[Irreplaceable Love 43]

1.3K 88 3
                                    

Makan malam hening, tak ada suara apapun kecuali suara hujan yang sangat deras yang terjadi sejak siang. Namun tiba saat detik terakhir Darren membuka suaranya, "aku akan melakukan perjalanan bisnis," ucapnya sembari menyudahi makannya. 

Diikuti oleh Dirra yang menenguk air untuk sentuhan terakhir, "apakah itu penting bagimu?" Tanya Dirra. 

"Iya, projek kerjasamanya sangat bagus," lanjut Darren. 

Dirra mengangguk, sambil bolak balik membereskan meja makan, Dirra menyalakan kran air karena hendak mencuci piring, " tapi akan lama Dirra," ucapnya. 

"Berapa lama?"

"Empat bulan," ucapnya. 

Dirra membatu seketika, Darren tau ini tak akan boleh oleh Dirra, namun Darren tetap berusaha untuk izin dengannya, dengan tarikan nafas panjang, Dirra membalikkan tubuhnya, di tambah senyumnya, "iya boleh."

"Really?" 

"Ya, Darren."

"Empat bulan Dirra," tegasnya lagi. 

"Kata mu itu penting untuk mu, maka lakukanlah jika itu memang baik." 

Darren menghampirinya, dan memberinya pelukan. Dirra menahan isak tangisnya, berusaha agar air matanya tak jatuh. Walau bagaimana pun, Dirra ingin selalu ada Darren di masa masa kehamilan anak pertamanya ini, tapi apa boleh buat, jika memang itu projek yang sangat bagus untuk Darren, Dirra tak apa, semoga saja tak apa. 

"Kapan Darren berangkat?" Tanyanya saat pelukan mereka berakhir, "besok pagi, supir akan menjemputku," ucapnya. 

"Secepat itu?" 

"Rencananya sudah sangat lama, namun aku tak berani untuk memberitahu mu, dan ku pikir bisa di wakili oleh tangan kanan ku, rupanya tak bisa, harus aku yang melakukannya sendiri," jelasnya. 

"Uhm, baiklah, it's okay, istirahatlah di kamar, selesai mencuci piring, Dirra akan menyiapkan semua baju Darren," ucapnya. Darren mencium kening Dirra, "aku akan membantumu packing."

Dirra tersenyum saat langkah Darren perlahan menghilang dari hadapannya. Dirra menghela nafas sembari menundukkan kepalanya, akhir akhir ini Darren memang mendadak sangat sibuk, berbeda dari biasanya. Lebih sering menerima telpon dibanding biasanya. Lebih sering di temani oleh beberapa kertas yang selalu ia baca berulang kali.

---

"Hati hati ya, kalo udah sampe kabarin," ucap Dirra.

Darren mengelus punggung Dirra, mencium keningnya, "iya pasti aku kabarin kalau udah turun dari pesawat."

Darren merendahkan tubuhnya sejajar dengan perut Dirra, mengelus pelan, "hai princess, jaga bunda baik baik ya, papah kerja dulu buat kamu okai," ucapnya kemudian mencium perut Dirra.

Dirra tersenyum dengan tegar, Darren memasuki lift bersama dengan barang bawaanya yang sudah di siapkan semalam.

Dirra berjalan kembali ke kamar. Sampainya di kamar, rasanya kosong, belum ada beberapa menit dari kepergian Darren, Dirra merasakan suasana yang berbeda, tak seperti pagi di aat Darren hanya berangkat kerja ke kantor, yang kali ini berbeda, sekali.

Dirra terduduk di ranjang besar yang kini nantinya hanya akan di tiduri oleh dirinya sendiri. Tak ada lagi pelukan hangat yang ia rasakan saat tidur. Waktu empat bulan bukanlah waktu yang sebentar, untuk Dirra yang tengah mengandung anak pertama mereka.

Sebuah pesan masuk pada ponselnya, Dirra yang tengah mengelus ngelus perutnya, akhirnya meraih ponsel yang tergeletak di meja. Sebuah pesan dari nomor tak di kenal meninggalkan sebuah kalimat.

xxxxx7869
Hai nyonya Dirra
Apa kau pikir semua rekan kerjanya adalah pria?
Anda salah, pemimpin grup yang akan menjadi
partner adalah amoura's group. Hati hati, kau akan kehilangan suami mu, kasian anakmu jika harus lahir tanpa ayah

"Dirra yakin, pasti hanya orang iseng," ucapnya menutup ponselnya dan tak membalas pesannya. Dirra memilih untuk menghirup udara segar, di balkon kamarnya.

"Siapa orang iseng yang mengirim pesan seperti itu?" Gumamnya sambil memandang keluar, langit hari ini cukup cerah, tak ada tanda tanda akan turun hujan.

Ah iya, Darren menyewa satu pembantu untuk tinggal di rumah selama dirinya tak ada, untuk menjaga Dirra, dan mengurus rumah, juga satu supir dan satu pengawal untuk berjaga jaga karena Darren tak bisa melindunginya.

Dirra melamun sembari menatap langit yang cerah, ia mengelus perutnya, "lihatlah nak, dunia sangat cerah hari ini, jika kau sudah lahir, bunda tak akan merasa sendiri saat ini, aahhahha sudahlah."

"Ku harap kau adalah laki-laki, agar sama seperti papahmu." Dirra tersenyum membayangkan betapa indahnya nanti keluarga yang ia bangun bersama dengan Darren. Dirra ingin mempunyai anak sepasang, namun Dirra ingin laki laki, berbanding terbalik dengan Darren yang menginginkan perempuan.

Dirra akan pastikan anaknya kelak tak akan menjadi seperti dirinya yang selalu kesepian dan tidak mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya. Walaupun Dirra belum siap untuk menjadi bunda, tapi Dirra pastikan ia tak ingin gagal menjadi orang tua.

---
To be continued
Udah follow belum? Ayo follow, maksa nih author😡

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang