-HAPPY READING-
Suasana hati Nafika membaik begitu ia memasuki kelas. Alasannya sederhana, ia bisa menatap Saga sepanjang jam pelajaran. Bagi Nafika, menatap Saga adalah cara terbaik untuk memperbaiki mood-nya.
Namun, kegembiraan itu tak bertahan lama. Kesenangan tersebut sirna ketika guru Fisika, Bu Shinta, memanggil Saga dan Karin.
Pandangan Nafika terpusat pada Bu Shinta yang sedang berbicara dengan Bu Ara, guru yang sedang mengajar saat itu.
"Begini, Bu. Mereka berdua dipanggil oleh Kepala Sekolah," jelas Bu Shinta ketika Bu Ara bertanya.
Bu Ara mengangguk mengerti, lalu menoleh ke arah Saga dan Karin. "Kalian segera ke kantor."
Saga dan Karin tersenyum dan mengangguk, lalu meninggalkan kelas.
Nafika membuka mulutnya lebar-lebar. "Astaga, mereka kenapa? Kok ke kantor? Jangan-jangan kena skandal?"
Anna langsung memukul kepala Nafika dengan buku paket. "Otak lo ini isinya emang aneh!" geram Anna, kesal.
"Duuh! Anna, ini tuh tentang masa depan gue! Kalau Saga sampai nikah sama orang lain, gue ga bakal nikah!" sembur Nafika ketus, memalingkan wajah karena kesal disebut aneh.
Anna memijat dahinya, lalu menjewer telinga Nafika. "Dengerin, ya! Omongan itu adalah doa. Lo beneran mau sampe tua ga nikah cuma karena gagal jadi jodohnya Saga?"
"Iyalah! Kalau bukan sama Saga, gue ga akan sama siapa pun!" Nafika menjawab tegas, melemparkan tatapan meledek pada Anna.
Sudah jelas, Nafika tidak pernah membayangkan dirinya menikah dengan orang lain. Cintanya pada Saga sudah bulat dan tak terbantahkan.
"Lo tuh emang manusia paling stres yang pernah gue temui," jawab Anna sambil meletakkan bukunya dengan kasar di meja.
Dia kembali fokus pada materi, mengabaikan celotehan Nafika yang tak masuk akal. Mendengarkan Nafika hanya akan menaikkan tekanan darahnya, pikir Anna.
Selama jam pelajaran berlangsung, Nafika berkali-kali menguap. Hilangnya Saga dari pandangan benar-benar membuatnya tidak fokus.
Ia mulai bertingkah seperti orang yang kebosanan, menjahili Anna, melempar kertas ke arah Rega, hingga duduk diam di lantai tanpa sebab. Anna harus benar-benar menguji kesabarannya menghadapi Nafika.
Begitu bel istirahat berbunyi, Nafika langsung bergegas keluar kelas. Dia tidak bisa tenang selama Saga menghilang dari pandangannya. Nafika bahkan mengabaikan teriakan Anna yang memanggilnya. Toh, Anna hanya akan mengomel soal Saga, dan Nafika sudah tidak peduli lagi.
Dia berlari kecil menelusuri koridor, tersenyum setiap kali ada yang menyapanya. Jika ada yang berpikir Nafika tidak laku karena terlalu terobsesi dengan Saga, mereka jelas salah besar.
Nafika adalah salah satu cewek populer di sekolahnya, diminati banyak cowok. Namun sayang, cintanya buta. Nafika hanya melihat Saga, dan tidak ada orang lain yang bisa menyaingi posisi itu di hatinya.
Saat sampai di depan kantor Kepala Sekolah, Nafika melihat Karin yang baru saja keluar. Nafika hendak memanggilnya, tapi tiba-tiba tubuhnya ditarik seseorang. Nafika terhuyung, jatuh dengan mulus ke dada seseorang. Saat dia mendongak, Nafika tertegun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Nafika Badbaby Sist!
Teen Fiction"Saga, I LOVE YOU!!!" "Lu adek gua, Fika!" "Adek-adek'an gue, mah." *** Bagaimana reaksimu ketika orang yang kamu cintai sejak kecil, tiba-tiba menjadi saudara angkatmu? Move on, atau kamu justru semakin gencar menggodanya? Bagi Nafika, menjadi saud...