[Irreplaceable Love 48]

673 37 2
                                    

Sebuah tangan kekar berada di atas perut Dirra. Dirra menoleh ke sebelah kanannya. Sudah lama sekali Dirra tidak melihat Darren ketika tertidur. Dari raut wajahnya terlihat jelas, Darren sangatlah lelah. Dirra bangkit dari ranjang dan mengambil ponselnya yang masih tertinggal dengan keadaan kamera menyala.

Dirra kembali ke unitnya, setelah meninggalkan obat pereda mabuk di meja sebelah ranjang, dengan segelas air dan notes "minum aku". Dirra juga meninggalkan sarapannya di meja, agar Darren bisa menyantapnya untuk mengawali hari.

Dirra keluar unit Darren, Polan sudah ada di depan unitnya. "Kau tak apa nona?" Tanya Polan melihat Dirra yang terlihat pucat. Dirra menggelengkan kepalanya. Menjawab jika ia tak apa-apa.

Dirra memasuki unitnya, ia menyuruh Polan untuk kembali saja sebab hari ini ia takkan pergi kemanapun.

"Polan, jangan beritahu jika aku berada disini kepada siapapun." Polan mengangguk. Ia meninggalkan Dirra untuk beristirahat dan meninggalkan makan siang untuknya juga.

Dirra memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dirra memejamkan matanya, tubuhnya sanga lemas.

Disisi lain, Darren sibuk menghubungi penjaga Dirra, dan mereka mengatakan jika Dirra tak ada di mansion sejak beberapa hari lalu. Orang utusan Darren mengatakan jika Dirra izin untuk tinggal di rumah orang tuanya, yang Darren tau jika itu mustahil. Telpon Dirra berdering, namun tak di angkat olehnya.

Malam tiba, Polan kembali ke unit Dirra untuk mengecek keadaannya. Polan melihat Dirra masih menggunakan baju yang sama. Polan mengcek suhu tubuh Dirra dengan meletakkan telapak tangannya di dahi Dirra. Demam. Polan melihat sarapan dan makan siang yang belum Dirra makan. Polan takut jika ini akan berakibat fatal jika Darren mengetahuinya.

Polan dengan cepat keluar dan mengetuk pintu unit Darren. Pintu terbuka, "Polan?" Tanya Darren.

Polan tertunduk, "maaf tuan, Ny. Dirra," ucap Polan.

"Dimana Dirraaaa," tanya Darren dengan rasa khawatir.

Polan memberikan kartu akses unit Dirra, Darren terkejut saat nomor kamar yang tertera di kartu adalah kamar di sebelahnya. Dengan cepat Darren berlari dan memasuki kamar Dirra, di ikuti dengan langkah Polan. Darren terkejut saat melihat Dirra terbaring di ranjang, Darren langsung menghubungi dokter.

"Ny. Dirra kesini saat kondisinya belum pulih," jelas Polan secara singkat.

"Tunggu di tempat mu, sampai kondisi membaik, aku akan berbicara dengan mu."

Polan mengangguk, ia langsung pergi meninggalkan Darren dan Dirra. Darren mengelud rambut Dirra. Ia menggantikan baju Dirra yang semula memakai dress kini, berganti dengan pakaian yang suka Dirra pakai.

Dokter datang dan mengecek kondisi Dirra. Dirra menggenggam tangan Darren erat saat dokter melakukan pemeriksaan. "Kondisi tubuhnya melebah, Ny. butuh waktu lebih banyak untuk istirahat dan mengkonsumsi vitamin."

Dirra mendusel di tangan kekar Darren, dokter memberikan beberapa obat yang harus Dirra konsumsi. Dokter keluar. "Kau sudah bangun istri kecil ku?" Tanya Darren. Dirra mengangguk pelan, "bagaimana kau tau aku disini?" Tanya Dirra dengan lemas.

"Polan memberitahu ku karena mengkhawatirkan kondisimu gadis kecil," ucap Darren.

"Dasar Polan," gumam Dirra.

"Sudah, sekarang makan lalu minum obat dan istirahat," jelas Darren.

Dirra menggeleng, "aku hanya ingin kamu disini," ucap Dirra menyuruh Darren untuk berbaring di sebelahnya. Darren mengusap kepala Dirra dengan lembut, "tapi kau harus minum obat nona, kasihan Darren kecil ku di dalam perut mu, juga kau tidak meminum obat mu."

Dirra menghela nafas, "baiklah."

Darren segera mengambil obat dan juga air mineral, melihat Dirra menelan obatnya dengan baik. Darren menaiki ranjang dan mengelus perut Dirra, "mommy mu sangat penurut jagoan," bisik Darren membuat Dirra terkekeh saat mendengarnya.

"Uhm Darren, bagaimana dengan rekan kerja mu itu?" Tanya Dirra merasa bersalah karena telah mengacau.

"Biar itu menjadi urusan ku," ucap Darren menatap Dirra dengan tulusnya.

"Maaf jika aku menggagalkan usaha mu," ucapnya sambil menunduk.

"Tak apa nona, aku suka apa yang kamu lakukan semalam," ucap Darren.

"Ck, aku benci jika mengingat wajahnya."

"Shutss sudahlah, lupakan, kau butuh istirahat. Biar ku beri pelukan hangat untuk mu dan jagoan ku." Darren menutupi tubuh Dirra dengan selimut. Membawanya dalam dekapannya.

---

Beberapa hari berlalu, berita tersebar dengan sangat cepat karena kecanggihan internet. Namun Darren membuat acara konferensi untuk meluruskan semuanya. Saham yang ada dalam perusahaan Darren juga menurun dengan sangat drastis hanya karena berita yang disebarkan oleh Amoura.

Acara berlangsung, di hadiri oleh Dirra yang di jaga dengan baik oleh Polan. Semua kamera menuju kenarah Darren. Para wartawan mencatat semua yang Darren katakan. Darren memperkuat semuanya dengan bukti bukti yang ada.

Belum selesai acara, Polan mendapat kabar dari pusat perusahaan jika saham kembali normal bahkan naik secara drastis.

"Saham kembali normal nona," bisik Polan membuat Dirra tersenyum.

"Syukurlah," Dirra tersenyum dengan bangga ke arah Darren.

Acara selesai, sambil menunggu Darren, Dirra memilih untuk membuka sosial media. Namun sial, Darren datang lebih cepat dari dugaannya, memeluknya dari belakang, "letakkan ponsel mu saat sedang bersama ku nona."

Dirra memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil miliknya, "urusan pekerjaan sudah selesai, sekarang giliran ku untuk bersenang-senang."

Dirra menatap bingung, tatapan Darren berbeda dari biasanya.

---
To be continued

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang