"Dirra, udah siang kamu masih tidur sayang?" Teriak mamahnya memasuki apartemennya.
Dirra membalikkan tubuhnya di atas ranjangnya. Dirra sengaja mengunci pintu kamarnya. Membuat mamahnya tak bisa masuk ke dalam.
"Dirra buka pintunya, mamah datang bawain kamu sarapan," ucapnya.
Dirra bangkit dari ranjang dan mengucek ucek matanya. Dirra membuka gorden lebih dulu dan membuka pintu kamar.
Mamahnya tengah berada di dapur menyiapkan semua makanan yang dia bawa untuk sarapan Dirra. Dirra berjalan ke arah dapur tanpa menghiraukan mamahnya, ia justru mengambil segelas air mineral dan meneguknya.
"Sini sarapan kamu pasti belum sarapan kan," ucap mamahnya.
Dirra justru berjalan ke arah pintu dan membawa Dazzy bersamanya. "Dirra mau kemana, sarapan dulu," ucapnya lagi.
"Mau ajak Dazzy jalan jalan mah," ucap Dirra sambil membuka pintu.
"Astaga om, Dirra kira siapa di depan pintu," ucap Dirra mendapati Darren yang baru saja akan memencet bel unitnya.
Mamahnya yang menyadari jika Dirra berbicara dengan seseorang menghampirinya dan melihat bahwa itu Darren, "Darren?" Tanyanya dengan bingung.
"Eh iya mah," jawab Darren.
"Ada apa Darren?" Tanya mamah.
"Darren sengaja ke sini buat pastiin Dirra sarapan, ini Darren bawa sarapannya," ucap Darren sembari menunjukkan paperbag berisi sarapannya.
Mengingat Dirra sedang marah dengan mamah dan papahnya. Dirra akhirnya meraih paperbag berisi makanan dari Darren dan membawanya masuk, Dirra tak jadi membawa Dazzy untuk berjalan jalan.
"Sini sarapannya, kebetulan Dirra belum sarapan om," ucap Dirra mengambil ahli paperbag tersebut.
Mamah Dirra mempersilahkan Darren untuk masuk. Darren segera menyusul Dirra ke dapur dan membantu Dirra menyiapkan makanannya. Darren mengambil piring, satu mangkuk dan satu gelas. Ia meletakkannya di atas meja makan, Dirra mengeluarkan satu cup soup yang ada.
"Sini sini, pelan pelan itu panas," ucap Darren mengambil ahli satu cup soup dari tangan Dirra dan memindahkannya ke mangkuk.
"Kamu belum sarapan, tapi disini ada makanan Dirra," ucap Darren.
"Dirra maunya makan makanan dari om," ucapnya.
"Itu saya yang bawa Darren," ucap mamah yang sedari tadi berdiri di belakang sana. Melihat Dirra yang tak mau makan masakannya, membuatnya mengerti jika Dirra sedang menjaga jarak dengannya.
"Kayaknya masakan tante juga enak," jawab Darren. Darren memberikan semangkuk soup kepada Dirra.
"Tiup dulu Dirra, itu masih sangat panas," ucap Darren di dengarkan oleh Dirra.
Dirra menyantap soup itu dengan lahap, Dirra juga menghabiskan salad yang Darren bawa untuknya. Sedangkan salad yang mamahnya bawa, tidak tersentuh sedikitpun.
"Darren saya titip Dirra ya, saya masih ada urusan," ucapnya kemudian pergi meninggalkan unit.
"Kamu jangan begitu, mamah kamu kan baik anterin kamu sarapan," ucap Darren menasehati Dirra.
"Om itu ga tau, mamah begitu karena mau Dirra temenan lagi sama Zella, sejak kejadian Calvin itu Dirra marah sama Zella karena bikin Dirra di omelin papah," ucapnya.
"Dirra heran, jelas jelas sering kali Dirra dalam bahaya kalo main sama Zella, tapi mamah sama papah tetep percayain Zella bahkan banggain Zella, karena Zella seorang model dan Dirra bukan apa apa. Mamah sama papah ga tau aja seburuk apa yang udah Zella lakuin sama Rahes."
"Kenapa mereka?" Tanya Darren.
"Zella pernah hamil anak Rahes waktu awal awal hubungan mereka, trus Zella mutusin buat gugurin kandungannya," lanjut Dirra.
"Tapi papah sama mamah ga pernah takut Dirra kebawa pergaulan Zella."
"Om," panggil Dirra.
"Hm?"
"Dirra ikut om ke kantor ya, Dirra janji ga ganggu, Dirra ga mau disini nanti pasti Zella kesini, Dirra masih marah sama dia karena udah kenalin Dirra ke Calvin."
Darren terkejut bukan main, bagaimana kalau Daffin tau? Dan justru memikirkan hal yang tidak tidak soal Darren. Tapi kasihan juga jika Darren membiarkan Dirra di apart seorang diri. Apa yang harus Darren lakukan?
"Bagaimana dengan papahmu?" Tanya Darren.
"Kan om bisa jelasin kalo Dirra cuman ikut aja," ucap Dirra.
"Huft, ya sudah ayo, cepat selesaikan sarapan mu, saya ada rapat jam delapan."
"Wait om! Dirra ganti baju dulu," ucap Dirra dengan cepat berlari ke arah kamar dan mengganti bajunya. Darren membereskan semua yang ada di meja makan, sembari menunggu Dirra selesai.
Tak lama Dirra keluar dan mengunci pintu kamarnya, "ayo om, Dirra udah mandi," ucap Dirra berjalan menghampiri Darren.
Dirra merapihkan sedikit rambutnya dan berkata, "Dirra udah wangikan om? Dirra pake sabun baru, wanginya enak deh Dirra suka," ucap Dirra.
"Iya wangi," ucap Darren yang terdiam melihat Dirra saat keluar kamar.
"Kamu pake rok sependek itu?" Tanya Darren.
Dirra mengangguk, "yups, Dirra punya banyak rok pendek sama jeans pendek, Dirra suka makenya, kenapa?" Tanyanya.
Darren menggeleng dan menghempas imajinasinya jauh jauh, "tidak, sudah ayo berangkat."
Sampainya di kantor, seluruh pegawai terkejut melihat Darren datang bersama seorang gadis. "Pagi pak Darren," sapanya.
"Pagi," ucap Darren.
Semua terkejut melihat kehadiran Dirra pagi ini. Darren menyadari jika seisi kantor memandanginya. Namun apa boleh buat? Sudahlah.
"Kamu tunggu di sana, dan jangan mengganggu," ucap Darren menyuruh Dirra untuk tetap di sofa tanpa menganggu dirinya bekerja.
"Siap om," ucap Dirra.
"Dirra, berhenti memanggil om, sudah saya katakan berapa kali."
"Iya Darren, maaf," ucap Dirra kemudian melangkah dan duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
---
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...