Mutiara Sang Tiram

152 39 40
                                    

Akhirnya, aku sampai di Axiandra hanya dalam waktu tiga hari dengan menggunakan kuda perang tanpa istirahat. Kudaku juga tampak lelah dan kini aku berjalan santai menyusuri kota.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di sebuah kedai yang familiar. Di sana adalah tempat dimana kami bertiga pernah makan bersama saat keluar dari Royale Institute tanpa ijin.

Aku masuk dan duduk di sebuah bangku kosong sambil memesan makan dan minum setelah perjalanan jauh. Kuedarkan pandangan untuk mencari sosok Henry, namun nihil. Ya, mungkin aku harus bersabar menunggunya.

.

"Rein?"

Aku menoleh saat seorang bertudung kepala menyapaku. Lama sekali aku menunggunya. Bahkan sampai aku selesai makan.

"Apa kau sudah menunggu lama?"

"Aku menunggumu hampir seharian," sahutku menahan kesal dan juga sedikit lega. "Bagaimana? Kau bawa penawarnya?"

"Tentu saja bawa." Henry mengeluarkan botol kecil yang tampak elok. "Butuh waktu dua tahun untuk mendapat sepuluh mili penawar ini. Satu bunga Valvherymee hanya menghasilkan dua setengah mili dan di Axiandra tanaman itu hanya ada dua."

"Wah, benar-benar bunga yang langka."

"Yah, begitu lah. Tempat tumbuhnya juga sulit dijamah." Henry memanggil pelayan sejenak untuk memesan makan dan minuman.

"Tapi...kenapa raja Leon bilang kalau Axiandra tak memanennya?"

"Jadi begini, Rein." Henry mulai bercerita. "Yang menginginkan bunga itu, bukan hanya kau. Seminggu yang lalu, pihak Tryenthee juga pernah menanyakan penawar itu dan hendak membelinya."

"Tryenthee menginginkan penawar ini? Untuk apa?"

Henry mengangguk. "Aku tidak tahu apa yang membuat ayahku curiga, beliau tak mengatakannya. Tapi yang jelas, ayahku tak ingin penawar ini jatuh ke tangan Tryenthee walau di surat itu Tryenthee sedang membutuhkannya."

"Lalu?"

"Beliau menjawab surat itu dan bilang kalau Axiandra tak pernah memanennya karena medan yang sulit. Jadi...saat beliau mendapat surat darimu, beliau menjawab suratmu dengan kalimat yang sama. Setelah beberapa pertimbangan, sepertinya...kau lah yang paling membutuhkan penawar itu."

"Yah, aku memang membutuhkannya. Sangat membutuhkannya."

"Kalau kau sangat membutuhkannya, berarti...ada seseorang dalam kondisi gawat di wilayahmu. Benar?"

Aku mengangguk. "Ya."

"Siapa?"

"Luna."

"Luna itu..." Henry tampak sedang mengingat. "Gadis yang lulus pertama dari Royale Institute?"

"Ya, dia orangnya."

"Oh astaga. Ya, ya aku ingat sekarang. Bagaimana bisa?"

Tak lama seorang pelayan datang membawa pesanan Henry. "Silahkan dinikmati hidangan anda."

"Terima kasih," sahut Henry ramah.

"Dia meminum racun Black Crown. Dan racun itu dari Tryenthee."

"Oh, sepertinya aku paham situasinya," jawabnya antusias. "Jangan-jangan pihak Tryenthee meminta penawar itu dengan tujuan agar kau tak bisa mendapatkannya." Ia manggut-manggut sejenak, seperti menemukan puzzle baru. "Pantas saja ayahku terlihat bimbang saat Tryenthee hendak membeli penawar itu."

Emosiku kembali bangkit saat mengetahui kalau Tryenthee juga mengincar penawar itu untuk menghalangiku. Sialan!

"Nah kalau begitu, aku yang akan membelinya."

ReinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang