Kulihat gadis itu tengah terbaring tenang. Tubuhnya dipenuhi luka sayatan. Namun di antara semua luka itu, luka akibat hujaman besi lah yang paling terlihat parah.
Kain perban menyelimuti tubuhnya secara menyeluruh layaknya pakaian. Tapi balutan kain itu memiliki celah dan membuatku bisa melihat pinggangnya yang terbuka.
Di sana terlihat seperti ada corak seperti sebuah tato, tapi warnanya begitu natural seperti tanda lahir. Coraknya membentuk cekungan lingkaran seperti...bulan sabit merah yang kecoklatan.
Gadis itu perlahan membuka matanya yang tampak sayu dengan wajah pucat. Ia mengedarkan pandangan sejenak, seperti mencoba membaca situasi di sekitarnya.
"Akhirnya kau sadar juga," ujarku lega, dan ia menoleh ke arahku seketika.
"Yang mulia?" lirihnya. "Kenapa anda di sini?"
"Aku ingin melihat langsung keadaanmu yang seperti sebuah keajaiban."
Ia terdiam dan menatapku sendu. "Anda baik-baik saja?"
"Pertanyaan macam apa itu?" Aku mengerutkan kening seketika. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu."
Aku mendekatinya perlahan dan mengamati luka-lukanya. "Aku kagum denganmu yang berhasil selamat dari situasi yang mematikan itu."
"Apa saya mengecewakan anda karena hanya selamat seorang diri?"
"Aku justru merasa lega melihatmu selamat. Tuan Zern bilang, kau mengambang di laut lepas seperti terbaring nyaman di kasurmu sendiri."
"Karena selama saya bertahan, saya hanya terus berpikir kalau laut adalah tempat tidur yang nyaman." Ia tersenyum bercanda. "Anda perlu mencobanya sesekali saat anda sedang berenang di laut nanti."
Aku mendengus tertawa. "Bercanda dan eskpresimu tidak cocok."
Ia tersenyum malu seketika. "Ma-maaf."
"Beritahu aku, bagaimana caramu menyelamatkan diri di saat yang lainnya tewas." Aku duduk di kursi yang tak jauh dari sisi ranjangnya.
"Kejadiannya sangat cepat, yang mulia. Saya sibuk menghalangi pasukan Tryentee yang hendak menjebol benteng untuk menyelamatkan diri, dan tiba-tiba gelombang itu datang membawa kapal. Tubuh saya terangkat oleh air sebelum kapal itu menimpa saya." Ia mulai bercerita. "Waktu itu memang sangat kacau sekali. Saya terombang-ambing ke sana kemari di dalam air. Saat saya menghirup udara karena kehabisan napas, saya sudah berada jauh dari garis pantai."
"Lalu?"
"Saya meraih bagian kapal yang menyerupai papan. Pada waktu itu, arusnya sangat deras sampai-sampai saya tak sanggup berenang ke tepi jadi...saya hanya mengikuti arus tanpa melawan."
"Wah, trik pertahanan yang bagus. Lalu bagaimana dengan tancapan besi di tubuhmu?"
"Saya baru sadar setelah naik ke atas papan kayu yang saya ambil itu. Saya memang sengaja tak mencabutnya agar tak kehabisan darah. Dan setelah itu...saya hanya pasrah kemana pun laut akan membawaku."
"Apa kau tahu? Saat tim pencarian menemukanmu, kau berada di laut lepas yang jaraknya jauh sekali dari daratan."
"Tentu saja saya tahu, yang mulia. Saya sudah pasrah jika memang saya harus mati di tengah laut setelah saya sadar bahwa posisi saya sudah keluar batas dari wilayah Vainea. Saya cukup terkejut dan bersyukur, Tuan Zern melakukan pencarian hingga keluar wilayah dan disitu, harapan saya untuk hidup kembali muncul."
Aku termanggut atas penjelasannya. Dalam situasi seperti itu, memang sangat kecil kemungkinannya untuk lolos. Tapi gadis ini, selain pandai membaca situasi dia juga terbilang...beruntung.
![](https://img.wattpad.com/cover/266999568-288-k982124.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rein
FantasyIni adalah buku ke 3 dari seri Assassin, sangat disarankan untuk membaca 2 buku sebelumnya untuk mengurangi kesalahpahaman alur.. Kegelapan malam telah menyisakan sebuah penyesalan untuk memejamkan matanya. Rein, mencoba menyelidiki kasus kematian o...