[Irreplaceable Love 30]

2.2K 130 0
                                    

"Darren, bangun," ucap Dirra menepuk punggung Darren untuk segera bangun.

"Ergh, nanti Dirra, lima menit lagi," tawar Darren sembari mengubah posisi tidurnya.

Dirra menghela nafas sejenak dan memutar bola matanya, "Darren, itu ada tante Dayyana," ucap Dirra.

Darren membulatkan matanya, "hah?" Ucap Darren bangkit dari ranjang dan segera keluar dengan membawa kaos, memakainya sambil berjalan keluar kamar.

Dirra mengelus dadanya pelan, "tadi di bangunin aja susah, giliran di kasih tau ada siapa langsung bangun, herannn," ucap Dirra kemudian melangkah pergi menghampiri Darren.

"Morning tante," sapa Darren. Dayyana menoleh ke belakang, melihat Darren datang menyapanya.

"Darren, kamu ga kerja?" Tanya Dayyana sambil menggendong anaknya yang baru genap berumur satu setengah tahun.

"Nanti siang, meeting doang itu juga, ada apa tan?" Tanya Darren.

"Ini, tante ada urusan dadakan, om Darman lagi di luar negeri, tante bener bener ga bisa bawa Dasha, jadi tante mau nitipin sama kamu," jelas Dasha.

Dirra membulatkan mata saat mendengar penjelasan Dayyana, "bolehhh," ucap Dirra dengan senang. Membuat Darren terkejut mendengar suara Dirra yang berteriak di sampingnya. Dirra langsung menghampiri Dasha dan membawanya dalam gendongannya.

Dasha tertawa renyah saat Dirra menggendongnya, Dayyana menatapnya dengan tulus.

"Dirra," ucap Darren.

Dirra menoleh ke arah Darren yang kini menatapnya, "boleh ya Darren," pinta Dirra agar Darren membolehkan Dasha untuk disini.

"Berapa lama tan?" Tanya Darren.

"Nanti malem tante udah pulang kok Darren," ucapnya.

"Boleh ya? Plissseess," ucapnya penuh pengharapan. Darren tak bisa jika Dirra sudah memohon, ia menghela nafas dan menganggukinya, "yeay!"

"Yasudah tante hampir terlambat, tante titip ya. Dasha jangan nakal okay? Nanti malem mamah jemput, jangan repotin om sama tante Dirra ya sayang," ucap Dayyana berbicara dengan putri kecilnya dalam gendongan Dirra.

"Oce mamah," ucap Dasha yang masih belum lancar berbicara.

"Tante pergi dulu ya Darren, Dirra," pamitnya.

"Hati hati," ucap keduanya.

"Dadah mamah," ucap Dasha sambil melambaikan tangan ke arah lift yang perlahan tertutup.

Dirra tersenyum, ia mendekatkan hidungnya dengan hidung Dasha dan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri dengan cepat. Membuat Dasha tertawa seketika. Darren menatapnya sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa?" Tanya Dirra kepadanya.

"Kau mengabaikan ku hanya karena Dasha? Ck," ucap Darren.

"Lihat lah om mu, dia iri dengan mu Dasha," ucap Dirra kepada Dasha.

"hihi om dallen iri dengan anak kecill huu," sorak Dasha.

Darren mendekat ke arahnya keduanya, ia mencolek pipi cubby Dasha, "kau berani meledek om mu ini hm?" Ucap Darren membuat Dasha memalingkan wajahnya kepada Dirra disertai kekehannya.

"Udah, sana Darren mandi, habis itu ke kantor," titah Dirra.

Darren mengangguk dan mengikuti perintah Dirra. Dirra membawa Dasha ke kamar, menemaninya untuk menyiapkan segala perlengkapan Darren untuk bekerja.

Untung sebab Dirra sudah menyiapkan sarapan sebelum Dasha datang, jadi Dirra tak perlu repot repot untuk memasak sambil menjaga Dasha.

---

"Dasha mau ice cream?" Tanya Dirra di depan kulkas yang berisi ice cream dengan berbagai varian rasa.

Dasha mengangguk. Dirra sengaja mengajak Dasha untuk berjalan jalan keluar, tak sengaja Dirra menepi di minimarket untuk membeli kepentingan untuk tamu bulanannya. Melihat lemari berisi ice cream, membuat Dirra mengingat jika banyak anak kecil menyukainya.

"Mau rasa apa?" Tanya Dirra.

Langit semakin gelap, angin sedikit kencang, rasanya akan turun hujan, padahal jam di pergelangan tangan Dirra menunjukkan pukul 7.30 Pm. Sebentar lagi Darren akan kembali ke apartement.

"Stobeli," ucap Dasha menunjuk satu cup ice cream dengan kemasan berwarna pink.

Dirra meraihnya, ia tak hanya mengambil satu, ia bahkan mengambil lebih banyak untuk stok di kulkasnya. Dirra berjalan ke arah kasir yang antriannya kini cukup panjang. Hujan tiba tiba saja turun dengan sangat deras.

"Yah hujannn," ucap Dirra menatap ke arah luar.

Dering ponselnya berbunyi, namun tak sempat untuk Dirra angkat sebab kasir sedang memproses belanjanya. Dirra menyerahkan sejumlah uang kepada kasir. Ia segera menepi dengan menggenggam sekantong belanjaan dan Dasha yang masih dalam gendongannya. Hujan semakin lebat.

Dering ponselnya kembali berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Darren.

"Hallo."

"Dimana kamu Dirra."

"Dirra di aaaaaaaa,"

Panggilan terputus. Batrei ponsel Dirra habis, ia lupa untuk mengisi batreinya tadi siang. Dirra bahkan berteriakk bersama dengan Dasha. Petir baru saja berbunyi sangat kencang, membuat Dasha ketakutan dan menangis.

"Tenanglah Dasha, om Darren akan segera datang, di luar masih hujan," ucap Dirra mengelus rambut Dasha agar tak takut lagi.

"Dirra dimana kamu? Shitttt telponnya mati," gerutu Darren saat panggilannya terputus begitu saja.

"Astaga gadis itu, kemana dia pergi saat hujan seperti ini?" Ucap Darren dengan cepat mengambil jaket dan meraih kunci mobil yang ada di meja.

Darren baru saja kembali dari kantor, dan tak menemukan Dirra juga Dasha di unitnya. Jelas sudah Darren panik, sebab pesannya saat siang bahkan tak Dirra balas ataupun baca. Dirra juga tak meminta izin jika dirinya akan keluar dengam Dasha.

Darren menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh menerobos hujan.

"Argh, dimana kau Dirra!" Kesal Darren sambil memukul kemudinya.

Mata Darren tertuju pada sebuah minimarket yang ramai orang di sana. Ia melihat pakaian yang Dasha pakai tadi pagi. Darren memarkirkan mobilnya dan dengan cepat memasuki minimarket.

Ia melihat keberadaan Dirra yang tengah memeluk Dasha dengan penuh perlindungan. Darren mendekat dan memeluk keduanya, "om dallen," lirih Dasha. Dirra sudah takut sebab petir terus terusan menyambar secara bersautan.

Darren mengecup kening Dirra dan mengelus rambutnya untuk memberikan perlindungan dan rasa aman.

"Ayo kita pulang," ucap Darren membawa Dirra dan Dasha masuk ke dalam mobilnya. Untunglah sebab Darren menjemputnya dengan mobil. Karena hujan tak kunjung reda hingga larut malam.

---
To be continued

Irreplaceable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang