kok Darren di sini?" Tanya Dirra dengan bingung. Darren berjalan mendahuluinya dan memasuki lift. Tak lama Dirra ikut berjalan masuki lift. Mereka hanya berdua, sebab tak ada orang lain yang menggunakan lift saat itu.
Dirra memencet tombol lantai unitnya yaitu dua puluh. Darren menatap tangan Dirra saat menekan tombol dua puluh, 'oh di lantai dua puluh ternyata,' batin Darren yang berdiri di belakang tubuh Dirra.
"Ini om om kok gak pencet tombol anjir?' Bingung Dirra dalam batinnya.
Tak lama Darren mengeluarkan kartu member vipnya. Membuat Dirra membekap mulutnya terkejut.
"Kenapa kamu?"
"Om? Sugar daddy ya! Ngaku!" Ucap Dirra.
"Sembarangan!" Ucap Darren menatap Dirra dengan intens.
"Tadi kamu kenapa? Kok temen kamu di tinggalin?" Tanya Darren membuka topik pembicaraan.
Dirra menatapnya malas, "om kepo aja deh!" Ucap Dirra.
Darren membawa Dirra, terkunci dengan kedua tangannya, Dirra tak bisa lagi kemana pun, sebab dirinya sudah menempel pada lift. Darren mendekatkan wajahnya dengan sangat dekat, dan matanya terus menatap bibir Dirra.
"Sekali lagi kamu panggil saya om, saya cium kamu!" Ucap Darren membuat Dirra sontak membekap mulutnya.
Suara pintu lift terbuka, namun Darren tak ada gerak gerik untuk melepaskan Dirra dari kurungannya. Dia justru semakin mendekatkan wajahnya. Dengan cepat Dirra menendang selangkangan Darren dari bawah dengan kakinya, dan meloloskan dirinya dari jeratan Darren. Sebelum pintu lift kembali tertutup Dirra dapat melihat Darren yang kesakitan di sana.
Dirra menghela nafasnya lega, "akhirnya lepas juga tuh dari om om cabul."
---
Terimakasih sudah membaca🖤✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...