Bunga Musim Dingin

120 40 28
                                    

Kubuka mata perlahan dengan sayu. Langit-langit yang asing dan juga...aroma herbal yang asing. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan tubuh nyeri. Selain itu, kepalaku juga masih terasa berat.

Dilihat dari dekorasi ruangannya...sudah pasti aku berada di kastil mewah. Tapi...di mana aku?

"Anda sudah sadar rupanya."

Seorang pelayan masuk dengan membawa secangkir minuman herbal. Dia juga...pelayan yang asing.

"Aku ada di mana?" tanyaku parau.

"Istana Benriaco."

Keningku berkerut seketika, mencoba untuk mengingat kejadian sebelum ini.

"Saya akan memberi tahu tuan putri kalau anda sudah sadar."

Aku masih terdiam dengan alis terangkat sebelah. Tuan putri siapa?

Tak lama, seorang wanita paruh baya datang dan menatapku lega. Ia juga didampingi seorang tabib pria yang terlihat seumuran dengannya.

"Putri Saraya?"

"Akhirnya kau siuman setelah hampir dua minggu tak sadarkan diri."

"Hampir dua minggu? Saya tak sadarkan diri selama itu?" tanyaku syok. Padahal hanya luka tusukan.

"Kondisi anda dalam keadaan kritis saat dibawa kemari, yang mulia." Kini tabib itu menjelaskan. "Luka tusukan di dada kiri anda menyerempet bagian jantung, dan saya melakukan operasi besar untuk memperbaikinya. Belum lagi, luka tusukan lain yang membuat anda hampir kehabisan darah."

"Tapi...kenapa aku dibawa ke sini?"

"Gadis itu yang membawamu kemari. Dia menitipkanmu di sini untuk sementara waktu sampai urusannya selesai," jawab putri Saraya.

Aneh. Seharusnya Luna membawaku pulang, tapi kenapa malah di bawa ke istana orang lain?

"Apa dia mengatakan sesuatu?"

"Dia bilang, kau diserang saat pesta waktu itu, lalu ia membawamu kemari karena bingung mencari petolongan darurat di mana. Dan katanya juga, ia meminta agar kau dirawat di tempat ini karena ada masalah yang terjadi di wilayahmu. Jika situasinya sudah kondusif, akan ada beberapa orang yang menjemputmu untuk pulang."

Aku terdiam sejenak dan tabib itu menyodorkan secangkir minuman herbal yang tadi dibawa. "Silahkan diminum, yang mulia."

Aku menerima cangkir itu dan menyesapnya perlahan.

"Bagaimana? Sudah terasa lebih baik?" Putri Saraya duduk di kursi terdekat. "Oh ya, gadis yang membawamu kemari waktu itu...apa kau tahu kondisinya?"

Aku menggeleng dan aku baru ingat kalau Charlotte pernah membahas racun Black Crown. "Bisa beri tahu aku bagaimana kondisinya saat itu?"

"Saya sempat memeriksanya dan gadis itu terkena racun Black Crown. Jika dilihat dari gejalanya, sepertinya racunnya sudah menyebar sampai ke kepala. Yang berarti...dia terkena racun itu sudah lama."

"Apa anda memiliki penawarnya?" tanya putri Saraya, mewakili pertanyaanku.

Ia menggeleng. "Black Crown adalah racun yang penawarnya sangat langka. Hampir semua tabib tak memilikinya. Penawar itu terbuat dari sari bunga Valvherymee yang hanya tumbuh setahun sekali di wilayah dataran tinggi pada saat musim dingin. Itu pun satu tanaman hanya menghasilkan satu bunga," jawabnya menjelaskan.

"Jika racun itu sudah menyerang bagian kepala, sudah dipastikan hidupnya takan lama lagi. Ia jadi sering mimisan bahkan kondisi parahnya, dia akan kehilangan penglihatan atau pendengarannya atau mungkin...bisa kedua-duanya sebelum akhirnya seluruh tubuhnya lumpuh dan mati," lanjutnya.

ReinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang