Di atas pic. Narenne.. ^^
Aku menatap langit hitam yang kelam. Benar-benar terasa gulita saat kurapatkan selimut. Malam ini, sepertinya tidurku kembali seperti semula, dimana mataku takan bisa terpejam dalam kegelapan.
Masih kurenungi pembicaraanku bersama raja Leon. Beliau bilang ayahku tak bisa melindungi saudaraku yang tewas dibunuh, bahkan sebelum ia lahir ke dunia. Jika benar, berarti waktu itu ibu dalam bahaya sampai beliau keguguran.
Aku mengacak-acak rambut sejenak dan mulai frustrasi. Sebenarnya sepelik apa masalah mereka? Aku tahu, itu sudah berlalu dan seharusnya aku tak perlu memikirkan urusan orang tua. Lagi pula, aku tahu mereka mencintaiku.
"Ah, tapi tetap saja semua itu terasa mengganjal!" racauku lirih.
Raja Leon seperti mengetahui semuanya tentang orang tuaku, tapi karena rasa kecewaku pada beliau, membuatku tak ingin bertanya lebih walau penasaran. Astaga, ini menyebalkan sekali.
Aku bangkit dari kursi dan mendekati jendela. Udara berembus sejuk saat aku membukanya sedikit.
Kusipitkan mata saat tak sengaja melihat seseorang yang memakai mantel, keluar menuju halaman belakang. Ia berjalan mengendap-endap sambil menghindari pengawal yang tengah berjaga.
"Zora?" gumamku saat menangkap sosok itu dengan jelas.
Setelah kuingat-ingat, ini adalah malam ganjil. Di tengah malam begini, harusnya rasa sakit itu sudah terasa. Ia pasti sedang mencari tempat untuk mengurangi rasa sakitnya.
Tapi kalau ia sampai ketahuan mengendap-endap begitu, orang pasti akan mengira ia memiliki niat jahat. Gelagatnya yang mencurigakan sudah pasti akan membuat orang lain salah paham.
Aku segera meraih mantel yang disediakan dan bergegas ke luar kamar, bermaksud mencegahnya agar gadis itu tak bertindak ceroboh. Namun, saat aku membuka pintu, sosok gadis dengan pakaian minim sudah berdiri di depan kamarku.
"Putri Narenne?" tanyaku heran.
"Rupanya anda menyadari keberadaan saya sebelum masuk ke kamar anda," seringainya. "Siaga yang cukup bagus."
Aku tertegun atas kalimatnya, sebenarnya ini hanya kebetulan saja. Padahal niatku membuka pintu adalah untuk keluar dan mengejar Zora.
"Ada keperluan apa anda kemari di tengah malam seperti ini? Dan juga..." Aku menatap penampilannya yang sangat terbuka, membuatku merasa sedang menginap di rumah bordil. "Pakaian anda," lanjutku.
Aku tidak tahu parfum apa yang ia pakai, meskipun harum, tapi sangat menyengat dan membuat kepalaku sedikit pening.
"Saya ingin berbicara dengan anda. Bolehkah saya masuk?"
Aku terdiam dengan wajah serius. Entah kenapa aku merasa ada maksud lain dari kedatangannya.
"Apa tidak bisa ditunda sampai besok?" tawarku.
"Tidak bisa, ini penting sekali."
"Kalau begitu, kembalilah dulu ke kamar anda dan ganti pakaian anda dengan yang lebih baik."
"Anda pikir pakaian saya tidak lebih baik?" geramnya.
"Tidak, jika untuk menemui seorang pria. Apa lagi anda datang sendirian tanpa pelayan anda."
"Saya datang bukan untuk membahas penampilan!" ujarnya mulai memaki.
"Apa untuk menciptakan rumor skandal?" sahutku menebak.
Ia tersenyum miring seketika. "Ya! Dan membuat anda hancur sebelum anda mengacaukan semuanya."
Narenne memaksa masuk dan menutup pintu, menjebak dirinya dalam satu ruangan bersamaku. Ia menutup jarak dan meluk leherku. Seringainya membuatku tak habis pikir dengan tingkahnya yang seperti ingin menjual diri padaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/266999568-288-k982124.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rein
FantasyIni adalah buku ke 3 dari seri Assassin, sangat disarankan untuk membaca 2 buku sebelumnya untuk mengurangi kesalahpahaman alur.. Kegelapan malam telah menyisakan sebuah penyesalan untuk memejamkan matanya. Rein, mencoba menyelidiki kasus kematian o...