Necromancer

201 52 49
                                    

"Kau tahu betapa khawatirnya kami?" maki Vincent saat kami sudah berkumpul di asrama. "Kau tiba-tiba hilang dan kami mencarimu kemana-mana sampai kami melewatkan makan malam!"

Yah, sudah kuduga. Mereka pasti mencariku. Aku hanya terdiam, membiarkan kakak beradik itu meluapkan kekesalannya padaku.

"Jika kau ada urusan mendesak yang membuatmu harus kembali, seharusnya kau memberi tahu kami. Jangan pulang sendiri dan meninggalkan kami tanpa memberi tahu apa-apa."

"Yah, aku minta maaf. Tadi itu...sangat mendesak sekali," sahutku seadanya. Tidak mungkin kan aku memberitahu pertemuanku dengan Zora. "Lain kali takan kuulangi."

"Kak, kau sudah dipanggil oleh penjaga kamarmu." Henry menyembulkan kepala di pintu.

"Ah, sialan. Padahal aku masih ingin memakimu," gerutu Vincent padaku. "Baiklah, lain kali aku akan datang lagi dan aku takan lupa hari ini, Rein."

"Apa kau akan membuat perhitungan denganku?"

"Tentu saja. Lain kali aku akan memberimu pelajaran."

Vincent keluar kamar masih dengan rasa kesalnya, sementara aku hanya terdiam dan merasa bersalah. Tapi sepertinya ini takan lama, aku tahu mereka pasti akan memaklumi peebuatanku hari ini.

Malam semakin larut dan seperti biasa, aku takan terlelap pada waktu yang gelap.

Kubuka kembali lembaran kabar berita yang telah usang. Ini tentang perjanjian damai Axylon dan Vainea, awal hubungan orang tuaku terjalin dengan pernikahan politik.

Kuhela napas panjang sejenak. Meskipun aku sudah membacanya berulang kali, namun pikiranku masih sedikit terusik tentang mereka.

Kubaca lagi bagian-bagian terpenting dari lembaran-lembaran itu. Kini tentang perjanjian kerja sama antara Vainea dan Tryenthee. Ayah menikah lagi dengan putri Tryenthee dan setelah itu, Vaninea dan Axylon berperang.

Jujur, aku masih tak menyangka dengan apa yang terjadi di masa lalu. Meskipun aku sudah membaca berita ini berkali-kali, tapi pikiranku masih tak bisa memahami. Apa saat perang ini terjadi ayah dan ibu sempat bercerai? Kalau tidak, kenapa perang ini bisa terjadi?

Bibi Erina sudah menceritakan sebagiannya, tapi aku merasa ada ketidak cocokan berita ini dengan logikaku. Apa lagi pada berita perang terakhir mereka, ratu Selena alias ibuku, dinyatakan tewas dan itu yang membuat Vainea menang telak.

Lalu setelahnya, ada berita di mana ibuku mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ratu Axylon, yang berarti...beliau masih hidup saat itu. Tapi kenapa di berita sebelumnya, beliau dinyatakan tewas? Bahkan kudengar, banyak pasukan dari kedua kerajaan yang menyaksikan bagaimana ayah membunuhnya di medan perang.

"Ah, sial. Ini benar-benar rumit. Dan bibi Erina tidak mau bersuara pada bagian ini," gumamku lirih.

Ya, ibuku tewas di medan perang. Tapi bagaimana beliau bisa muncul lagi dalam sebuah berita pasca perang? Aku seperti kehilangan plot besar dalam bagian ini.

Aku duduk bersandar sejenak dan mataku tak sengaja melihat lingkaran sihir di pergelangan tanganku. Kini pikiranku sedikit teralihkan olehnya.

Kulihat jam dinding sudah menunjukkan waktu tengah malam.
Awalnya aku mengabaikan lingkaran sihir itu dan kembali fokus pada lembaran berita di tanganku. Hingga pada akhirnya, aku sedikit merasa tak enak badan dan...tubuhku mulai terasa panas.

Semakin lama, ada yang aneh dengan tubuhku. Rasa panasnya semakin kuat dan membakar, membuatku ingin berendam di air yang sedingin es.

Ada rasa pedih yang menyayat di punggungku, rasa sakitnya benar-benar menembus tulang, seolah-olah tubuhku akan hancur.

ReinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang