Hari Pertama

308 50 70
                                    

Di atas pic. Henry.. ^^

Aku sadar kalau aku memang terkadang kejam, tapi jika itu berkaitan dengan para pengkhianat di kerajaanku. Tapi aku takan bersikap seperti itu tanpa alasan. Apa—nantinya akan ada pengkhianat di Vainea?

"Rein, kau percaya pada peramal itu?" tanya memecah keheningan.

"Sebenarnya—tidak terlalu," sahutku, masih setengah melamun. "Kau sendiri?"

Henry mengendikan bahu. "Entahlah. Aku sedikit percaya tapi juga tidak. Tapi kebanyakan orang Axiandra sangat mempercayai ramalan." Ia menghela napas sejenak dengan mata menerawang. "Gadis bangsawan dengan cinta yang tulus dan rela mengorbankan apapun untukmu. Ah, manis sekali. Dia pasti gadis yang lembut dan penuh kasih sayang."

"Ah, itu akan menjadi misteri yang memusingkan. Pasalnya, gadis bangsawan yang dikenalkan padaku sangat banyak dan mereka terlihat lembut saat berhadapan denganku. Itu sama saja aku harus mencari jarum ditengah tumpukan jerami."

"Hmm—yah, kau benar. Kita tidak bisa menilai seseorang dari sikap luarnya saja, jadi kau harus mengenal mereka dengan baik. Coba kau sapa mereka dan mulai akrab, jadi kau bisa menilai mana yang sesuai dengan kriteria pasanganmu dengan yang tidak," ujarnya. "Ah, mungkin saja di Royale Institute kau bisa menemukannya."

"Itu akan semakin mempersulit pencarianku. Karena pastinya gadis bangsawan yang ada di sini jumlahnya sangat banyak dan dari berbagai kerajaan."

"Harusnya tadi kau bertanya gadis itu bangsawan kelas menengah keatas atau ke bawah."

"Mana terpikirkan olehku yang seperti itu," sahutku mulai jengah.

"Ah, padahal kau sudah harus menikah sebelum naik tahta kan?"

"Kau pikir menemukan kriteria yang disebut peramal itu, mudah? Jika yang disebutkan berupa ciri-ciri fisik mungkin aku bisa menemukannya, masalahnya—yang kakek sebutkan itu masalah hati dan karakter, sedangkan aku tak bisa sembarang menilai seseorang dari luarnya saja kan?"

Ia mengerang gemas seketika. "Kau itu rumit sekali. Padahal tinggal tunjuk satu wanita saja semua sudah beres."

"Meskipun aku memiliki wewenang untuk itu, tapi aku tak ingin menikah dengan wanita asal pilih. Seperti yang kau tahu kan, pernikahan di Vainea itu rumit."

"Yah, pasti karena ritual aneh itu kan? Ya yaaa aku mengerti."

"Dan sekarang mengenai ramalanmu. Aku curiga kalau masa depanmu berkaitan dengan Vincent. Aku paham betul masalah pelik yang terjadi di istanamu terutama kekuasaan pangeran dan juga ratu. Aku pernah mendengar kalau selir-selir di harem ayahmu itu penuh persaingan."

Ia menghela sejenak. "Tak kusangka aib seperti itu bisa terdengar olehmu yang jaraknya paling jauh dari Axiandra. Tapi—memang benar, selama ini aku memang menutupi semua kemampuanku untuk melindungi kakakku. Aku bersedia melakukan apa saja asal kakakku bisa hidup dengan aman."

"Berarti—kau rela menjadi mata-mata untuk musuh kakakmu?"

"Ya, itulah kenapa aku berusaha bersikap polos dan pura-pura bodoh agar tak ada yang tahu kalau aku mengetahui banyak hal. Dan kau adalah orang yang tahu mengenaiku selain Vincent."

"Yah, aku cukup mengerti situasimu. Tenang saja, rahasiamu aman padaku."

"Terima kasih, Rein. Tapi—" Ia menatapku sejenak. "Aku tak tahu bagaimana kau bisa menjadi penguasa kejam. Aku jadi khawatir dengan apa yang akan terjadi padamu."

"Soal itu—aku juga tidak tahu. Tapi aku yakin, ada kesalahan dalam ramalan itu," sahutku yang juga berpikir. Entah pencapaian apa yang akan kudapat di masa depan, tapi—sepertinya itu diluar kendaliku.

ReinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang