Ratu Penguasa Keylion

168 40 8
                                    

Kini sudah tiga minggu setelah acara perjamuan. Kudaku memasuki gerbang istana setelah dua minggu penuh berkeliling ke seluruh wilayah. Perlahan tapi pasti, warga pribumi yang tersisa kini berhasil kutundukan walau dengan beberapa jaminan.

Aku menjanjikan sebuah status kebangsawanan untuk mengelola wilayah yang mereka tinggali di bawah pengawasan kerajaan tentunya. Luasnya wilayah ini, membuatku membutuhkan banyak orang yang bisa memantau masing-masing wilayah.

"Selamat datang, yang mulia," sambut Luna yang sudah berdiri di pintu utama. "Bagaimana perjalananmu? Menyenangkan?"

"Yah, lumayan melelahkan. Hampir seluruh wilayah keadaannya mulai membaik, ibukota juga mulai stabil. Hanya beberapa wilayah terpencil yang belum kujamah."

Kami berjalan menyusuri lorong menuju ruang kerjaku.

"Jadi, kapan kau akan mengajakku lagi?" tanyanya.

"Rencananya...beberapa minggu ke depan. Kau tahu? Aku menemukan lokasi yang indah di wilayah barat. Aku yakin, kau akan menyukainya."

"Ah, aku jadi tidak sabar." Luna tampak antusias.

Aku tersenyum atas antusiasnya. "Selama aku pergi, apa ada berita penting?"

"Oh ya, sebentar."

Luna bergegas pergi ke ruangan lain, sementara aku duduk di sofa panjang dengan dua cangkir teh yang telah siap di atas meja. Tak butuh waktu lama, Luna kembali dengan membawa lembaran kertas yang sepertinya...surat kabar.

"Raja Luen...meninggal dunia. Katanya diduga sakit parah selama beberapa minggu," ujarnya sambil meletakkan lembaran kertas itu di meja. "Banyak yang menyimpulkan kalau beliau dibunuh secara halus. Tapi pihak istana mengatakan kalau beliau memang mengidap penyakit langka sejak lama."

Aku terdiam sejenak sembari mengingat. Terakhir kali kami bertemu adalah saat aku datang ke Keylion untuk melamar Zora. Dia tampak baik-baik saja dan sehat.

"Berarti...tahta Keylion akan jatuh pada putri Clara?"

"Seharusnya begitu. Tapi sepertinya, di Keylion terjadi pergolakan. Para bangsawan terpecah menjadi dua kubu. Sebagian mendukung putri Clara, sebagian mendukung Zora. Media seperti dibungkam sehingga kabar terakhir yang kita tahu hanya kematian raja Luen."

"Lalu dari mana kau bisa tahu di sana mengalami pergolakan?"

Luna mendekatkan wajahnya dan berkata lirih. "Putri Clara ada di sini. Beliau menceritakan apa yang terjadi di sana."

"Tunggu, kenapa dia bisa ada di sini?"

"Dia kabur dari Keylion. Semua pendukung Clara di eksekusi dan Clara berhasil melarikan diri."

Aku merenungi apa yang terjadi di sana. Walaupun seharusnya masalah Keylion bukan urusanku, bisa saja ini bagian dari rencana yang ia katakan dalam suratnya. Dia bilang, persiapannya sudah hampir selesai. Apa itu berarti...dia akan melawanku dengan kekuasaan?

"Lalu kenapa kau mengijinkannya tinggal di sini? Ini bukan tempat penampungan untuk tuan putri dari kerajaan lain yang melarikan diri."

"Aku menggunakannya sebagai sumber informasi," jawabnya. "Jika kau ingin tahu lebih lanjut, kau bisa menanyakannya langsung padanya." Ia menyodorkan secangkir teh milikku. "Sekarang, istirahatlah. Kau pasti lelah setelah perjalanan panjang."

"Baiklah, kau harus mendampingiku saat berbicara dengannya nanti," ujarku lalu mengecup keningnya.

.

Kami berdua duduk di meja makan, bersiap untuk makan malam. Kini terdapat satu kursi lagi untuk putri Clara. Aku memang sengaja mengundangnya malam ini untuk mencari informasi lebih lanjut.

ReinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang