[Irreplaceable Love 34]

2K 105 0
                                    

Sinar matahari memasuki sela sela gorden kamar mereka, Dirra membalikkan tubuhnya bertabrakan langsung dengan dada bidang Darren.

Darren masih memejamkan matanya, kedua baru saja tertidur beberapa menit lalu, setelah menghabiskan malam yang panjang. Dirra tak habis pikir bagaimana bisa Darren tidak selemas itu saat melakukannya semalam, padahal ia baru saja sembuh dari sakit, itu membuat Dirra menggelengkan kepalanya.

Dirra menatap wajah Darren yang terlelap, masih tak menyangka mengapa dulu Dirra bisa menerima tawaran untuk menikah bersama om ini? Padahal dulu tak pernah terlintas jika Dirra akan menikah dengannya. Setiap bertemu saja Dirra tak memiliki rasa apapun, namun bagaimana bisa Dirra tiba tiba saja yakin dengan Darren?

"Pagi nona," ucap Darren membuka matanya. Dirra menoleh, "pagi Darren," jawabnya.

Dirra tak bisa beranjak dari ranjang, sebab tubuhnya kini polos, sama halnya dengan Darren, "Darren ga kerja?" Tanya Dirra.

"Nanti siang hanya ada rapat, aku sudah meminta libur dua hari untuk masa pemulihan nona, tenang saja," jelas Darren.

Darren beranjak dari ranjang dengan tubuh polosnya memasuki kamar mandi, mengisi bak dengan air hangat dan wewangian.

Dirra menarik selimut hingga menutupi semua tubuhnya yang polos, "ingin mandi nona?" Tanya Darren kepada Dirra di depan pintu kamar mandi.

Dirra mengangguk pelan, Darren menghampirinya dan menggendongnya, "lepaskan selimut mu nona," ucap Darren saat Dirra masih membawa selimutnya untuk menutupi tubuh polosnya.

Dirra ragu, ia malu jika harus melepasnya, "tak perlu malu, karena semua yang kau miliki sudah ku lihat dan ku pegang, itu indah Dirra," ucap Darren. Dirra melepas selimutnya dan menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Darren.

Darren menahan tawa, istrinya ini sungguh pemalu, padahal saat honeymoon, dia berhasil memberi servis terbaiknya.

Darren menurunkan Dirra di dalam bathup yang sudah ia isi dengan air hangat dan wewangian aroma bunga yang menyegarkan tubuh. Darren menjalankan jarinya di atas bahu Dirra, membuat Dirra merasa geli.

"Darren mandilah dengan benar!" Perintah Dirra.

"Jika aku tak mau?" Tanya Darren meneteskan air di bahu Dirra.

"Bermainlah solo selama sebulan."

Darren tercengang, "Dirra bagaimana bisa kau jadikan itu ancaman?"

"Tarserah jika tak mau," ucapnya.

"Kalau begitu caranya bagaimana junior ku bisa ada di perut mu, kita harus sering membuatnya agar mereka segera hadir," jelas Darren.

"Tapi tidak setiap saat Darren! Hari ini kau bekerja! Akan di buat saat kau pulang bekerja, mengerti," ucap Dirra.

"Kau tak berbohong?" Tanya Darren. Dirra menggeleng.

"Akan kita lakukan hingga pagi?"

"Kau bodoh! Tidak selama itu!" Ucap Dirra kesal. Darren terkekeh.

"Beri aku penilaian Dirra," pinta Darren.

"Penilaian apa?"

"Bagaimana dengan ku? Bagaimana bermain dengan milikku? Apakah cukup puas? Apa yang harus ku perbaiki? Apa posisi yang kau suka? Bagian mana yang kau tak suka jika aku melakukannya?"

"Bagian saat kau tak bisa menjaga jari mu dari vagina ku!" Ucap Dirra beranjak dari bathup.

Darren terkekeh, "bukankah itu nikmat? Kau bahkan menikmatinya nona," ucap Darren.

"Sudalah, Dirra sudah selesai."

---

Dirra membaca sebuah majalah di balkon kamarnya. Angin yang bertiup pelan, menerbangkan rambut Dirra yang di biarkan terurai. Dirra menutup majalahnya, ia menatap ke arah perutnya yang rata, "bagaimana bisa Darren menantikan kehadirannya secepat ini," ucapnya sendiri. Ia mengusap pelan perutnya.

"Emang ciri ciri kehamilan apa si? Mungkin aja ga si Dirra udah hamil," ucapnya meraih ponsel yang ada di meja. Segera ia men-search di internet tanda tanda kehamilan.

Bodoh, Dirra baru ngetahui jika ia telat datang bulan, itu pertanda ia hamil, beberapa hari lalu saja ia baru saja selesai datang bulan. Hal sekecil itupun Dirra tak tau jika tak mencarinya di internet.

"Tapi hamil itu seru ga si? Punya anak itu seru, tapi hamilnya seru ga?" Ucap Dirra semakin bodoh.

Dirra menutup layar ponselnya, ia memilih untuk meninggalkan balkon, menyiapkan air hangat untuk Darren mandi dan memasak makan malam. Sebentar lagi sudah waktunya Darren pulang, Dirra sudah harus selesai dengan menu makan malam hari ini.

Selepas memasak, Dirra memilih untuk mandi dan berganti pakaian, dan menunggu Darren pulang.

Dirra memakai bedak sedikit bedak tabur di wajahnya, ia memutarkan tubuhnya di hadapan cermin, dirinya kini memakai hot pants dan sweater panjang. Beberapa hari belakangan hujan selalu turun di malam hari, sehingga membuat udara malam semakin dingin.

Pintu lift terbuka, Dirra berdiri dengan kedua tangan yang berada di belakang tubuhnya, kakinya melompat pelan di tempat saat Darren berjalan ke arahnya sambil membuka kancing jasnya dan melonggarkan dasinya.

Darren menangkap Dirra yang melompat ke dalam pelukannya, "yeay Darren pulang!" Ucap Dirra dengan senang.

Sesederhana itu karena Dirra selalu merasa kesepian saat Darren bekerja, tak ada yang menemaninya kecuali Dazzy.

Darren mengecup kening Dirra, "kau rindu nona?"

"Sure!" Jawabnya.

Darren tersenyum puas mendengar jawabannya.

Cup!

Satu kecupan Dirra berikan untuk Darren. Dirra menyuruh Darren untuk mandi kemudian segera untuk makan malam bersama. Dan istirahat.

---
To be continued

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang