Dirra mengucek karena cahaya terang yang menerobos masuk ke dalam kamarnya. Tangan kekar Darren berada di atas pinggul Dirra. Dirra membalikkan tubuhnya ke arah Darren, menatap Darren yang masih memejamkan matanya.
Apa yang terjadi semalam, Dirra hanya diam, tiba tiba saja tubuhnya tak mampu untuk melakukan apa yang sudah ia pelajari, untuk menyentuh milik Darren saja dirinya sudah tidak bisa terlalu lama.
Dirra menyingkirkan rambut Darren yang berantakan, menyisirnya dengan tangannya ke arah belakang. Darren membuka matanya saat mendapat sentuhan dari Dirra.
"Morning," sapa Darren dengan suara khasnya yang serak serakk sehabis bangun tidur.
Dirra menarik selimut perlahan menutupi wajahnya, ia hanya mempelihatkan sedikit matanya, "pagi," jawab Dirra. Darren tersenyum dengan mata yang sayu, ia mengelus kepala Dirra dan membawanya ke dalam dada bidangnya.
"Tidurlah beberapa menit lagi Dirra," bisik Darren. Dirra mengangguk pelan. Dirra baru menyadari jika kini mereka berdua masih tidak tertutupi oleh sehelai kain pun. Baju semalam pun masih berserakan dimana mana.
Dirra menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Darren, ia mendusel nduselkan wajahnya, Darren menepuk punggung belakangnya perlahan lahan dengan lembut.
"Dirra laper?" Tanya Darren.
"Hm," jawabnya.
'Darren pake nanya, udah tau semalem mau makan ga jadi karena Darren!' Batin Dirra.
Darren meraih ponselnya yang berada di atas meja, kembali pada posisinya dan menghubungi pihak penginapan untuk segera menghantarkan makanan ke kamarnya.
"Tolong letakkan saja di luar nanti saya ambil," ucap Darren menyuruh pihak penginapan untuk membiarkan makanannya di letakkan di depan pintu saja.
"Baik tuan."
Darren menyimpan kembali ponselnya di atas meja dan memeluk Dirra dengan sangat erat. "Istri aku ini gemes banget sih ndusel ndusel terusss hm?" Ucap Darren. Dirra mendongak, menatap kedua mata Darren yang berwarna coklat dan sangat bersih.
Darren menyisir rambut Dirra dengan jari jarinya. "Istri aku cantik banget," ucap Darren.
"Terimakasih," jawab Dirra.
Darren memeluk Dirra dengan erat di atas ranjang, matanya melihat ke arah luar yang sudah sangat cerah, "jam berapa ini?"
"Delapan," jawab Dirra.
"Matahari udah terang tapi," ujar Darren.
"Heem."
Bel kamar berbunyi, "makanannya udah sampai," ucap Darren bangkit dari ranjang, membiarkan Dirra tetap berada di ranjang.
Darren berjalan tanpa menggunakan celana, ia memungut semua pakaiaan yang semalam dirinya lembar ke sembarang arah. Ia mengambil boxernya dan membuka pintu untuk membawa makanannya masuk.
Darren mendorong, makanannya ke dalam. Darren membuka lemari dan mengambilkan tanktop dan celana pendek, ia memberikannya kepada Dirra, "pakailah," ucapnya. Darren kembali memungut semua baju yang tergeletak di lantai dan memasukkannya ke dalam kamar mandi.
Darren menyalakan air di bathtup, dan meninggalkannya keluar untuk makan. Dirra selesai memakai bajunya, Darren duduk di atas ranjang tepat di sebelah Dirra. Dirra merangkul tangan Darren dan meletakkan kepalanya di sana. Darren mengambil semangkuk soup yang di sajikan di sana.
Darren meniupnya lebih dulu dan memberikannya ke Dirra.
"Enak?" Tanya Darren.
Dirra mengangguk, "lagi," ucap Darren menyodorkan sendoknya lagi.
Dirra membuka mulutnya, menerima sesendok soup yang Darren berikan.
Dirra menatap ke arah Darren tiba tiba saja, saat Darren tengah fokus meniup soup untuk suapan berikutnya.
Cup!
Dirra mengecup bibir Darren sekilas, membuat Darren tersenyum, "lagi," ucap Darren menyuruh Dirra untuk membuka mulutnya lagi.
Cup!
Darren mengecup bibir Dirra saat satu sendok soup berhasil masuk ke dalam mulut Dirra. Darren mengambil satu sandwich dan memakannya untuk dirinya sendiri, "masih laper?" Tanya Darren.
Dirra menggeleng, Darren kembali melanjutkan makannya, membiarkan Dirra menempel pada lengannya. Darren mengambil pil yang ada di dekat meja, "minum."
Dirra menggeleng.
"Untuk meredakan sakitnya," jelas Darren saat itu Dirra baru meraih pil yang ada di tangan Darren.
Darren bangkit dari ranjang, Dirra melepas tangannya dari lengan kekar Darren. Darren berjalan memasuki kamar mandi untuk menyiapkan semua perlengkapan mandi.
Darren kembali saat Dirra tengah meneguk obatnya. Darren berjalan ke arahnya dan Dirra langsung memeluk dirinya dan menyembunyikan wajahnya di perut Darren.
Darren membenarkan rambut Dirra yang acak acakan, "mau mandi hm?" Tanya Darren.
Dirra mengangguk, "ayo mandi," ucap Darren mengenggam satu tangan Dirra. Dirra keluar dari selimut untuk segera mandi, baru membuka sedikit kakinya, Dirra sudah meringis, "aws.." rintihnya sambil menundukkan kepala.
Darren sedikit khawatir, "obatnya belum bekerja," lirih Darren dengan sigap menggendong Dirra membawanya memasuki kamar mandi.
Darren menurunkan Dirra di dekat bathtup, "keluar," ucap Dirra.
Darren menghela nafas pelan, "ku kira akan mandi bersama," ucapnya.
"Keluar," ucap Dirra.
"Huft baiklah, jika sudah selesai panggil aku," ucap Darren.
Dirra hanya mengangguk, "benar tidak ingin mandi bersama? Just mandi," ucap Darren sebelum menutup pintu.
"Darrennn keluar!!!"
"Oke oke," ucap Darren menutup pintunya.
---
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Love
Romance⚠Follow sebelum membaca⚠ Warning: 21+ Kisah ini di mulai, saat seorang penulis biasa, yang identitas aslinya tak pernah di ungkap. Dengan sangat cepat dan secara tiba tiba, ia bisa membuat seorang pria yang sulit untuk jatuh cinta, bisa mencintainya...