47. Pertama kalinya

433 41 8
                                    

-HAPPY READING-

Aleon membawa Nafika ke perpustakaan, tempat yang sering digunakan sebagai lokasi hukuman bagi siswa yang terlambat. Di sana, sudah ada beberapa murid lain yang juga dihukum karena terlambat seperti Nafika.

"Nah Fika, lo cuma perlu bersihin rak-rak buku di perpustakaan," instruksi Aleon dengan nada serius tapi tetap ada senyum di wajahnya.

Nafika mengangguk, masih merasa canggung berhadapan dengan cowok lain. Karena biasanya dia hanya cerewet saat bersama Rega, Saga, dan Reo saja. Namun, ia tidak bisa menolak dan segera mulai bekerja. Saat ia mulai membersihkan rak, Aleon berdiri di dekatnya, memperhatikan pekerjaannya.

"Eh, gua dengar-dengar lo suka sama Saga, ya?" tanya Aleon tiba-tiba dengan nada menggoda.

Nafika sedikit merona karena Aleon tahu tentang dirinya dan Saga, tapi kemudian wajahnya berubah sedikit muram. "Udah enggak kok, dia udah punya calon tunangan."

Aleon terdiam sejenak, kemudian dia tersenyum samar. "Sorry, gua malah bahas hal yang bikin lo gak nyaman."

Nafika memasang wajah seolah dirinya tak masalah dengan perkataan Aleon. Ia kemudian mengalihkan pandanganya pada murid-murid lain yang juga sedang dihukum di perpustakaan bersamanya.

"Ada murid lain tapi kenapa ini cowok malah nempel sih?" Nafika menggerutu pelan dalam hati, melirik Aleon yang tersenyum ramah padanya. Nafika hanya memberikan senyum terpaksa sebagai balasan.

Mau bagaimanapun, Nafika cukup tahu bahwa Aleon ini salah satu playboy yang suka pamer jabatan dan wajah tampannya yang sebenarnya tak terlalu tampan. Karena bagi Nafika, yang tampan itu hanya Saga, eh?

Nafika segera menggelengkan kepalanya, menepis lagi pikiran mengenai Saga yang terus saja terbayang olehnya. Dia dengan segera membersihkan debu yang ada di rak, memperbaiki posisi buku-buku.

"Kalo bagian itu selesai, ke rak sebelah sini," kata Aleon, memberikan isyarat untuk Nafika mengikutinya.

Nafika mengangguk dan berjalan di belakangnya. Mereka tiba di rak yang paling tinggi, dan banyak buku-buku tebal di sana.

"Ukh, kalo bukunya setebal ini wajar aja berdebu karena gak ada yang baca kecuali anak rajin." Nafika meringis menatap puluhan buku ensiklopedia.

"Yaudah, gue bersihin ini dulu. Lo ke tempat yang lain aja, entar kena debu," kata Nafika mencoba mengusir secara halus.

"Cepetan pergi kek, risih banget gue," Nafika mencoba membalas senyuman manis Aleon, meski di hatinya dia terus memaki cowok itu.

Aleon tertawa kecil. "Gua mana mungkin ninggalin orang yang dititipkan Saga ke gua."

"Eh, ya?" Nafika membuka matanya lebih lebar karena merasa salah dengar.

"Lupakan, sana kerja. Gua di sini ngawasin murid bandel." Aleon mendorong Nafika pelan, lalu cewek itu mulai menggunakan kemoceng untuk membersihkan debu-debu yang ada.

Sementara Aleon sedikit menjauh, memberikan Nafika ruang seperti isyarat yang ditangkap Aleon melalui gerak-geriknya.

Karena rak yang cukup tinggi, dan tubuh Nafika bisa dibilang jauh lebih pendek dari rak itu, dia harus berjinjit dan berpegangan pada buku-buku tebal itu. Lalu tangannya tanpa sengaja memegang buku terlalu kuat hingga tertarik jatuh olehnya.

Nafika membulatkan matanya terkejut. Buku ensiklopedia sangatlah tebal, jika kena kepala bisa-bisa memerah atau benjol. Dia ingin mundur, namun sepertinya buku itu akan lebih cepat dari langkahnya, dan dia memilih memejamkan matanya.

Dear Nafika Badbaby Sist!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang