45. Aku tak mau lupa lagi

509 53 3
                                    

-HAPPY READING-

Nafika langsung panik dan menarik tangannya menjauh dari Reo. Dia menutup kedua wajahnya dengan tangan karena salah tingkah, berusaha menyembunyikan wajahnya yang semakin memerah.

"Reo!!!" Nafika merengek, suaranya terdengar panik dan malu. Tatapan teduh Reo membuatnya merasa hanyut terlalu dalam, dan itu membuatnya semakin gugup.

Jantungnya berdegup kencang, seakan-akan bisa terdengar oleh siapa pun yang ada di dekatnya. Nafika merasa seluruh tubuhnya bergetar, dan dia mencoba mengatur napasnya yang tiba-tiba menjadi tidak beraturan.

Sambil menutup wajahnya, dia  bertanya pelan, "Ini bukan confess, 'kan?"

Reo menggodanya dengan senyum nakal. "Kurang jelas apa lagi pengakuan gua?"

Dia dengan sengaja menarik kedua tangan Nafika yang menutupi wajahnya, lalu tertawa geli. "Muka lo mirip kepiting rebus, jelek."

Mendengar itu, wajah Nafika berubah menjadi kesal. Dia menatap Reo dengan sinis, marah sekaligus malu. "Kenapa lo selalu bilang gue jelek?! Enak ya, kalo ganteng jadi bebas ngatain orang!"

Nafika langsung berdiri dengan wajah merajuk. Bisa-bisanya Reo yang baru saja mengungkapkan perasaannya, malah mengatainya jelek? Apa pengakuan cowok tadi hanya kebohongan? Selama ini Nafika tidak pernah dipuji cantik oleh Reo.

Nafika berjalan dengan langkah cepat, meninggalkan Reo di belakangnya. Rasa malu dan marah bercampur aduk di dalam hatinya. Reo yang melihat Nafika pergi, hanya bisa memandangnya dengan ekspresi bingung dan khawatir.

"Fii, tunggu!" seru Reo, namun Nafika tetap melangkah menjauh.

Nafika berhenti sejenak, lalu berbalik dan menatap Reo dengan tatapan tajam. "Gue sejelek itu emangnya?" tanyanya dengan suara gemetar, mencoba menahan air mata.

"Gua cuma bercanda," gumam Reo, suaranya nyaris tak terdengar.

"Kalo begitu gue cantik?" Nafika bertanya sambil melangkah mendekat pada Reo, matanya terlihat penasaran.

Reo tergagap, wajahnya memerah. "Y-ya, lumayan," balasnya dengan kikuk, memalingkan wajahnya yang kini terdapat semburat merah.

Nafika bertanya, sedikit menuntut jawaban. "Jadi lo suka sama gue karena gue cantik?"

Reo terdiam sejenak, matanya membesar karena pertanyaan itu. "Ah?"

Nafika, yang kini lebih dekat, menatap mata Reo dengan rasa malu yang masih tersisa. "Gue cuma penasaran, kenapa lo suka gue?"

Reo menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, mencari kata-kata yang tepat. "Itu ... gua juga gak tau kenapa," jawabnya akhirnya, berusaha terdengar santai.

Dalam hati, Reo merasakan gengsi di dalam dirinya memberontak. Dia ingin mengakui perasaannya dengan jujur, namun egonya menahannya.

Reo menunduk sedikit, merasa canggung. "Kadang ada aja yang bikin gua gak bisa berhenti mikirin lo. Entah senyuman lo, cara lo bicara, atau bahkan saat lo lagi marah."

"Lo selalu cantik di mata gua," lanjutnya. Suaranya pelan, nyaris berbisik, namun Nafika dapat mendengarnya dengan jelas.

Lagi-lagi wajah Nafika terasa panas. Dia sedang salah tingkah? Tapi kenapa rasanya berbeda saat bersama Saga dulu. Ada kehangatan yang aneh, yang membuatnya merasa nyaman sekaligus gugup.

"Reo ... lo beneran suka gue?" tanya Nafika dengan ragu, suaranya hampir berbisik.

"Iya, sejak dulu," jawab Reo dengan mantap, matanya menatap Nafika dengan tulus.

Dear Nafika Badbaby Sist!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang