43. Ingatan yang segera kembali

507 53 7
                                    

Double up, buat cinta-cintaku yang udah nungguin lama.

-HAPPY READING-

"Apakah itu terdengar aneh?" tanya Rishe terlihat menunjukkan wajah bingung.

Rasanya Nafika ingin mengungkapkan semua isi hatinya secara jujur. Wanita di depannya ini masih bertanya tentang 'aneh' atau tidaknya ucapan ia barusan? Nafika jelas merasa tidak ada yang mirip antara keduanya.

"Gue? Mirip sama tante yang serem ini? Wah! Apa kata dunia," batin Nafika menyanggah.

"Apa maksud tante, kita mirip?" tanya Nafika, berusaha menyembunyikan rasa herannya.

Rishe tersenyum tipis, senyum yang terasa aneh. "Ini akan cukup panjang, jangan tertidur di tengah cerita."

"Sekitar tujuh belas tahun yang lalu, aku menerima pernyataan cinta dari kedua sahabat baikku."

Sesuai yang dikatakan sebelumnya, Nafika menyimak dengan baik, meskipun hatinya gelisah.

"Apa kau bisa menebak siapa dua sahabatku itu?" Rishe memberikan pertanyaan. Senyumnya merekah, seperti ada kegelapan malam menghiasi senyum itu, membuat Nafika merasa tak nyaman.

Nafika menggeleng, memberikan jawaban jujur. Mustahil dia bisa tahu, kan?

"Dua sahabatku itu adalah ayahmu dan ayah Saga."

Bola mata Nafika membulat, jantungnya berdegup lebih kencang seolah-olah dia akan lepas dari tubuhnya. "P-papa?"

"Benar." Rishe mengangguk perlahan, matanya berkilat licik. "Bukankah dari sana sudah terlihat bahwa kita berada di posisi yang sama?"

Nafika mencoba mencerna ucapan Rishe. "Tapi, apa hubungannya dengan kita?"

"Kau tidak sadar? Betapa bodohnya." Rishe tertawa dengan nada mengejek.

Rishe mendekatkan wajahnya, tatapannya intens. "Saga dan Reo sama-sama mencintaimu. Situasi kita berdua sama, dimana sejak kecil aku selalu bersama dengan Lazuardi dan Dirga."

"Keduanya sama-sama akan melakukan apa yang ku mau tanpa mempedulikan apa pun resikonya, mereka membiarkan aku mengendalikan kehidupan mereka. Karena apa? Karena mereka bodoh, mereka terlalu terpaku pada ucapan orang yang mereka cintai."

"Pada akhirnya, aku tidak memilih keduanya." Rishe lagi-lagi menyeringai. "Aku memilih untuk menjadikan mereka bawahanku untuk selamanya."

Nafika menelan ludah dengan susah payah, tubuhnya semakin gemetar. Apakah yang dimaksud Rishe tentang memiliki dua sahabat masa kecil yang sama-sama dekat dengannya? Namun, Nafika tidak mungkin melakukan hal yang sama seperti yang Rishe lakukan.

"Melihatmu yang begitu dekat dengan Saga dan Reo membuatku takut. Aku takut putraku akan terpaku padamu, dan menerima karma dari semua yang telah kulakukan." Sorot mata tajam Rishe memudar ketika dia menyebut nama Reo.

"Karma? Sejauh apa yang Tante lakukan pada Papa dan Paman?" Nafika bertanya dengan suara tercekat.

"Apa lagi? Aku memaksa mereka menikah dengan orang yang tidak mereka cintai. Dengan kata lain, mereka adalah..."

"Mama dan Tante Diana?" sambung Nafika dengan tepat.

"Benar. Keduanya adalah teman sekolahku," jawab Rishe santai.

Dear Nafika Badbaby Sist!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang