-HAPPY READING-
Anna menatap lembar kertas di tangannya dengan mata berbinar. "Wow! Ini wajib masuk ke dalam daftar keajaiban dunia!" ucapnya dengan wajah terkejut.
Hari ini adalah hari pembagian hasil ujian, dan kertas yang Anna pegang adalah milik Nafika. Angka 83 tertulis jelas di sudut kanan atas, disertai nilai-nilai lain yang juga memuaskan, jauh lebih baik daripada hasil ujian Nafika sebelumnya.
Nafika, yang melihat ekspresi Anna, tak mampu menahan senyum bangganya. "Anjay, keren banget gue," ujarnya sambil terkekeh.
Anna mengangguk sambil menyerahkan kertas itu. "Apa gue bilang, lo bisa kalau fokus."
Nafika menerima kertas itu dengan senyum lebar, matanya memandangi setiap angka dengan perasaan puas. "Akhirnya!" serunya, seolah beban besar telah terangkat.
Namun, suasana gembira itu mendadak terganggu oleh langkah lesu yang mendekat. Rega muncul dengan wajah masam, memegang kertas ujian yang menunjukkan angka 68. Langkahnya tampak berat, seakan kekecewaan memenuhi setiap gerakannya.
Melihat nilai Rega, Nafika tak bisa menahan tawa. "Prfff BWAHAHAHAHAHA! ANOMALI MERAH!" Tawanya pecah begitu saja.
Rega mendengus, mencoba menahan rasa kesalnya. "Ketawa aja, Narapidana kampret," balasnya, setengah serius.
"Apa aja yang remedial, Ga?" tanya Anna dengan nada penuh perhatian.
Rega menghela napas panjang, menjawab dengan suara lesu, "Cuma bahasa Inggris."
Nafika, yang masih tersenyum, melirik kertas ujiannya sendiri. "Nilai bahasa Inggris gue juga paling rendah, tapi masih masuk KKM," ujarnya sambil menunjukkan nilai yang berada di ambang batas kelulusan. Nafika merasa beruntung.
Anna tersenyum penuh simpati. "Yaudah, nanti aku temenin belajar," katanya, mencoba menyemangati Rega. Sorot mata Rega sedikit cerah mendengar tawaran itu.
Anna menoleh pada Nafika. "Mau ke kelas Reo? Setidaknya lo harus bilang makasih ke dia."
"Eum ..." Nafika terlihat berpikir sejenak, namun matanya melirik Saga yang berada di bangkunya, sedang memasukkan kertas ujian ke dalam tas. Lalu ingin beranjak pergi.
Tanpa pikir panjang, Nafika langsung berlari ke arahnya, meninggalkan Anna dan Rega yang kebingungan. "Saga!!!" panggilnya dengan suara lantang.
Saga, yang sudah berada di ambang pintu, berhenti sejenak tapi tak berbalik. Nafika tiba di sebelahnya, napasnya terengah-engah, namun ia tetap berdiri di sana, berusaha menemukan kata-kata yang ingin ia ucapkan.
Alis Saga terangkat satu. "Kenapa?"
Nafika menyengir lebar, sambil mengangkat kertas hasil ujiannya tinggi-tinggi di depan wajah Saga. "Gue dapat nilai bagus!" serunya, bangga.
Saga tampak terkejut, bibirnya sedikit terbuka seolah ada sesuatu yang ingin dia katakan, namun ia menahan diri. Matanya menyapu kertas yang dipegang Nafika sebelum akhirnya menatap gadis itu kembali.
"Terus?" Saga bertanya, suaranya datar, nyaris tak berperasaan.
Nafika mengernyitkan dahi, menatap Saga dengan sorot mata yang tajam. "Lo gak lupa sama janji kita dulu, ‘kan?" Nada suaranya mulai mengancam, siap meledak jika cowok itu berani melupakan janjinya.
Saga tersentak, wajahnya seketika berubah gusar. "Tap—"
"Jangan bikin gue kecewa lagi," potong Nafika dengan cepat. Tatapan matanya yang serius menusuk Saga, membuat cowok itu sulit untuk mengelak.
Nafika mendekatkan wajahnya, berseru dengan tegas, "Lo harus nepatin janji! Lo bilang waktu itu kalo gue dapat nilai bagus, lo mau nemenin gue, kan?" Suaranya penuh tekad, seakan tidak akan menerima jawaban selain "ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Nafika Badbaby Sist!
Teen Fiction"Saga, I LOVE YOU!!!" "Lu adek gua, Fika!" "Adek-adek'an gue, mah." *** Bagaimana reaksimu ketika orang yang kamu cintai sejak kecil, tiba-tiba menjadi saudara angkatmu? Move on, atau kamu justru semakin gencar menggodanya? Bagi Nafika, menjadi saud...