-HAPPY READING-
Reo terkejut mendengar ucapan Veya mengenai Saga yang tak berada di rumah. Ia memastikan sekali lagi pada Veya yang masih di seberang sana, suaranya terlihat bergetar karena khawatir
"Lo udah coba telepon?" tanya Reo, lebih mendesak.
"Iya, tapi nggak diangkat," jawab Veya, terdengar cemas.
Wajah Reo berubah muram. Nafika yang melihatnya, mulai khawatir. Ini pertama kalinya dia melihat Reo begitu cemas dan gelisah.
"Reo? Lo baik-baik aja?" tanya Nafika pelan, mencoba mencari tatapan Reo.
Reo hanya mengangguk samar, meskipun jelas itu hanya upaya untuk menenangkan diri. Dalam hati, ia bergumam, "Dengan kondisi kacau, mau pergi ke mana si bodoh itu?"
Gelisah semakin melingkupi perasaannya. Tanpa berpikir panjang, Reo mematikan telepon secara sepihak dan segera mencoba menghubungi Saga sendiri. Namun, dering telepon yang panjang tanpa jawaban hanya menambah kecemasannya.
"Fii, coba lo yang telepon dia," perintah Reo, mungkin saja Saga akan menjawab jika Nafika yang menghubungi.
Nafika mengangguk, lalu mencoba menelepon Saga. Setiap dering membuat jantungnya berdegup semakin kencang, berharap suara di ujung sana menjawab. Dan akhirnya, setelah sekian lama menunggu, suara yang dinantikan itu terdengar.
"Lo di mana? Kenapa pergi nggak bilang? Lo jangan bikin gue khawatir, Saga!" Nafika langsung meluapkan kegelisahannya begitu Saga menjawab.
"Gua ... dibuang?" Suara Saga terdengar pelan dan lemah. Di sela-sela suaranya, samar terdengar rintik hujan yang mulai jatuh membasahi sekitarnya.
Nafika mengerutkan kening, tak mengerti. "Dibuang apanya? Sekarang lo di mana?!"
"Di tempat semuanya berawal," jawab Saga, lalu telepon itu terputus tanpa peringatan.
Nafika menggeram frustrasi. "Apa maksudnya 'di tempat semuanya berawal'?" ia mendesis, masih bingung.
Tak lama, dari luar terdengar suara rintik hujan yang semakin deras, mengguyur bumi. Reo tiba-tiba tersadar akan sesuatu. Ia dengan cepat meraih ponselnya, segera menghubungi Jack, informan pribadinya.
"Cari tahu di mana lokasi Saga sekarang, secepatnya!" perintah Reo dengan nada mendesak.
Sementara itu, Reo juga menoleh ke Aira. "Paman Dirga ada bilang sesuatu sebelum pergi?"
Aira berpikir sejenak, lalu menjawab, "Dia bilang dia akan pergi ke luar negeri untuk waktu yang lama ... dan minta maaf untuk semuanya."
"Sial!" umpat Reo, suaranya terdengar penuh emosi yang tertahan.
"Apa maksud ucapan Papa?" tanya Nafika, kebingungan terpancar di wajahnya.
Reo menatap Nafika, rasa bersalah menyelimuti matanya. "Paman Dirga membebaskan Saga dari kontrak. Yang dimana seluruh hidup Saga selama ini hanyalah sebagai boneka, tiba-tiba dibebaskan tanpa persiapan, dia bisa kehilangan arah sepenuhnya."
Dengan kesal, Reo berulang kali mengecek ponselnya, berharap Jack akan segera memberi kabar tentang keberadaan Saga.
"Jadi, kita harus gimana sekarang?" Nafika bertanya, nadanya cemas dan bingung.
Tiba-tiba, ingatan tentang sesuatu yang pernah dikatakan Saga melintas di benak Nafika. "Reo ... Di mana? Di mana tempat gue kecelakaan waktu itu?!"
Seolah sudah mengerti apa yang Nafika inginkan, tanpa ragu Reo langsung menarik tangan Nafika, berlari ke luar, menembus hujan yang mulai turun semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Nafika Badbaby Sist!
Roman pour Adolescents"Saga, I LOVE YOU!!!" "Lu adek gua, Fika!" "Adek-adek'an gue, mah." *** Bagaimana reaksimu ketika orang yang kamu cintai sejak kecil, tiba-tiba menjadi saudara angkatmu? Move on, atau kamu justru semakin gencar menggodanya? Bagi Nafika, menjadi saud...