[Irreplaceable Love 5]

5.3K 297 1
                                    

⚠Warning⚠

Dirra berjalan keluar unitnya, bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Seorang OB pria keluar dari sana, dengan cepat Dirra berjalan memasuki lift.

Shit!

Dirra tak sendiri di dalam lift. Saat ingin melangkah keluar, tangannya di tahan untuk tetap berada di lift, hingga pintu lift kembali tertutup, ia tak sempat melarikan diri lagi.

"Mau kemana kau nona? Setelah lusa lalu, kau menghilang tanpa bertanggung jawab," ucap Darren dengan senyum seringainya.

Dirra menepuk jidatnya, "om mending lepasin tangan saya dulu om, sakit," ucap Dirra sambil melepas tangannya yang di cengkram kuat oleh Darren yang tadi menahan Dirra untuk keluar lift.

Darren justru menarik Dirra mendekat ke arahnya. Wajah mereka saling bertemu. Bahkan Darren dapat merasakan tonjolan benda kenyal milik Dirra yang menempel di area tubuhnya. Dirra sendiri dapat merasakan, sebuah benda yang sudah mengeras di bawah sana.

'Shit! Payudara Dirra bikin junior gue bangun bangsat!' Batin Darren.

"Jangan pernah menyebut ku om! Sudah berapa kali ku bilang! Nona, umurku belum terlalu tua," ucap Darren.

"D-Dd-Dar--ren-," ucap Dirra terbata bata. Mata Darren terus menatap ke arahnya. Sedangkan Dirra sudah berusaha untuk tidak menatapnya dan mengalihkan pandangannya.

"Hm?" Bisik Darren di telinganya.

"Itu di bawah apa ya gede banget?" Ucap Dirra dapat merasakan benda milik Darren yang sudah terbangun sejak tadi di bawah sana dan sekarang bertambah besar.

'Shit Dirra!' Umpat Darren

"Jangan sok polos kau nona," ucap Darren.

"Dih! Emang Dirra gak tau!" Ucap Dirra melepaskan dirinya dari jeratan Darren.

Dirra melepas jaket yang ia kenakan, ia melingkarinya pada pinggang Darren untuk menutupi hal memalukan itu.

"Harusnya kau tidak menutupi, tapi bertanggung jawab menidurkannya kembali," jelas Darren menggoda Dirra.

"Darren bawel banget. Besok besok jangan ketemu Dirra lagi ya, Dirra capek di omelin mamah terus," ucap Dirra selesai mengikat jaketnya di pinggang Darren.

"Kenapa di omelin?" Tanya Darren.

"Darren gak akan ngerti, udah intinya kalo ketemu Dirra anggap aja kita gak kenal, jangan nambah masalah Dirra."

"Tidak bisa Dirra," ucap Darren yang masih bingung mengapa ia tak boleh dekat dengan Dirra.

Pintu lift terbuka, Dirra berjalan lebih dulu. Namun Darren dengan cepat mengimbangi langkahnya. Mobil Darren telah siap di depan sana. Dirra berusaha melangkahkan kakinya lebih cepat agar tidak bersamaan dengan langkah Darren.

Namun Darren selalu saja menyamakan langkah mereka. Darren bahkan menarik Dirra ke depan mobilnya, dan mengunci Dirra dengan kedua tangannya, Dirra memalingkan wajahnya. "Mau saya antar nona?" Tanya Darren.

"DIRRA!" Teriak seseorang yang baru saja keluar dari mobil.

Dirra lantas menolehkan pandangannya begitupun dengan Darren. "Mamah?" Ucap Dirra.

Darren menatap, ke arah mamah Dirra yang berjalan menghampirinya.

Plak!

"Tante!" Ucap Darren tak terima.

"Apa kamu!" Ucap mamah Dirra.

Dirra menahan air matanya untuk tidak turun, semua orang kini memandanginya. Mamah Dirra menarik Dirra untuk membawanya pergi ke sebuah tempat untuk membicarakan semuanya. Namun Darren menolak.

"Dirra biar sama saya, tante jalan di depan aja, nanti saya ikuti dari belakang."

"Awas sampe kamu bohong!" Ucap mamah Dirra.

Darren membawa masuk Dirra dalam mobilnya. Dirra menghapus air matanya yang tiba tiba saja lolos membasahi pipi.

Darren melajukan mobilnya mengikuti mobil yang kini ada di depannya.

"Kenapa kamu bisa di tampar?" Tanya Darren.

"Om liat sendiri kenapa harus nanya, kalo aja om gak narik Dirra, Dirra gak akan kena masalah lagi om!" Ucap Dirra.

"Memangnya kenapa?" Tanya Darren.

"Nanti om akan tau," ucap Dirra.

---

"Tuan Daffin?" Panggil Darren saat melihat Daffin datang.

"Darren?" Sahut Daffin.

"Papah kenal sama anak ini?" Tanya mamah Dirra.

Dirra meneteskan air matanya, sebab dari tadi mamahnya terus memberinya pelajaran. Hingga pipinya kini sangat merah sebab tamparan yang di berikan oleh mamah Dirra.

Daffin mengangguk, ia mengenal Darren. Begitupun sebaliknya. "Dirra anak om?" Tanya Darren saat menjabat tangan Daffin. Daffin memberi anggukan.

"Kamu udah apakan anak saya Darren?" Tanya Daffin to the point.

"Saya tidak melakukan apapun om, Dirra menjaga dirinya dengan baik," jelas Darren.

"Kejadian di mall? Apa benar karena dia bertanggung jawab karena sudah menabrak mu Dirra?" Tanya mamahnya.

Dirra mengangguk. "Lalu tadi apa?"

"Dirra, kamu tunggu di mobil dulu, biar nanti saya ambilkan obat untukmu," ucap Darren. Dirra mengangguk, setidaknya ia bisa lepas dari mamahnya.

Daffin membiarkan Dirra, hingga menyuruh mamah Dirra untuk membiarkannya juga.

"Maaf sebelumnya, saya hanya berusaha menggoda Dirra, dia sudah menolak berkali kali, namun membuat saya semakin penasaran, jadi saya terus menggodanya. Sepertinya saya menyukai Dirra," jelas Darren.

"Kamu tahu bukan Darren? Bahwa keluarga saya adalah keluarga yang terhormat," ucap Daffin.

Darren mengangguk, "maka dari itu saya tau batasan saya om, Dirra anak yang baik, dia bukan gadis nakal, dia bahkan sangat pandai memilih tindakan saat sedang dalam keadaan bahaya," ucap Darren mengingat jelas bahwa Dirra pernah menendangnya.

"Jangan pernah menyentuh Dirra, Darren," ucap mamah Dirra.

"Iya tante, saya akan menjaga wanita yang saya cintai," kata Darren.

"Jangan pernah melakukan tindakan di luar batas Darren," ucap Daffin.

"Bolehkah saya menikahkan Dirra?" Ucap Darren.

---
Terimakasih sudah membaca🖤✨

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang