[Irreplaceable Love 29]

2.6K 149 7
                                    

Malam tiba, Darren benar benar mabuk berat. Ini karena tak sengaja banyak juga rekan kerja Darren yang datang menghadiri pesta, "biar saya bantu nona," ucap supir kepada Dirra.

"Ga usah pak, bapak pulang aja setelah ini, udah malem juga," tutur Dirra di angguki oleh supirnya.

Dirra membawa Darren dengan tertatih. Langkahnya sangat lambat sebab Darren yang susah sekali di kendalikan.

Sampainya di kamar, Dirra membanting begitu saja tubuh Darren di atas ranjang. Ia meletakkan kedua tangannya di pinggang dan mengatur nafasnya yang tak beraturan.

"Berat sekali," ucap Dirra duduk di samping Darren yang tergeletak di ranjang.

Dirra menatap ke arah Darren yang mengoceh tak jelas, ia membenarkan posisi Darren. "Bangun, jangan begitu tidurnya," ucap Dirra mengubah posisi Darren hingga benar. Butuh berulang kali untuk melakukannya.

"Panas," celoteh Darren dengan mata yang memejam.

Dirra menatap ke arah ac yang sudah menyala sejak tadi, suhunya pun sudah cukup dingin menurut Dirra. Dirra tak memperdulikan itu, ia meninggalkan Darren begitu saja untuk mandi dan berganti pakaian.

Lima belas menit sudah Dirra berada di kamar mandi, ia tengah mengganti pakaiannya, tiba tiba saja Darren menggedor pintu kamar mandi dengan keras. Dirra membuka pintu, "apa Darren," ucapnya, langsung saja Darren masuk dan memuntahkan semua isi perutnya ke dalam toilet.

Dirra menghampiri Darren dan mengusap punggungnya pelan, ia memberikan tisu dan membawa Darren kembali ke atas ranjang. Dirra ke dapur dan kembali ke kamar dengan membawa segelas air hangat. "Minum dulu," tutur Dirra kepada Darren yang sedari tadi terus membolak balikkan kepalanya karena posisi yang tak nyaman.

Darren terduduk dan menenguk segelas air mineral hangat yang Dirra berikan. "Istirahatlah lebih lama, besok hari minggu," ucap Dirra.

Jadwal Darren saat hari minggu adalah tidak bekerja, jadi Darren bisa beristirahat lebih lama. Untunglah, mati jika besoknya harus bekerja, sebab ia pulang larut malam. Bahkan kini jam menunjukkan pukul tiga pagi.

Dirra menyelimuti Darren yang sudah tertidur dengan pulas. Dirra mengelus wajah Darren yang tenang, "dasar bayi besar," ucap Dirra dengan kekehan.

---

Darren membuka matanya, ia menyentuh kepalanya yang terasa sedikit pusing akibat efek dari alkohol yang ia minum semalam. Dirra sudah tak berada di sampingnya, "kemana perginya wanitaku," ucap Darren berjalan meninggalkan ranjangnya. Dengan kemeja yang berantakan, ia berjalan menuju keluar kamar.

Matanya mencari keberadaan Dirra, namun nihil ia tak menemukan Dirra di apartemennya, "Dirra," panggil Darren terus menerus.

"Bi, maaf liat Dirra?" Tanya Darren kepada pekerja paruh waktu yang membersihkan apartnya di kala pagi.

"Saya datang tidak ada siapapun tuan, saya pikir tuan dan nyonya masih tidur," jelasnya.

Darren mengangguk pelan, "yaudah makasi ya bi."

"Sama sama tuan, saya izin pulang ya tuan, semua sudah saya selesaikan."

Darren mengangguk dan membiarkannya pergi meninggalkan unitnya. Darren berjalan ke arah balkon dan menghirup udara segar. Pintu lift berbunyi, seketika Darren menoleh dan mendapati Dirra yang keluar dari lift bersama dengan Dazzy.

Darren menghampirinya dan memeluknya, Dirra melepas tali yang mengikat Dazzy dari genggamannya. Dazzy berlari ke sembarang arah, "kenapa Darren?" Tanya Dirra.

"Kok udah bangun aja si, ini masih pagi," ucap Dirra lagi.

"Kamu dari mana?" Tanya Darren menatap Dirra dengan seksama.

"Ajak Dazzy jalan jalan, udah lama dia ga keluar nanti stress," jelas Dirra.

"Aku mau masak dulu, kamu mau makan apa?" Tanya Dirra berjalan ke arah dapur. Menyiapkan semua perlengkapan masak yang akan ia gunakan. Juga mengeluarkan beberapa bahan yang akan digunakan.

Darren memeluknya dari belakang, "aku ga mau sarapan, aku maunya kamu," ucapnya dengan manja.

Dirra menghela nafas, "ga laper?" Tanyanya. Darren menggeleng.

"Dirra," ucap Darren dengan bisikan di telinga Dirra.

"Hm?"

"Bolehkah aku?" Tanyanya.

"Apa Darren, Dirra ga paham," jelasnya dengan jujur. Dirra menatap mata Darren yang seolah olah memohon kepadanya. Entah untuk apa, Dirra tak tau.

"Aku rindu servis mu nona," ucap Darren menggoda.

"Tak bisa," ucap Dirra langsung tanpa berbasa basi. Darren menunjukkan wajah kecewanya. Dirra pergi menjauh dari dapur, ia tak jadi memasak sebab Darren tak lapar.

"Dirra, ayolah, kita sudah lama tak bermainnn," ucap Darren mengejar langkah Dirra.

"Dirraaaaa ayoooo," ucapnya lagi.

Dirra tak memperdulikannya meskipun Darren terus mengikutinya. Bahkan kini saat Dirra sedang membaca majalah, Darren berada di sampingnya sambil menatapnya.

"Ayoo kita bermainnnn Dirraaaaa," ucap Darren tanpa putus asa.

"Kau tak rindu bermain dengan ku? Apakah aku kurang memuaskanmu? Apakah ukuran ku kecil? Apakah aku keluar terlalu cepat? Dirra katakannnn, bagaimana caranya agar aku bisa bermain dengan mu," ucap Darren dengan panjang lebar.

"Huh Darren, jawab satu pertanyaan Dirra," ucap Dirra.

Darren mengangguk antusias, "apa tanyakannn ayooo."

"Apakah jika sedang datang bulan boleh melakukannya?" Tanya Dirra menaikkan satu alisnya ke arah Darren.

"Shittt Dirra, kau datang bulan?" Tanya Darren spontan.

Dirra mengangguk dan kembali pada majalahnya.

"Argh Dirraaaa kenapa tamu bulanan mu harus datang sekaranggggg," ucap Darren prustasi, ia mengacak acak rambutnya.

"Bermain solo dulu Darren, sana mandi udah siang," ucap Dirra dengan entengnya.

"Lihatlah nona, saat tamu mu sudah selesai, akan ku pastikan kau akan habis dalam satu malam," ucap Darren kemudian pergi kembali ke kamar untuk mandi.

---
To be continued
Info: Up lagi minggu depan
Jadi seminggu up cuman di satu hari, partnya ga tentu bisa 2/3 part.

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang