-HAPPY READING-
Saga merasakan amarahnya meledak seperti lava yang mendidih, tidak bisa lagi menahan emosi yang mengoyak hatinya. Dia mencengkeram kerah baju Reo dengan kuat, memaksa laki-laki itu menatapnya."Jangan pernah ngomong seolah-olah Fika beban buat gua!" desis Saga, nadanya tajam seperti pisau yang menusuk.
Reo hanya tersenyum mengejek, senyuman tipis yang penuh penghinaan. "Tapi itu kenyataannya, kan?" balasnya, nadanya teramat ringan, seolah dia menikmati setiap detik penderitaan Saga.
Saga mendorong Reo dengan keras, membuat tubuhnya terhuyung ke belakang. Di kepalanya, pikiran berputar-putar seperti badai yang tak kunjung reda. Ribuan pikiran menghantamnya, membuat segala hal terasa lebih sesak, lebih menghimpit.
“Beruntung gua yang ngasih tahu lo,” Reo melanjutkan, nadanya sarat dengan sinisme. "Veya Annettesia, atau yang lebih lo kenal sebagai Neya, si anak panti yang selalu bikin masalah buat Fika.”
Saga terdiam, pikirannya terhenti sejenak. Campuran perasaan mulai membanjiri dirinya—antara terkejut dan lega. Fakta bahwa tunangannya, Veya, adalah Neya, teman masa kecil yang hilang, adalah sesuatu yang tidak pernah dia duga. Namun, pengetahuan itu tidak membuat semua ini lebih mudah untuk diterima.
“Kenapa nama Neya bisa berubah?” tanya Saga, suaranya pelan namun penuh desakan. Tatapan tajamnya menelusuri wajah Reo, mencari jawaban yang masuk akal.
Reo menghela napas panjang, seolah menceritakan kisah lama yang penuh dengan kebohongan. "Ini semua rencana nyokap. Dia udah merencanakan semuanya jauh-jauh hari, sejak insiden yang menimpa Fika. Setiap detail sudah diatur."
Kata-kata Reo menusuk seperti duri tajam. Semua yang terjadi selama bertahun-tahun kini mulai terasa seperti sebuah permainan yang dirancang dengan sempurna.
Ingatan-ingatan lama menyeruak, setiap potongan kenangan yang dulu terasa kabur kini mulai terhubung dengan jelas. Dan di tengah semua itu, Neya, atau sekarang Veya, berdiri sebagai pusat dari semua kekacauan ini.
Veya menyentuh pundak Saga dengan lembut, berusaha menenangkan gemuruh dalam dirinya. "Maaf, Gara, kalau aku diam selama ini."
"Maaf?" Saga bergumam, suaranya terdengar lirih namun tajam. "Maaf gak akan ngubah semuanya, Vey."
Veya menelan ludah, suaranya mulai gemetar saat dia berbicara, "Aku juga nggak punya pilihan. Tante Rishe mengancam Bunda. Kalau bukan karena ancaman itu, aku nggak akan terjebak dalam permainan ini. Semua catatan tentang masa lalu aku, identitas asli aku, dihapus. Tante Rishe yang minta."
Dia menunduk, berusaha menahan air mata yang membanjiri matanya. Dia tahu, tidak ada gunanya menangis. Air mata hanya akan menambah beban yang sudah terlalu berat untuk ditanggung Saga.
"Aku tau ini berat," lanjut Veya, suaranya hampir pecah, "tapi aku cuma berharap kamu bisa menerima semua ini. Demi mendiang mama kamu."
Reo, yang mendengar percakapan itu, mendecih penuh kebencian. "Berhenti berpura-pura kalau kalian yang paling terluka," sindirnya dengan suara yang memuakkan.
"Fika adalah korban di sini. Hidup dalam kebohongan selama bertahun-tahun, kalian pikir itu gampang?" Reo menatap malas keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Nafika Badbaby Sist!
Teen Fiction"Saga, I LOVE YOU!!!" "Lu adek gua, Fika!" "Adek-adek'an gue, mah." *** Bagaimana reaksimu ketika orang yang kamu cintai sejak kecil, tiba-tiba menjadi saudara angkatmu? Move on, atau kamu justru semakin gencar menggodanya? Bagi Nafika, menjadi saud...