Black Crown

148 43 22
                                    

Semua pulih seiring berjalannya waktu, baik Vainea mau pun kondisiku pasca penyerangan itu. Namun satu-satunya yang tak bisa pulih adalah hatiku. Dulu, banyak orang yang bilang aku berhati dingin, tapi sebenarnya hatiku begitu lemah tanpa mereka tahu. Dan kini aku baru merasakan apa yang disebut hati dingin.

Aku tak bisa merasakan apapun lagi. Hanya kebencian, penyesalan dan dendam yang tersisa. Semua perasaan mengerikan itu bangkit saat kudapati sebuah berita bahwa Tryenthee tengah berbahagia. Zora...tengah mengandung anak pertama mereka.

Aku sama sekali tak iri dengan apa yang terjadi di sana, tapi dendam ini tak bisa kulawan setelah apa yang telah kualami. Mungkin saja dendam ini bisa sedikit mereda jika saja Luna masih ada.

Mengingat Luna, aku jadi sedikit terinspirasi dari kematiannya. Racun Black Crown. Aku tersenyum miring saat membayangkan skenario kejam yang terbesit dalam kepalaku. Sepertinya ini akan menjadi hal yang seru dan menyenangkan.

"Berbahagia lah selagi kalian bisa menikmatinya. Biarkan aku bergerak di balik kegelapan untuk memberi kejutan istimewa," gumamku menyeringai.

Selain itu, mungkin ini sudah saatnya untuk membalas serangan Tryenthee terhadap Vainea.

Aku bergegas menarik kudaku dari kandangnya dan tujuanku saat ini adalah bertemu pemimpin pasar gelap, yaitu nyonya Vanessa. Berdasarkan informasi, biasanya di tengah malam begini, wanita itu ada di sebuah bar miliknya. Selain bertemu rekan bisnisnya, ia juga hobi bersenang-senang.

Ini pertama kalinya aku memasuki tempat ini, mengingat bar adalah tempat yang dilarang bagi para bangsawan untuk mendatanginya secara terang-terangan. Di tempat ini, semua yang hadir memakai topeng untuk menutupi identitasnya.

Aku mengenakan topeng hitam yang senada dengan jubahku. Selain itu, di tempat ini juga tidak boleh menggunakan nama asli.

"Saya ingin bertemu dengan Black Rose," ujarku pada petugas yang berjaga. Black Rose adalah nama samaran wanita itu.

"Perkenalkan diri anda dan tujuan anda menemui beliau."

"Aku Dark Owl, nama yang masih asing pastinya. Tapi aku ingin menawarkan kerja sama yang menguntungkan."

"Baik, mari saya antar."

Aku mengikuti pelayan pria itu, membawaku ke sebuah ruangan temaram yang berisik. Di sana, nyonya Vanessa tengah terbahak-bahak sambil meneguk minumannya, lalu mengisap cerutunya.

Pelayan itu mendekatinya dan membisikkan sesuatu. Tak lama, wanita itu menoleh ke arahku dengan tatapan kagum. Ia memberi kode pada pelayannya untuk membawaku ke tempat lain.

Aku memasuki ruangan kecil dengan aroma bunga yang menyengat. Di sana terdapat dua kursi panjang yang saling berhadapan dan aku dipersilahkan untuk duduk.

Tak lama, wanita itu datang dengan bibir merah tersenyum lebar. Tampilannya yang nyentrik benar-benar mempertegas statusnya sebagai pebisnis yang handal dan ahli pemasaran di setiap bidang.

"Halo, tuan Dark Owl," sapanya. "Meskipun anda memakai topeng, tapi saya bisa melihat kalau anda memiliki wajah tampan. Anda memiliki mata yang tajam, saya menyukainya."

"Tak perlu basa-basi, saya memerlukan bantuan anda, nyonya."

Ia terkekeh sejenak. "Anda benar-benar menarik. Apa yang ingin anda cari di pasar gelap? Budak langka? Satwa liar? Atau-"

"Racun Black Crown."

"Ah, Black Crown." Ia manggut-manggut, lalu mengisap cerutunya. "Itu racun ilegal yang kinerjanya lambat, tapi penawarnya sangat langka."

ReinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang