53. Liburan yang aneh

261 33 15
                                    

-HAPPY READING-

Hari pembagian rapor telah tiba, dan suasana di sekolah terasa penuh dengan berbagai perasaan—ada yang tegang, ada pula yang lega. Di depan pintu kelas, Nafika dan Anna berdiri sambil menggenggam rapor mereka dengan perasaan campur aduk. Mata mereka mengamati sekeliling, mencari teman-teman yang sudah lebih dulu melihat hasil jerih payah mereka selama satu semester.

Tak lama kemudian, Rega dan Reo muncul dari arah lorong, menghampiri kedua gadis itu dengan langkah santai. Wajah mereka memancarkan rasa penasaran yang tak bisa disembunyikan.

"Dapat peringkat berapa?" tanya Anna pada Nafika, sambil menoleh dengan antusias.

Nafika hanya tersenyum konyol dan menjawab dengan santai, "Peringkat 29, dari 31 murid di kelas."

Tawa Rega langsung meledak mendengar jawaban itu. "Hahaha! Sama aja rupanya! Kemarin aja belagu, sok pinter dari gua!" Rega meledek, sementara Nafika hanya bisa mengangkat bahu, dia tahu bahwa Rega berada di peringkat ke-30.

Nafika lalu melirik Reo, merasa penasaran. "Dapat peringkat berapa?" tanyanya dengan nada setengah bercanda.

Reo hanya terkekeh sambil mengangkat bahu. "Apa yang lo harapkan dari bocah yang bolos dua semester?" jawabnya santai, seakan itu hal biasa.

Nafika langsung menepuk dahinya, menyesal sudah bertanya. Mungkin dia harusnya sudah menduga jawabannya. Dari semua yang ada, sepertinya hanya Anna yang benar-benar bersinar kali ini, dengan senyum bangga karena berhasil meraih posisi ke-3 di kelas.

Saat mereka berempat asyik berbincang, Saga dan Karin melintas di depan mereka. Keduanya berjalan dengan tenang, tanpa menyapa, seolah tenggelam dalam dunia mereka sendiri.

Nafika memperhatikan mereka sejenak, lalu meringis pelan. "Mereka peringkat 1 dan 2, ya?"

"Udah pasti, kan?" sahut Anna, mengangguk dengan tenang.

Reo, yang sepertinya sudah tidak peduli dengan hasil rapornya, mengangkat tangannya dengan semangat. "Yah, biarin aja! Sekarang mari kita fokus ke yang lebih penting—liburan! Akhirnya rencana liburan kita bisa terlaksana!" serunya dengan antusias, membuat suasana menjadi lebih ringan dan penuh semangat.

Pada hari berikutnya, Nafika, Reo, Rega, dan Anna sudah siap untuk berlibur ke Bali. Dengan koper dan tas ransel di tangan, mereka berempat bergegas menuju bandara. Nafika terlihat sangat bersemangat kali ini—ini adalah pertama kalinya dia akan berlibur tanpa Aira, Dirga, dan Saga. Rasanya seperti sebuah petualangan baru yang benar-benar segar.

Selama perjalanan menuju Bali, suasana di dalam pesawat penuh dengan keceriaan.

Rega, yang duduk di sebelah Anna, mencoba menggoda pramugari dengan meminta tambahan selimut, padahal cuaca di luar sedang panas. "Mbak, kalau boleh minta selimut lagi, saya orangnya gampang kedinginan," ucap Rega dengan wajah serius yang hampir membuat Nafika yang ada di belakangnya tertawa terbahak-bahak.

Sementara itu, Anna sibuk mengambil foto-foto selfie dari jendela pesawat, mencoba mendapatkan sudut terbaik dengan latar belakang awan. "Ini pasti bakal bikin feed Instagram gue lebih kece," gumamnya puas sambil tersenyum lebar ke arah kamera.

Di sisi lain, Reo yang biasanya tenang, kali ini malah ribut dengan selimut yang dia bawa sendiri. "Gua gak ngerti kenapa selimut kasmir ini kurang nyaman," keluhnya sambil meraba-raba bahan selimutnya yang lembut. "Harusnya gue bawa yang dari bulu alpaka, lebih mewah dan hangat."

Nafika, yang duduk di antara Reo dan Anna, hampir tidak bisa menahan tawa. "Reo, lo serius komplain soal selimut di pesawat? Udah, yang penting lo nyaman aja dulu," katanya sambil menyikut Reo dengan canda.

Dear Nafika Badbaby Sist!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang