[Irreplaceable Love 42]

1.4K 100 2
                                    

Sejak berita kehamilan Dirra saat itu, Darren selalu pulang lebih awal dari biasanya, dan mengurangi bekerja di rumah. Ia menyerahkan segalanya ke sekertarisnya, ia berusaha menyelesaikan semuanya saat berada di kantor. Hingga saat tiba di rumah, ia hanya tinggal meluangkan waktunya untuk Dirra dan Darren junior di perut Dirra.

Darren sedang sibuk mencuci piring di dapur saat ini, sedangkan Dirra sedang memberi makan Dazzy. Darren melihat Dirra dengan senyum, melihat istri kecilnya tengah bermain dengan Dazzy di sana. Sebuah panggilan telpon masuk, Dirra langsung berdiri dan menghampiri meja dimana ponsel di letakkan. Dirra melihat sebuah nama pria tertera di sana, "siapa Dirra?" Tanya Darren mematikan kran air dan mengeringi tangannya dengan cepat. 

Ia berjalan ke arah Dirra, "ga kenal, pria, teman mu?" Tanya Dirra sambil menyodorkan ponsel milik Darren. 

"Tangan kananku," ucap Darren mengangkat telponnya. Dirra mengangguk, membiarkan Darren mencari ruang untuk berbicara mengenai pekerjaanya mungkin saja.

Dirra menyalakan televisi, dengan posisi duduk yang pas, ia menyetel serial animasi yang lucu, cocok di tonton oleh keluarga saat hari libur, di temani snack. Ia bahkan tertawa sangat renyah, dengan tangannya yang menggenggam snack. Darre berjalan menghampirinya setelah selesai dengan urusannya, duduk di samping Dirra sambil merangkul bahunya, "kau tak bosan di rumah saja?" Tanya Darren. 

"Dirra lagi ga mau keluar rumah," ucapnya.

"Uhm baiklah," ujar Darren. 

"Urusan pekerjaan mu?" Tanya Dirra membahas soal panggilan telpon yang tadi. 

"Iya, ada beberapa masalah sedikit," ucapnya. 

Dirra mengangguk pelan, Darren menyingkirkan snack yang Dirra pegang, dan meletakkan kepalanya di paha Dirra, ia merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. 

Dirra tak berkutik, ia justru menyisir rambut Darren yang sangat tebal dan berwarna hitam. Tiba tiba saja Darren mengubah posisinya dengan wajah yang menghadap ke arah perut Dirra, "Darren," lirihnya, Darren mengusap pelan perut Dirra, kemudian menciumnya, "apakah dia laki laki?" Tanya Darren. 

"Entah Dirra tak tau, kita belum bisa melakukan usg Darren," ucap Dirra. 

"Iya aku tau, hanya saja aku berharap dia perempuan," ujarnya. 

Dirra menatapnya bingung, "kenapa tidak laki laki?" 

"Aku hanya tak ingin membagi mu untuk laki laki lain Dirra," jelas Darren. 

"Ahahaha, kalau begitu Dirra tak ingin perempuan."

"Kenapa? Dia akan cantik seperti mu sayang."

"Dirra tak ingin berbagi Darren untuk princes baru nanti," jelasnya membalikkan kalimat Darren. 

"Ahahahahha."

---

Hari demi hari terlewati, Darren semakin manja, jauh lebih manja dari sebelumnya. Seperti sekarang, Darren merajuk untuk tidak mau masuk kerja, mengekori Dirra kemanapun Dirra pergi. 

"Darren, jangan terlalu dekat, kau mengikutiku sejak pagi," ucap Dirra yang kesal diikuti terus menerus. Darren memanyunkan bibirnya dan duduk di kursi dapur, melihat Dirra menuangkan susu ibu hamilnya. 

"Ke kantor Darren, sekertarismu selalu menghubungi mu dari pagi," ucap Dirra yang melihat ponsel Darren terus menyala karena panggilan telpon yang masuk, "aku tak mau Dirra. 

"Kerja Darren, anakmu butuh susu nanti," jelas Dirra. 

"Hartaku masih banyak Dirra, tak usah khawatir, jadi tak usah paksa aku untuk bekerja hari ini, aku ingin di rumah bersama mu."

Dirra menghela nafas saat tangan kekar Darren memeluknya dari belakang, "tarserah."

Kini mereka duduk bersama di depan televisi yang menayangkan sebuah film lama yang romantis. Ditemani dengan ice cream dan juga salad buah. Darren menghentikan semua snack, karena kehamilan Dirra yang sudah menginjak dua bulan. Sejak menginjak kehamilan dua bulan ini, Darren berubah sikap menjadi sangat manja, pulang saat jam makan siang dan tak kembali lagi ke kantor. 

Dirra tak tau mengapa itu terjadi, Darren menjadi nempel sekali dengannya seperti perangko. Beruntung karena Dirra tak merasa mual selama kehamilan ini, walaupun beberapa kali Darren merasakannya. Dirra lupa untuk menanyakan kondisi Darren kepada dokter kandungannya, Dirra kan tak tau apakah itu hal wajar, atau justru tak baik. 

"Aku ingin jus!" Ucap Darren tiba tiba, Dirra menoleh kesebelahnya. 

Darren menarik tangan Dirra dan membawanya keluar dari apartement, "kemana Darren?" Tanya Dirra saat Darren menyalakan mobilnya. 

"Mencari sesuai sekaligus jus," ucapnya melajukan kendaraanya. 

"Kau seperti orang ngidam Darren," ujar Dirra. 

"Benarkah?"

"Iya, beberapa hari terakhir kau selalu saja meminta yang aneh aneh dan dadakan, dan harus kau dapati."

Darren membuang bahunya acuh, "aku hanya merasa ingin sekali mencobanya, seperti itu."

"Iya lalu paginya kau akan mual," lanjut Dirra. 

"Ayolah Dirra, kau terus memarahkan ku sejak tadi, aku tak suka," ucapnya. 

"Aku tak marah, hanya saja, ini sudah malam Darren."

"Aku tak mau tau, kita harus mendapatkan jusnya kemudian pulang."

---
T

o be continued

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang