Dirra memilih untuk mampir sebentar menikmati secangkir coffe yang pernah ia minum di cafe yang sama. Rasa coffenya sesuai dengan selera Dirra, itu mengapa Dirra memutuskan untuk kembali lagi ke sana. Dirra membawa coffenya ke salah satu meja yang dekat dengan jendela caffe.
Dirra membuka buku catatannya dan menuliskan beberapa ide yang tiba tiba saja terlintas dalam benaknya. Dirra berusaha untuk membuat para pembacanya terkagum dengan karyanya yang ia buat.
Dirra adalah seorang penulis dengan identitas lain di blog tulisannya, ia membuat namanya sendiri di sana. Itu mengapa tak akan ada orang yang mengenalnya. Dirra juga tak pernah mengekspos wajahnya di blog tulisannya, sehingga tak ada yang mengetahuinya.
Saat masa sekolah dulu, banyak temannya yang membahas satu cerita di kelas, hampir satu angkatan yang gemar membaca pasti mengetahui cerita tersebut, dan kala cerita itu di terbitkan, bukunya sangat ramai di sekolah, banyak anak yang membelinya, bahkan mencari yang ada tanda tangan penulisnya.
Itu adalah buku pertama Dirra yang mendapat penawaran untuk di terbitkan. Tak di sangka seluruh sekolah menyukainya. Namun tak ada seorang pun yang tahu bahwa Dirra adalah penulisnya. Dirra menyukainya. Baginya berganti identitas membuatnya juga merubah sikap, ia bisa menjadi orang yang sesuai dengan nama yang ia pilih.
Dirra baru teringat, saat melihat sebuah meja di ujung sana terisi. Waktu pertama ia kemari, ia melihat dua orang pembisnis yang melakukan pertemuan. Dirra baru teringat wajah orang tersebut, Darren. Pantas saat bertemu ke sekian kalinya Dirra seperti pernah bertemu dengan Darren sebelumnya, dan benar saja mereka memiliki kontak mata saat bertemu di cafe.
Seorang gadis tiba tiba saja berdiri di samping mejanya dengan membawa segelas coffe yang sudah dia pesan, Dirra mendongahkan kepalanya melihat siapa yang berdiri di samping mejanya.
"Kamu?" Ucap Dirra.
Gadis itu tersenyum, "hai kak Dirra, Devvi boleh duduk di sini nggak?" Tanya Devvi meminta izin kepada Dirra untuk duduk di kursi kosong di hadapan Dirra.
Dirra lantas mengangguk, "lagi nunggu apa kak?" Tanya Devvi.
Dirra penggeleng pelan sambil menyeruput coffenya, "enggak nunggu apa apa," jawab Dirra.
'Kenapa harus ketemu sama cewenya Darren coba, dia mau ngapain ya,' batin Dirra.
"Kamu sendiri nunggu apa disini?" Tanya Dirra kepadanya.
"Oh Devvi nunggu di jemput," ucap Devvi.
Dirra menggangguk, "Devvi suka baca ya?" Tanya Dirra saat melihat Devvi meletakkan sebuah buku yang ada di dalam kantung toko buku di atas meja.
"Ah iya, ini novel keluaran terbaru seru tau kak, suka deh sama penulisnya, karya dia keren keren,"
Dirra tersenyum kala melihat Devvi memamerkan buku yang baru saja ia beli, itu adalah buku karyanya yang baru saja terbit sebulan yang lalu. Seorang pria datang dan berdiri di belakang Devvi, "ayo pulang," ucap Darren kepada Devvi.
Dirra menatapnya, kala itu senyumnya memudar sama dengan Devvi, "ganggu aja si," ucap Devvi kesal dengan Darren.
"Ayo pulang, gue masih banyak kerjaan di kantor," ucap Darren.
Dirra menggerutu kesal di dalam hatinya, "yaudah nanti Devvi biar balik sama gue aja," ucap Dirra.
'Dirra tau Devvi adek gue?' Tanya Darren dalam batinnya.
"Pulang!" Ajak Darren sekali lagi.
"Iya iya pulang, kak Dirra, Devvi pulang dulu ya," pamit Devvi di respon sebuah senyuman. Darren menatap Dirra yang tak membalas tatapannya. Darren pergi meninggalkan Dirra di sana, tak jauh melangkahkan kaki, Darren kembali menghampiri Dirra, "mau bareng nggak?" Tawar Darren.
"Nggak usah om, Dirra bisa pulang sendiri, om anterin aja pacar om," ucap Dirra meraih tasnyya dan pergi meninggalkannya.
Darren terkekeh, 'pacarr? Devvi my girlfriend? No,' batin Darren saat mendengar pernyataan Dirra.
---
Dirra melangkahkan kakinya keluar apartemen, hanya sekedar untuk membawa anjingnya berjalan jalan di area bawah. Mengingat sudah malam, Dirra hanya mengenakan jeans pendek di atas paha berwarna putih dengan hoodie berwarna latte, ia membawa Dazzy untuk berjalan jalan di bawah.
Dirra memasukkan kartu apartemennya ke dalam saku hoodie, ia hendak melangkah mendekat ke arah lift, tak sengaja unit sebrangnya membukakan pintu. Darren keluar dengan tampilan yang berbeda dari yang biasa Dirra lihat.
Dasi yang dikenakannya terlihat sedikit longkar, juga jasnya yang kini di lepas tak di pakai, di tambah gadis bernama Devvi yang memakai atasan terbuka dengan celana jeans yang amat pendek seperti miliknya.
Dirra menatap keduanya dengan heran, membuat Devvi merasa terintimidasi hingga akhirnya menutup pintu apartemen dengan cepat setelah Darren sepenuhnya keluar.
Dirra memutar bola matanya malas saat kini hanya ada dirinya dengan Darren. Dirra melangkahkan kakinya memencet tombol lift, langkahnya di ikuti dengan Darren yang berdiri di samping tubuh Dirra, sambil menunggu pintu lift terbuka.
'Nih om om abis ngapain coba, berantakan banget, emang pedofil nih om om,' batin Dirra berpikir tentang apa yang di lakukan oleh Darren dengan Devvi.
Pintu lift terbuka, Dirra melangkahkan kakinya memasuki lift, bersamaan dengan Darren, Dirra dengan segera memencet tombol yang membawanya ke lantai satu.
'Ini om om kenapa nggak joinin kartu apartemennya anjir, dia nggak mau balik apa gimana? Oh mungkin masih ada kerjaan kali makannya dia ke lantai satu juga tujuannya,' batin Dirra berusaha tenang.
Dirra membawa Dazzy dalam gendongannya sambil membelai Dazzy yang memiliki bulu yang tebal dan sangat lembut. Sayangnya Dazzy belum memiliki anak sebab Dirra tidak mengkawinkannya dengan anjing lain.
"Kapan ya saya ada yang belai kayak gitu," sahut Darren yang berada di samping Dirra sambil terus melihatnya membelai anjingnya.
Dirra menolehkan pandangannya ke arah Darren, "Dirra emang sesayang ini om sama anjing," ucap Dirra.
"Saya kapan di sayang?" Bisik Darren di telinga Dirra dengan suara yang sexy. Dirra menghela nafasnya dan menoleh ke arahnya, "maksud om, om mau jadi anjing peliharaan Dirra? Maaf ya om, Dirra nggak mau nambah peliharaan lagi, om cari majikan lain aja," jelas Dirra dengan polos.
'Sabar Darren, namanya juga anak polos, jadi begonya suka nggak ketulungan,' batin Darren.
"Kamu ngapain malem malem gini keluar? Pakai celana sependek ini lagi," tanya Darren kepada Dirra.
"Nih, mau bawa Dazzy jalan jalan, soal celana pendek, karena abis ajak Dazzy jalan jalan, Dirra mau bobo jadi sekalian aja pake celana pendek om," jawab Dirra.
"Anjing kamu namanya Dazzy?" Tanya Darren di jawab anggukan kecil dari Dirra. Pintu lift terbuka, Darren mengikuti langkah Dirra yang berkeliling di bawah untuk membawa Dazzy menghirup udara segar.
Darren menggapai tangan Dirra, membuat Dirra menghentikan langkahnya sekaligus menjauhkan tangannya, "berhenti dulu," ucap Darren kepada Dirra.
Darren mengikatkan jasnya tepat di pinggang Dirra untuk menutupi celana pendeknya, "kalau nanti mamah kamu tau kamu keluar pake celana kurang bahan gini, kamu bisa di marahin Dirra," jelas Darren.
'Ini om om sok perhatian banget, buaya nih emang, udah punya Devvi juga,' batin Dirra.
Dirra kembali melangkahkan kakinya, membawa Dazzy berjalan di area gedung apartemen hingga cukup lama. Ditemani oleh Darren hingga aktifitas Dirra dan Dazzy selesai.
---
Terimakasih sudah membaca🖤✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...